Abu Al Qasim Al Zahrawi adalah Bapak Ilmu Bedah Dunia, Kenali Kontribusinya

Abu Al Qasim Al Zahrawi adalah dokter bedah muslim, yang dijuluki sebagai "Bapak Ilmu Bedah Dunia".

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 21 Agu 2023, 08:20 WIB
Diterbitkan 21 Agu 2023, 08:20 WIB
Ilustrasi Islam, muslim, membaca Al-Qur'an
Ilustrasi Islam, muslim, membaca Al-Qur'an. (Photo by Syed Aoun Abbas on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta Abu Al Qasim Al Zahrawi adalah seorang tokoh penting dalam sejarah dunia kedokteran dan bedah. Lahir sekitar tahun 936 Masehi di Al-Zahra, dekat kota Sevilla, Spanyol, Al-Zahrawi merupakan seorang ahli bedah, ilmuwan, dan penulis yang membuat kontribusi berharga dalam pengembangan ilmu kedokteran, bedah, dan farmasi pada masa kejayaan peradaban Islam.

Abu Al Qasim Al Zahrawi juga dikenal terutama karena karyanya yang monumental, yaitu Kitab al-Tasrif yang dalam bahasa Latin disebut sebagai Concessiones. Adapun karyanya merupakan sebuah ensiklopedia medis, di mana mencakup berbagai aspek kedokteran dan bedah, serta berbagai bidang ilmu terkait seperti farmakologi dan anatomi. 

Dalam "Kitab al-Tasrif," Abu Al Qasim Al Zahrawi tidak hanya menjelaskan berbagai teknik bedah, dan instrumen yang digunakan dalam prosedur-prosedur medis, tetapi juga memberikan penjelasan rinci mengenai farmakologi, pengobatan, dan anatomi manusia.

Warisan Al-Zahrawi tidak hanya terbatas pada bidang kedokteran dan bedah, tetapi juga mencakup kontribusinya dalam bidang ilmu pengetahuan secara keseluruhan. Berikut ini catatan kontribusi Abu Al Qasim Al Zahrawi yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (21/8/2023). 

Mengenal Abu Al Qasim Al Zahrawi

Ilustrasi masjid, Islam
Ilustrasi masjid, Islam. (Foto oleh David McEachan: https://www.pexels.com/id-id/foto/siluet-masjid-di-bawah-langit-berawan-pada-siang-hari-87500/)

Abul Qasim Khalaf ibn al-Abbas az-Zahrawi atau Al-Zahrawi (Madinatuz Zahra', 936 - 1013), (Bahasa Arab: أبو القاسم) dikenal di Barat sebagai Abulcasis tokoh kedokteran pada masa Islam 100 tahun Pertengahan. Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, himpunan praktik kedokteran yang terdiri dari 30 jilid.

Melansir dari laman National Institutes of Health, Abu Al Qasim Al Zahrawi adalah dokter kerajaan pada masa Khalifah Al-Hakam II dari kekhalifahan Umayyah. Adapun sumbangsih Al-Zahrawi bagi dunia kedokteran khususnya ilmu bedah sangatlah besar. Salah satunya adalah catgut, sebuah benang guna menjahit luka yang terbuat dari jaringan hewan untuk pertama kalinya.

Dalam kitab yang diwariskannya bagi peradaban dunia itu, Al-Zahrawi secara rinci dan lugas mengupas tentang ilmu bedah, ortopedi, ophthalmologi, farmakologi, serta ilmu kedokteran secara umum. Termasuk gambar ilustrasi dan peralatan bedah temuannya. Al-Zahrawi tak hanya menuliskan hal-hal yang bersifat praktis, ia juga menuliskan pentingnya menciptakan hubungan positif antara dokter dan pasien.

Sumbangsih yang diberikan Al-Zahrawi begitu besar untuk kemajuan pengetahuan, khususnya pada bidang kedokteran dalam ilmu bedah. Karena besarnya jasa yang diberikannya, Al-Zahrawi memiliki sebutan lain sebagai “Bapak Ilmu Bedah Dunia”. Dalam menjalankan praktik kedokterannya, Al-Zahrawi menankan pentingnya observasi tertutup dalam kasus-kasus individual. Hal itu diterapkan sebagai tercapainya diagnosis yang akurat serta kemungkinan pelayanan yang terbaik.  

Catatan Kontribusi

Ilustrasi salat, Muslim, Islam
Ilustrasi salat, Muslim, Islam. (Foto oleh Monstera dari Pexels)

Kitab al-Tasrif

Salah satu kontribusi terbesar Al-Zahrawi adalah karyanya yang monumental, "Kitab al-Tasrif." Karya ini terdiri dari tiga bagian, yang mencakup berbagai aspek ilmu medis dan bedah. Bagian pertama membahas farmakologi dan obat-obatan, memberikan informasi rinci tentang berbagai jenis obat, dosis, dan penggunaan yang tepat. Bagian kedua mengulas instrumen-instrumen bedah dan teknik-teknik umum dalam bedah, sementara bagian ketiga memfokuskan pada kondisi medis spesifik yang memerlukan intervensi bedah. "Kitab al-Tasrif" bukan hanya sekadar panduan praktis, tetapi juga menggambarkan dasar-dasar ilmiah yang mendasari praktik medis dan bedah.

Instrumen Bedah

Al-Zahrawi adalah seorang inovator dalam merancang instrumen bedah, di mana telah membantu mengubah cara operasi dilakukan. Ia merancang lebih dari 200 instrumen bedah yang digunakan, dalam berbagai jenis operasi. Contohnya termasuk alat-alat untuk menangani patah tulang, mengangkat batu ginjal, dan operasi mata katarak. Instrumen-instrumen ini membantu meningkatkan efisiensi dan keberhasilan operasi.

Teknik Operasi Bedah

Dalam "Kitab al-Tasrif," Abu Al Qasim Al Zahrawi mendokumentasikan teknik bedah yang luas. Ia membahas prosedur-prosedur untuk berbagai jenis operasi, termasuk operasi pengangkatan tumor, bedah patah tulang, dan pembedahan plastik. Kontribusinya dalam mengembangkan teknik-teknik operasi, memberikan landasan penting bagi pengembangan bedah modern.

Pengaruh Luas

Karya-karya Al-Zahrawi diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan menyebar ke Eropa, di mana karyanya menjadi pedoman utama dalam praktik medis selama berabad-abad. Kontribusinya mempengaruhi perkembangan ilmu medis di Eropa, serta membantu membentuk dasar ilmiah bagi kedokteran modern.

Pentingnya Pendidikan Medis

Dalam karyanya, Al-Zahrawi menekankan pentingnya pendidikan medis yang komprehensif. Ia merasa bahwa seorang dokter harus memiliki pemahaman yang luas tentang ilmu kedokteran, farmakologi, dan anatomi, serta harus menjalani pelatihan praktis yang memadai. Warisannya menjadi landasan bagi perkembangan ilmu medis dan bedah selanjutnya, serta mendorong kemajuan dalam praktik medis di seluruh dunia.

Penghargaan

Ilustrasi Islam, muslim
Ilustrasi Islami, muslim. (Photo by Paras Upadhyay on Pexels)

Kehebatan dan profesionalitas Al- Zahrawi sebagai seorang ahli bedah diakui para dokter di Eropa. ‘’Tak diragukan lagi, Al-Zahrawi adalah kepala dari seluruh ahli bedah,’‘ ucap Pietro Argallata. Kitab Al- Tasrif yang ditulisnya lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, oleh Gerard of Cremona pada abad ke-12 M. Kitab itu juga dilengkapi dengan ilustrasi, serta menjadi rujukan dan buku resmi sekolah kedokteran selama lima abad lamanya pada periode abad pertengahan.

Sosok dan pemikiran Al-Zahrawi begitu dikagumi para dokter serta mahasiswa kedokteran di Eropa. Pada abad ke-14 M, seorang ahli bedah Prancis bernama Guy de Chauliac mengutip Al-Tasrif hampir lebih dari 200 kali. Kitab Al-Tasrif terus menjadi pegangan para dokter di Eropa hingga terciptanya era Renaissance. Hingga abad ke- 16 M, ahli bedah berkebangsaan Prancis, Jaques Delechamps (1513 M – 1588 M) masih menjadikan Al-Tasrif sebagai rujukan.

Abu al-Qasim Al-Zahrawi hidup, pada masa ketika peradaban Islam berkembang pesat di Spanyol dan Timur Tengah. Di lingkungan ini, ilmuwan dan cendekiawan sering berinteraksi dan mengakui kontribusi satu sama lain. Salah satu bentuk penghargaan terbesar bagi seorang ahli bedah pada masa itu, adalah pengaruh positif yang diberikan kepada masyarakat dan praktisi medis. Karya-karya Al-Zahrawi, terutama "Kitab al-Tasrif," memiliki pengaruh yang luas dalam pengembangan ilmu medis dan bedah di dunia Islam dan Eropa. Meskipun penghargaan formal pada zamannya mungkin tidak terdokumentasi dengan baik, pada masa modern, berbagai institusi dan organisasi medis telah mengenang dan menghormati kontribusi Al-Zahrawi. Ia sering dianggap sebagai salah satu bapak ilmu bedah dan kadang-kadang disebut sebagai "Bapak Bedah" di dunia medis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya