Liputan6.com, Jakarta - Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat mulia, di mana setiap Muslim menjalankan ibadah puasa sebagai bentuk ketaatan dan penghambaan kepada Allah SWT.
Puasa Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi bagaimana agar kita dapat menjaga ibadah dan mengendalikan diri dari segala macam godaan dan hawa nafsu.
Advertisement
Meskipun berpuasa Ramadan merupakan suatu kewajiban, namun masih banyak orang yang tidak menyadari bahwa bisa jadi, puasa tidak diterima oleh Allah SWT.
Advertisement
Baca Juga
Inilah yang hendaknya menjadi perhatian penting bagi setiap Muslim yang ingin mendapatkan keberkahan dan pahala dari ibadah puasa.
Aktivis dakwah dan cendekiawan muda Ustadz Adi Hidayat (UAH), mengingatkan tentang apa yang harus dihindari agar puasa yang dilaksanakan tidak sia-sia dan dapat diterima oleh Allah SWT.
Saksikan Video Pilihan ini:
Penyebab Puasa Tidak Diterima oleh Allah
Puasa sejatinya tidak hanya sekadar sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga menjaga diri dari segala bentuk perilaku buruk. Ustadz Adi Hidayat menyebutkan tentang sebuah hadis yang berisi peringatan tegas Nabi SAW mengenai hal ini.
"Masalah perilaku dinilai, awas hati-hati! Nabi pernah menyampaikan sutu peringatan keras hati-hati, hadisnya bahkan hadis yang sangat luar biasa mendekati hadis tingkat tinggi derajatnya," ungkapnya.
Dalam hadis tersebut menjelaskan bahwa puasa yang hanya dilaksanakan secara lahiriah, tanpa diikuti dengan perbaikan perilaku, maka tidak memiliki nilai di sisi Allah.
"Maka siapapun orang-orang yang puasa, meninggalkan makan minumnya, tapi dia, mohon maaf tidak terputus dengan 'Qaul al-zur', kata-kata yang kotor, yang jorok, perbuatan yang tercela, maka Allah tidak butuh pada puasanya, bahasanya begitu," tuturnya.
Advertisement
Puasa dan Maksiat Tidak Bisa Disandingkan
Allah SWT tidak membutuhkan puasa dari orang yang masih senantiasa melakukan maksiat. Oleh karena itu, puasa seharusnya dapat menjadi sarana untuk memperbaiki diri termasuk menjaga lisan dan perbuatan dari segala hal yang buruk.
"Kata Allah saya ngga butuh, ngapain kamu puasa, saya ngga butuh. Kau puasa aja ga saya terima, ngapain kamu puasa. Jadi kalau masih ada orang puasa, senang mencuri, ada orang puasa senang mencela ya, itu kata Nabi, Allah nggak butuh pada puasanya, yang seperti itu ngapain puasa? Allah nggak butuh pada puasanya," jelas UAH.
Nabi SAW mengingatkan umatnya untuk menjadikan puasa sebagai momen untuk menutup dan menjauhkan diri dari segala maksiat. Sebab puasa tidak akan diterima selagi masih melakukan maksiat.
"Ini bahasa, bahasa yang sangat tegas sekali, sarkas, bahasa yang sangat tinggi artinya jangan coba-coba menyandingkan puasa dengan maksiat. Anda puasa itu fungsinya menutup maksiat, awas! puasa fungsinya menutup maksiat," tegasnya.
