Story Telling Adalah Bercerita, Pahami Pengertian, Fungsi dan Caranya

Pengertian story telling, fungsi story telling dan cara melakukannya.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 18 Agu 2023, 13:29 WIB
Diterbitkan 18 Agu 2023, 11:10 WIB
Menyematkan Pesan Positif Salat dalam Cerita
Ilustrasi keluarga muslim. (Sumber foto: Pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta Dalam era digital yang penuh dengan informasi dan distraksi, seni story telling adalah salah satu alat paling kuat untuk menarik perhatian, membangkitkan emosi, dan menyampaikan pesan dengan efektif. Sejak zaman kuno, manusia telah saling berbagi cerita sebagai cara untuk menghibur, mengajarkan, dan memahami dunia di sekitar mereka. 

Bukan rahasia lagi bahwa cerita memiliki kekuatan untuk membangun jembatan antara pemikiran kita dan perasaan kita. Dari dongeng-dongeng yang diceritakan sebelum tidur hingga novel epik yang memikat, setiap cerita memainkan peran penting dalam cara kita memahami dunia. Dan story telling adalah cara untuk menyajikannya.

Namun, keahlian dalam storytelling tidak hanya berguna untuk para penulis dan pembuat film, story telling adalah alat yang kuat bagi para pemasar, pemimpin bisnis, pendidik, dan siapa saja yang ingin menghubungkan dengan audiens mereka secara lebih mendalam.

Untuk lebih memahami apa itu story telling, berikut ini telah Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber pada Jumat (18/8/2023). Pengertian story telling, fungsi story telling dan cara melakukannya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pengertian Story Telling

Ilustrasi teks, buku cerita
Ilustrasi teks, buku cerita. (Image by jannoon028 on Freepik)

Story telling adalah seni atau proses menceritakan cerita secara efektif, baik melalui kata-kata, gambar, suara, atau media lainnya, dengan tujuan untuk menghibur, mengajar, atau menyampaikan pesan kepada audiens. Cerita dapat berbentuk narasi fiksi atau non-fiksi yang melibatkan karakter, plot, konflik, dan pengembangan tema tertentu.

Dalam konteks yang lebih luas, story telling juga bisa merujuk pada cara orang berbagi pengalaman pribadi, memaparkan gagasan, atau menjelaskan informasi dengan cara yang menarik dan memikat, sehingga memungkinkan audiens untuk terhubung secara emosional dan intelektual dengan isi cerita tersebut.

Story telling memiliki peran penting dalam berbagai bidang, termasuk sastra, film, televisi, iklan, pemasaran, pendidikan, presentasi bisnis, dan komunikasi secara umum. Dengan menceritakan cerita yang menarik, orang dapat mempengaruhi persepsi, menginspirasi perubahan, dan membangun hubungan yang lebih kuat antara penyampai cerita dan audiens.


Fungsi Story Telling

Fungsi Story Telling
Ilustrasi bercerita (Foto ilustrasi, Huffignton Post)

Storytelling memiliki berbagai fungsi yang penting dalam berbagai konteks. Berikut adalah beberapa fungsi utama dari storytelling:

  1. Menghibur: Salah satu fungsi utama storytelling adalah untuk menghibur audiens. Cerita yang menarik dan mengasyikkan dapat membantu orang melarikan diri dari kenyataan sejenak, merasakan emosi yang berbeda, dan merasa terhibur.
  2. Mendidik: Cerita dapat menjadi alat pembelajaran yang kuat. Dengan menyajikan informasi dalam bentuk narasi, konsep yang kompleks bisa lebih mudah dipahami. Ini adalah pendekatan yang sering digunakan dalam pendidikan anak-anak dan juga dalam konteks pembelajaran sepanjang hayat.
  3. Menginspirasi: Cerita yang mengisahkan perjuangan, pencapaian, atau pengorbanan dapat memberikan inspirasi kepada orang lain. Cerita-cerita tentang ketekunan, keberanian, dan berhasil mengatasi rintangan dapat mendorong orang untuk mengatasi tantangan mereka sendiri.
  4. Mengomunikasikan Nilai dan Pesan: Storytelling dapat digunakan untuk menyampaikan nilai-nilai moral, etika, atau pesan penting kepada audiens. Dengan mengaitkan pesan-pesan ini dengan karakter dan plot cerita, audiens lebih mungkin merenungkan makna yang lebih dalam.
  5. Menghubungkan Emosional: Cerita dapat menciptakan ikatan emosional antara penyampai cerita dan audiens. Ketika audiens merasa terhubung dengan karakter atau situasi dalam cerita, mereka lebih mungkin merasakan empati dan merasa terlibat secara emosional.
  6. Mempengaruhi Sikap dan Perilaku: Dalam konteks pemasaran dan iklan, storytelling dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku konsumen. Cerita yang kuat dapat membentuk persepsi konsumen terhadap merek atau produk tertentu.
  7. Melestarikan Budaya dan Identitas: Storytelling telah menjadi cara tradisional untuk mengajarkan dan melestarikan budaya, sejarah, dan identitas suatu kelompok masyarakat. Cerita-cerita lisan atau tertulis dapat menjadi cara untuk meneruskan pengetahuan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
  8. Menggugah Imajinasi: Cerita-cerita fiksi dan fantasi dapat menggugah imajinasi dan kreativitas audiens. Mereka dapat membawa audiens ke dunia yang berbeda dan mengajak mereka untuk berimajinasi di luar batasan realitas.
  9. Mengurangi Kompleksitas: Dalam konteks bisnis atau ilmiah, storytelling dapat digunakan untuk menjelaskan konsep yang kompleks atau data yang rumit dengan cara yang lebih mudah dimengerti oleh orang awam.
  10. Meningkatkan Daya Ingat: Manusia cenderung lebih baik mengingat informasi yang disajikan dalam bentuk cerita daripada data mentah. Oleh karena itu, storytelling dapat membantu meningkatkan daya ingat dan retensi informasi.

