Lisan adalah Kata-Kata yang Diucapkan, Pahami Maknanya dalam Sastra

Lisan adalah suatu hal yang berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan.

oleh Husnul Abdi diperbarui 28 Jul 2023, 14:36 WIB
Diterbitkan 28 Jul 2023, 13:00 WIB
Sastra Lisan
Sastra Lisan (Image by pikisuperstar on Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Lisan adalah istilah yang tentu saja sudah tidak asing bagi kebanyakan orang Indonesia. Hal ini merupakan istilah yang biasa digunakan dalam percakapan sehari-hari. Lisan adalah suatu hal yang berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan.

Lisan adalah kata-kata yang diucapkan. Tradisi lisan menjadi salah satu media dalam proses menjaga, mempertahankan, dan mewariskan budaya. Tradisi lisan ini biasajuga disebut atau dikenal sebagai sastra lisan.

Sastra lisan merupakan cerita yang berkembang dalam masyarakat dari mulut ke mulut dengan mengenalkan budaya yang dipatuhi oleh masyarakat setempat. Kamu tentunya perlu mengenali pengertian, ciri-ciri, hingga contoh dari sastra lisan ini.

Berikut Liputan6.com rangkum dari laman Badan Bahasa Kemdikbud, Jumat (28/7/2023) tentang lisan.


Pengertian Sastra Lisan

Struktur pada Fabel
Ilustrasi Buku Cerita Credit: pexels.com/cottonbro

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lisan adalah sesuatu yang berkenaan dengan kata-kata yang diucapkan. Dalam KBBI, lisan adalah lidah, atau dengan mulut (bukan dengan surat). Pengertian lisan ini dapat membuat kamu lebih mudah memahami dari sastra lisan.

Sastra lisan adalah cerita yang berkembang dalam masyarakat dari mulut ke mulut dengan mengenalkan budaya yang dipatuhi oleh masyarakat setempat. Sastra lisan merupakan sebuah cerita yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi dalam bentuk lisan.

Pada zaman dahulu masyarakat belum mengenal tulisan sehingga tradisi lisan digunakan oleh masyarakat untuk menyampaikan sebuah cerita. Sastra lisan adalah jenis karya sastra yang diturunkan dari mulut ke mulut yang kemungkinan mengalami perubahan dari generasi ke generasi. Perubahan ini baik berupa perubahan tata bahasa maupun menghilangan alur-alur tertentu dan sebagainya. Sastra lisan mengandung mitos, legenda, dongeng, sejarah, hukum adat, dan terkadang juga mengandung unsur-unsur pengobatan.


Ciri-Ciri Sastra Lisan

Menurut Endraswara (2006), ciri-ciri dari sastra lisan adalah sebagai berikut:

  1. Karya sastra tersebut merupakan hasil dari masyarakat tradisional dengan pemikiran mereka yang polos dan rata-rata dihasilkan sebelum masyarakat tersebut mengenal aksara untuk menuliskan kembali apa yang mereka ceritakan,
  2. karya sastranya menggambarkan kebudayaan tertentu dengan penulis anonim yang sudah tidak diketahui lagi siapa penulis aslinya,
  3. biasanya karya yang dihasilkan berceritakan hal-hal imajinatif,
  4. kata-kata yang digunakan dalam karyasastra tersebut lebih sering menggunakan nada-nada memengaruhi dengan perumpamaan-perumpamaan.

Hubungan Sastra Lisan dengan Folklor

Hubungan Sastra Lisan dengan Folklor
Hubungan Sastra Lisan dengan Folklor/ Sumber: Pixabay

Sastra lisan adalah karya sastra yang tidak bisa dipisahkan dari folklor. Folklor adalah sebagian kebudayaan kolektif yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat. Menurut Danandjaja, folklor adalah proyeksi emosi manusia.

Ciri-ciri folklor yaitu sebagai berikut:

  1. penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan dari mulut ke mulut;
  2. bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap;
  3. ada dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda;
  4. bersifat anonim;
  5. biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola;
  6. mempunyai kegunaan dalam kehidupan bersama suatu kolektif;
  7. bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum;
  8. menjadi milik bersama dari kolektif tertentu; dan
  9. pada umumnya bersifat polos dan lagu sehingga seringkali terlihat kasar dan terlalu spontan.

Mengenal Cerita Rakyat

Cerita rakyat adalah salah satu kategori dalam folklor yang menjadi bagian dari fonomena budaya setiap bangsa. Kebertahanan cerita rakyat terus dibuktikan melalui kehadirannya yang melintasi peradaban zaman terbaru. Transformasi di dalamnya dari semua bentuk atau genre folkor yang paling banyak diteliti para ahli folklor adalah cerita prosa rakyat.

Menurut Bascom (dalam Danandjaja, 1984:50) cerita rakyat dapat dibagi dalam tiga golongan besar, yaitu mite, legenda, dan dongeng.

1. Mite atau Mitos

Mite atau mitos  adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi serta dianggap suci oleh yang empunya cerita. Mite ditokohi oleh para dewa atau makhluk setengah dewa.

2. Legenda

Selanjutnya legenda adalah prosa rakyat yang mempunyai ciri-ciri mirip dengan mite, yaitu dianggap pernah benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Berlainan dengan mite, legenda ditokohi oleh manusia meskipun adakalanya mempunyai sifat-sifat luar biasa dan seringkali juga dibantu oleh makhluk-makhluk gaib. Tepat terjadinya belum terlalu lampau.

3. Dongeng

Sebaliknya, dongeng adalah prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu dan tempat. 


Contoh Sastra Lisan yang Berbentuk Cerita Rakyat

Ilustrasi anak membaca buku cerita, fabel
Ilustrasi anak membaca buku cerita, fabel. (Photo by Kelly Sikkema on Unsplash)

Hutomo menjelaskan sastra lisan adalah kesusastraan yang mencakup kesusastraan warga suatu kebudayaan yang disebarkan dan diturun-temurunkan secara lisan (dari mulut ke mulut). Sastra lisan yang berbentuk cerita rakyat merupakan cerita turun temurun dan ekspresi budaya masyarakat yang disampaikan melalui bahasa tutur atau lisan yang berfungsi untuk hiburan.

Pada umumnya cerita rakyat ini menceritakan mengenai asal muasal terjadinya suatu hal dan ditokohkan dalam berbagai macam, dapat berupa binatang, manusia, dewa, pohon dan sebagainya. Cerita rakyat menjadi cerita yang paling digemari masyarakat karena bahasa yang lugas, sederhana, menghibur, dan banyak mengandung ajaran budi pekerti atau pendidikan moral.

Contoh sastra lisan adalah sebagai berikut: cerita asal usul (dongeng gerhana bulan), cerita binatang (cerita si Kancil, Pelanduk), cerita jenaka (Pak Pandir, Pak Kaduk, Lebai Malang) dan legenda (Hang Tuah, Rawa Pening)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya