Liputan6.com, Jakarta Diabetes insipidus ini berbeda dengan diabetes melitus. Diabetes insipidus erat kaitannya dengan masalah hormon diuretik (ADH). Hingga gejala diabetes insipidus yang umum terjadi justru memengaruhi ekskresi dan cairan tubuh penderitanya.
Kasus diabetes insipidus memang lebih jarang terjadi dibanding diabetes melitus. Meski begitu, kondisi yang berkaitan dengan gejala diabetes insipidus tetapi tak segera ditangani juga bisa sebabkan kematian. Terutama ketika kadar cairan dalam tubuh tak seimbang karena eksresi berlebihan hingga membuat darah menjadi encer.
Baca Juga
Advertisement
Ada tiga gejala diabetes insipidus yang harus diwaspadai. Poliuria, polidipsia, dan nokturia. Ketiganya sama-sama menyerang ekskresi dan dapat memengaruhi kerja ginjal. Parahnya lagi jika kondisi seperti ini terus dibiarkan, ginjal bisa kesulitan menahan cairan dalam tubuh. Pada kasus ini infeksi ginjal dan munculnya kista ginjal bisa terjadi.
Berikut Liputan6.com ulas gejala diabetes insipidus dari berbagai sumber, Rabu (5/8/2020).
Poliuria
Poliuria merupakan salah satu gejala diabetes insipidus yang sering terjadi. Kondisi ketika produksi urine harian relatif konstan, yakni antara 3-20 liter per harinya. Jumlah ini tentu lebih banyak dibanding kondisi normal yang hanya 1-2 liter per hari. Penyebabnya bisa karena asupan cairan terlalu banyak masuk ke tubuh (polidipsia).
Seharusnya ginjal memisahkan gula dari urine untuk kembali dialirkan ke tubuh melalui darah. Namun sayangnya pada kadar gula darah (glukosa) yang tinggi, ginjal justru menyaring lebih banyak darah untuk menghasilkan urine. Hal ini membuat urin yang dikeluarkan penderita diabetes insipidus masih mengandung gula.
Kelebihan glukosa inilah yang kemudian membuat urine menjadi lebih kental. Hingga membuat tubuh harus mengencerkan dengan mengonsumsi banyak cairan. Akibatnya, tubuh akan mengalami dehidrasi dan membutuhkan banyak cairan. Bukan tanpa efek samping, poliuria inilah yang akhirnya diderita oleh penderita diabetes insipidus.
Advertisement
Polidipsi
Selain poliuria, gejala diabetes insipidus juga bisa berupa polidipsia. Kondisi ketika seseorang memiliki rasa haus yang tidak berkesudahan. Perasaan haus seperti ini bisa bertahan selama berhari-hari, berminggu-minggu, dan lebih lama.
Hal ini kemudian membuat penderitanya mengeluarkan urin lebih banyak dari biasanya. Pada orang dewasa sehat volume urin yang dikeluarkan berkisar 3 liter per hari. Pada penderita polidipsia karena diabetes insipidus, volume urin yang dikeluarkan bisa sampai 16 liter dalam per harinya.
Dilansir dari WebMD, mengonsumsi air minum terlalu banyak karena perasaan haus ekstrem bisa mengganggu keseimbangan kimia tubuh. Meski sudah pasti dikeluarkan menjadi urine, tubuh akan tetap kuwalahan menyimpan cairan begitu banyak. Darah bisa menjadi encer dan menyebabkan sodium dalam darah berkurang. Kondisi ini bisa memicu timbunya hiponatremia.
Gejala Hiponatremia:
- Sakit kepala
- Mual
- Kram
- Refleks menjadi lambat
- Bicara tidak jelas
- Kelelahan
- Kebingungan
- Kejang
Hiponatremia tidak boleh dibiarkan terus. Hiponatremia yang semakin memburuk dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian.
Nokturia
Gejala diabetes insipidus selanjutnya adalah nokturia. Kondisi ketika seseorang buang air kecil berlebihan pada malam hari. tentu saja penderitanya akan sulit mendapat kualitas tidur yang baik. Pada kondisi normal, seharusnya tubuh hanya mengeluarkan sedikit urin pada malam hari. Namun, kasus nokturia karena diabetes insipidus membuat penderita selalu terbangun pada malam hari untuk mengeluarkan urin.
Bagi penderita diabetes insipidus, nokturia masih bisa dicegah dengan cara:
- Mengurangi konsumsi cairan 2-4 jam sebelum waktu tidur.
- Hindari minum minuman beralkohol dan kafein sebelum waktu tidur.
- Hindari makanan yang bersifat diuretik, seperti cokelat, makanan pedas, makanan asam, dan pemanis buatan.
- Melakukan senam kegel dan latihan dasar panggul untuk memperkuat otot-otot panggul.
Advertisement
Gejala Diabetes Insipidus Anak
Pada bayi dan anak-anak yang mengalami diabetes insipidus, tanda dan gejala yang dapat timbul mencakup:
- Tangisan yang tidak dapat ditenangkan
- Kesulitan tidur
- Demam
- Muntah
- Diare
- Hambatan pertumbuhan
- Penurunan berat badan
- Mengompol
- Penurunan nafsu makan
- Rasa lelah yang terus-menerus
Tipe Diabetes Insipidus
Central
Ini adalah bentuk paling umum dari DI dan disebabkan oleh kerusakan kelenjar hipofisis atau hipotalamus. Kerusakan ini menyebabkan ADH tidak dapat diproduksi, disimpan, atau dirilis secara normal. Tanpa ADH, sejumlah besar cairan dilepaskan ke dalam urin.
Nephrogenic
Diabetes insipidus nefrogenik juga dapat disebabkan oleh obat-obatan, tingkat kalsium yang tinggi dalam tubuh, kadar kalium rendah dalam tubuh, penyakit ginjal kronis dan penyumbatan saluran kemih.
Dipsogenic
Bentuk penyakit ini disebabkan oleh disfungsi mekanisme rasa haus di hipotalamus. Ini bisa menyebabkan rasa haus berlebihan dan minum terlalu banyak cairan.
Gestational
Jenis diabetes insipidus ini terjadi hanya selama kehamilan ketika enzim yang dibuat oleh plasenta menghancurkan ADH ibu. Ini mungkin juga disebabkan oleh peningkatan kadar bahan kimia seperti hormon yang membuat ginjal kurang sensitif terhadap ADH.
Advertisement
Penanganan Diabetes Insipidus
Tipe sentral
Untuk diabetes insipidus tipe ini, di mana produksi urine masih tidak terlalu banyak (sekitar 3-4 liter per hari), tidak membutuhkan penanganan khusus. Penanganan cukup dengan minum air putih lebih banyak untuk menggantikan urine yang keluar, sehingga tidak mengalami dehidrasi.
Namun, jika volume urine yang dikeluarkan melebihi 4 liter per 24 jam, maka perlu diberikan obat desmopresin yang berfungsi layaknya vasopresin dalam tubuh. Desmopresin bekerja dengan menghentikan produksi urine berlebih dari ginal.
Tipe nefrogenik
Penyebab paling sering tipe ini adalah akibat konsumsi obat tertentu. Jika konsumsinya dihentikan, otomatis keluhan akan menghilang dengan sendirinya.
Polidipsia primer
Mengurangi asupan cairan yang berlebihan adalah kunci pengobatan tipe ini. Minuman yang perlu dihindari adalah yang bersifat diuretik atau menarik cairan, seperti kopi, teh, dan minuman bersoda.
Meski sepintas gejala keduanya serupa, tetapi diabetes insipidus dan diabetes adalah dua kondisi yang berbeda. Tata laksana diabetes insipidus sebaiknya dilakukan di bawah pengawasan dokter spesialis penyakit dalam supaya penanganannya tepat sasaran.