Dalam semua fungsi ini, storytelling adalah alat yang kuat untuk menghubungkan orang, menyampaikan pesan, dan mempengaruhi pandangan serta tindakan mereka.


Cara melakukan story telling 

Memperoleh Fasilitas Untuk Berkembang
Ilustrasi ibu membacakan buku cerita untuk anaknya. (Sumber foto: Pexels.com)

Berikut adalah langkah-langkah umum untuk melakukan storytelling yang efektif:

  1. Tentukan Tujuan dan Pesan: Sebelum Anda mulai menceritakan cerita, tentukan tujuan utama Anda. Apa pesan atau nilai yang ingin Anda sampaikan kepada audiens? Memahami tujuan ini akan membantu Anda mengarahkan cerita Anda dengan lebih baik.
  2. Pilih Karakter dan Plot: Identifikasi karakter utama cerita Anda dan tentukan plot atau alur cerita. Siapakah tokoh-tokoh utama dalam cerita? Apa konflik utama yang mereka hadapi? Bagaimana plot akan berkembang dari awal hingga akhir?
  3. Buat Pengenalan yang Menarik: Awali cerita Anda dengan pengenalan yang menarik. Jalin ikatan dengan audiens dengan memperkenalkan karakter atau situasi yang menarik perhatian mereka sejak awal.
  4. Bangun Konflik: Setiap cerita memiliki konflik atau tantangan yang harus diatasi oleh karakter. Bangun konflik ini dengan baik, sehingga audiens merasa tertarik untuk mengetahui bagaimana konflik tersebut akan dipecahkan.
  5. Kembangkan Tegangan dan Klimaks: Buatlah perasaan tegangan dan ketegangan yang semakin meningkat seiring berjalannya cerita. Puncak cerita, atau klimaks, adalah momen di mana konflik mencapai titik tertinggi. Ini adalah momen penting dalam mempertahankan minat audiens.
  6. Pecahkan Konflik dan Akhiri dengan Kepuasan: Setelah mencapai klimaks, pecahkan konflik dan berikan penyelesaian yang memuaskan. Pastikan akhir cerita memiliki dampak emosional yang baik pada audiens.
  7. Gunakan Imajinasi dan Detail: Gunakan imajinasi dan detail-deskripsi yang kaya untuk membawa cerita Anda menjadi hidup. Buatlah audiens dapat membayangkan tempat, waktu, karakter, dan situasi dalam cerita dengan jelas.
  8. Gunakan Emosi: Emosi adalah elemen penting dalam storytelling. Cobalah untuk merangsang emosi audiens melalui karakterisasi yang mendalam, situasi yang mengharukan, atau momen penuh perasaan.
  9. Pilih Gaya Bahasa yang Sesuai: Gaya bahasa yang Anda gunakan harus sesuai dengan tone dan genre cerita. Apakah Anda ingin cerita Anda lebih formal, ringan, dramatis, atau lucu? Pilihan kata-kata dan gaya bahasa akan memengaruhi bagaimana audiens merasakan dan memahami cerita.
  10. Praktikkan dan Koreksi: Latihanlah menceritakan cerita Anda secara lisan atau tulis, dan perbaiki seiring waktu. Jika mungkin, dapatkan umpan balik dari teman, keluarga, atau rekan sejawat untuk membantu Anda meningkatkan cerita Anda.
  11. Pertimbangkan Audiens Anda: Ketahui siapa audiens Anda. Apakah cerita Anda ditujukan untuk anak-anak, remaja, atau orang dewasa? Pertimbangkan nilai-nilai, pengalaman, dan preferensi audiens Anda dalam mengembangkan cerita.
  12. Gunakan Visual atau Media Pendukung: Dalam cerita yang disajikan secara visual, seperti presentasi atau video, pertimbangkan penggunaan gambar, video, atau elemen media lainnya yang mendukung cerita Anda.

Ingatlah bahwa setiap cerita unik dan bisa disesuaikan dengan konteks dan audiens yang berbeda. Lebih dari itu, praktik dan pengalaman akan membantu Anda menjadi seorang storyteller yang lebih terampil.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya