Liputan6.com, Jakarta - Maulid Nabi, yang diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, adalah sebuah peristiwa bersejarah yang telah menjadi pusat perhatian para cendekiawan selama berabad-abad. Informasi tentang kapan tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW dapat ditemukan dalam berbagai sumber sejarah yang memberikan beragam pandangan.
Menurut buku "Sirah Nabawiyah" karya Prof. Dr. Muh. Rawwas Qol'ahji, Nabi Muhammad SAW dilahirkan pada hari Senin, 12 Rabi'ul Awal tahun Gajah. Kala itu, penanggalan hijriah belum ditetapkan, sehingga menjadikan perhitungan waktu lebih kompleks.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang sekarang menjadi salah satu momen penting dalam kalender keagamaan Islam, memiliki sejarah panjang. Meskipun sebenarnya tidak ada riwayat yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW atau para sahabatnya secara khusus merayakan ulang tahun kelahirannya.
Advertisement
Namun, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya dan tradisi Islam di Indonesia dan berbagai belahan dunia. Simak penjelasan lengkap asal-usul peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dimaksudkan.
Berikut Liputan6.com ulas penjelasannya, Rabu (27/9/2023).
Tanggal Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Masih mengutip dari sumber buku yang sama, terdapat pendapat yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW lahir pada Tahun Gajah, yang bersamaan dengan tahun 570 Masehi. Pendapat ini didasarkan, antara lain, pada keterangan Abdullah bin Abbas, seorang sahabat Nabi SAW.
Tahun Gajah dinamakan demikian karena pada kurun waktu tersebut, sebuah pasukan gajah hendak menghancurkan Ka'bah di Makkah. Namun, upaya tersebut akhirnya mengalami kegagalan, dan kejadian ini juga digambarkan dalam Alquran melalui surah al-Fiil, surah ke-105.
Dalam buku berjudul "Hayat Muhammad" oleh Akademisi Mesir Muhammad Husain Haekal, terdapat dua pandangan lain yang sedikit berbeda.
Beberapa sumber sejarah mengklaim bahwa Nabi SAW sebenarnya telah lahir 15 tahun sebelum penyerangan Abrahah. Sementara pandangan lain menyatakan bahwa Rasulullah SAW lahir 30 atau bahkan 70 tahun setelah peristiwa historis tersebut.
Meskipun ada perbedaan pendapat mengenai tahun kelahiran, ragam pendapat juga muncul tentang bulan kelahiran Nabi SAW. Sebagian besar pakar sirah berpendapat bahwa beliau lahir pada bulan Rabiul Awal. Namun, ada yang berpendapat bahwa bulan kelahirannya adalah Muharram, sementara yang lain berpendapat bahwa bulan tersebut adalah Safar, Rajab, atau Ramadhan.
Tanggal pasti kelahiran Nabi Muhammad SAW, akhirnya para sejarawan sepakat beliau lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah. Salah satu yang mendukung pandangan ini adalah Ibnu Ishaq, salah seorang penulis "Sirah Nabawiyyah" terawal.
Advertisement
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Begini asal-usul perayaan Maulid Muhammad SAW mengutip buku berjudul "Pro dan Kontra Maulid Nabi SAW" (2014) yang ditulis oleh AM Waskito.
1. Maulid Nabi Nabi Muhammad SAW di Era Dinasti Fathimiyah di Mesir
Salah satu teori menyatakan bahwa perayaan Maulid Nabi Nabi Muhammad SAW pertama kali diadakan oleh Dinasti Fathimiyah di Mesir. Dinasti ini memiliki aliran Syiah Ismailiyah-Rafidhah dan memerintah di Negeri Delta Sungai Nil pada abad keempat hingga keenam Hijriyah.
Menurut catatan sejarah, Muiz Lidinillah, seorang penguasa pada periode 832-975 M, adalah pelopor penyelenggaraan hari kelahiran Rasulullah SAW.
Namun, perlu dicatat bahwa Maulid Nabi hanyalah salah satu dari banyak acara rutin tahunan yang diadakan oleh dinasti ini. Selain Maulid Nabi, mereka juga merayakan kelahiran Ali bin Abi Thalib, Fathimah az-Zahra, Hasan, dan Husain. Ini menggambarkan kompleksitas budaya perayaan di masa itu.
2. Maulid Nabi di Kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah
Teori kedua menunjukkan bahwa perayaan Maulid Nabi Muhammad SAWdi kalangan ahlus sunnah wal jama’ah pertama kali diperkenalkan oleh Amir Abu Said Muzhaffar Kukabri. Ia adalah seorang gubernur di Irbil, wilayah Irak, yang hidup pada 549-630 H.
Amir ini dianggap sebagai tokoh yang berperan penting dalam merayakan Maulid Nabi. Ia mengundang berbagai ulama, cendekiawan, ahli tasawuf, dan seluruh Muslimin untuk merayakan Maulid Nabi. Para tamu diberikan hidangan istimewa dan hadiah.
Amir ini juga membagi-bagikan sedekah kepada fakir miskin dan dhuafa sebagai bagian dari perayaan. Sultan Muzhaffar merayakan Maulid Nabi pada bulan Rabiul Awal dan menggelarnya dengan meriah. Ia dikenal sebagai seorang pemimpin yang berani, pahlawan, beriman, dan adil.
3. Maulid Nabi oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi
Teori ketiga menyoroti Sultan Shalahuddin al-Ayyubi sebagai salah satu tokoh yang disebut pertama kali mengadakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. Sultan Shalahuddin adalah pemimpin Dinasti Ayyubiyah yang berkuasa pada 1174-1193 M.
Tujuannya adalah untuk memotivasi dan memperkuat semangat serta moral seluruh Muslimin, khususnya para prajurit yang bersiap-siap menghadapi ancaman pasukan Salib yang telah mengganggu ketentraman Baitul Makdis.
Dalam situasi yang tegang tersebut, perayaan Maulid Nabi diadakan sebagai upaya untuk mempersatukan dan menginspirasi umat Muslim. Perayaan ini selalu dilangsungkan secara megah setiap bulan Rabiul Awal, tepatnya pada tanggal 12 Rabiul Awal, yang dipercayai sebagai tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Dalam perkembangan selanjutnya, perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW menjadi salah satu momen paling berarti dalam kehidupan umat Islam. Selain sebagai peringatan akan kelahiran Nabi Muhammad SAW, acara ini juga menjadi sarana untuk meningkatkan rasa kasih dan kecintaan terhadap beliau serta memupuk nilai-nilai kebaikan dan kedermawanan.
Ini terlihat dari tradisi memberikan hadiah, berbagi makanan, dan melakukan sedekah kepada yang membutuhkan selama perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Advertisement