Abusive adalah Bentuk Kekerasan, Ini Tanda dan Cara Mengatasinya

Mengenali tanda-tanda perilaku abusive adalah salah satu upaya pencegahan.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 31 Jan 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2024, 16:30 WIB
Miris, Tanah Timur Indonesia Darurat Kekerasan Seksual pada Anak
Ilustrasi kekerasan (Dok. Freepik)

Liputan6.com, Jakarta Abusive adalah perilaku merugikan yang perlu diwaspadai karena dapat membahayakan dan memberikan dampak negatif pada orang lain. Perilaku ini mencakup berbagai bentuk, mulai dari perlakuan fisik, emosional, hingga psikologis yang dapat merugikan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami dan mengenali tanda-tanda perilaku abusive guna menjaga diri dan orang-orang terdekat dari potensi bahaya.

Mengenali tanda-tanda perilaku abusive adalah salah satu upaya pencegahan. Dengan mengenali tanda-tanda perilaku abusive kita dapat menghindari orang-orang yang mungkin memiliki potensi untuk merugikan kita. Tanda-tanda tersebut termasuk adanya kecenderungan kekerasan fisik atau verbal, kontrol berlebihan, manipulasi, dan perubahan sikap yang drastis. 

Melalui pemahaman ini, kita dapat lebih proaktif dalam menjaga diri dan lingkungan sekitar dari bahaya perilaku abusive. Sebagai langkah preventif, edukasi mengenai perilaku abusive perlu disosialisasikan agar masyarakat dapat lebih peka terhadap potensi bahaya ini. Berikut ulasan lebih lanjut tentang abusive adalah bentuk kekerasan yang Liputan6.com kumpulkan dari berbagai sumber, Rabu (31/1/2024).

Perilaku Abusive dan Tanda-tandanya

Abusive relationship (iStock)
Ilustrasi abusive relationship (iStockphoto)

Perilaku abusive adalah perilaku yang dapat merugikan orang lain, baik secara fisik maupun emosional. Ketika perilaku ini berasal dari orang-orang terdekat, potensi bahayanya semakin meningkat. Untuk melindungi diri dari dampak negatif perilaku abusive, penting untuk mengenali tanda-tanda yang mungkin muncul pada seseorang yang memiliki perilaku tersebut.

Tanda-tanda perilaku abusive mencakup kecenderungan untuk menguasai dan mengontrol orang lain. Orang dengan perilaku abusive memiliki dorongan untuk membatasi kebebasan dan otonomi individu lainnya. Selain itu, tindakan kekerasan, baik secara verbal maupun fisik, juga menjadi indikator perilaku abusive. Kekerasan verbal mencakup kata-kata kasar, ancaman, atau perilaku verbal lainnya yang dapat merusak secara emosional. Sementara itu, kekerasan fisik melibatkan tindakan langsung seperti memukul, menampar, atau bahkan menggunakan senjata.

Dampak perilaku abusive dapat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang dan dapat merugikan kesehatan emosional dan fisik korban. Sharon Walsh Cook, dalam bukunya "Emotionally Abusive Husbands and Boyfriends: Learn About Their Mentally Abusive Behavior So You Don’t End Up Crazy!" (2013), menjelaskan bahwa menjadi korban perilaku abusive dapat berdampak serius terhadap kesejahteraan seseorang.

Perlakuan abusive dalam bentuk kekerasan fisik dapat mencakup berbagai tindakan, mulai dari pemukulan hingga ancaman dengan senjata. Sementara itu, kekerasan verbal seperti penghinaan dan penghinaan dapat menciptakan luka emosional yang mendalam, merusak kepercayaan diri dan kesehatan mental korban.

Perilaku abusive dapat terjadi dalam berbagai jenis hubungan, termasuk keluarga, hubungan romantis, atau lingkungan kerja. Dampak dari perilaku ini dapat sangat merugikan, mencakup cedera fisik, depresi, kecemasan, PTSD, dan masalah kesehatan lainnya. 

Untuk melindungi diri dari perilaku abusive, penting untuk memahami dan mengenali tanda-tandanya. Langkah-langkah preventif seperti memahami hak-hak individu, memperkuat batasan pribadi, dan membangun komunikasi yang sehat dapat membantu mencegah terjadinya perilaku abusive. Hal ini dilakukan tidak hanya untuk melindungi diri sendiri, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi semua individu.

Bentuk Perilaku Abusive

Kasus Eksploitasi Anak
Ilustrasi kekerasan. (Dok. Freepik)

Perilaku abusive mencakup berbagai bentuk tindakan yang dapat merugikan orang lain secara fisik, psikologis, atau emosional. Berikut contoh-contoh perilaku abusive yang memperlihatkan kompleksitas dan beragamnya cara seseorang dengan kecenderungan abusive mengekspresikan kekerasan atau kontrol terhadap orang lain.

1. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik adalah salah satu bentuk perilaku abusive yang paling terlihat. Ini mencakup pukulan, tendangan, cekikan, atau bahkan penggunaan senjata. Tindakan fisik ini tidak hanya dapat menimbulkan luka fisik tetapi juga dapat meninggalkan trauma emosional yang mendalam.

2. Kekerasan Psikologis

Perilaku abusive dalam bentuk kekerasan psikologis melibatkan penghinaan, intimidasi, kontrol, manipulasi, atau isolasi. Ini dapat mencakup tindakan yang merusak kepercayaan diri, mengontrol pikiran, atau menyebabkan korban merasa terisolasi dan lemah secara emosional.

3. Pelecehan Seksual

Pelecehan seksual adalah bentuk perilaku abusive yang melibatkan pemaksaan untuk melakukan hubungan seksual atau tindakan seksual lainnya yang tidak diinginkan. Hal ini tidak hanya mencakup kekerasan fisik tetapi juga menyangkut eksploitasi keinginan dan batasan korban.

4. Kekerasan Verbal

Kekerasan verbal mencakup penghinaan, cacian, pengancaman, atau pembatasan komunikasi. Kata-kata yang merendahkan atau mengancam dapat memiliki dampak serius terhadap kesehatan mental korban dan merusak hubungan interpersonal.

5. Kekerasan Finansial

Kekerasan finansial melibatkan pengendalian keuangan, penipuan, atau penolakan untuk memberikan dukungan keuangan. Ini dapat membatasi kemandirian ekonomi korban, memaksa mereka bergantung pada pelaku abusive.

Cara Keluar dari Hubungan Abusive

Bullying Penindasan dan Kekerasan
Ilustrasi Foto korban kekerasan (iStockphoto)

Mengatasi hubungan abusive merupakan tantangan yang kompleks dan sulit. Orang seringkali kesulitan mengakui bahaya tersebut, terutama tanpa adanya kekerasan fisik yang terlihat. Sulitnya melepaskan diri disebabkan oleh ancaman nyawa, monopoli keuangan, dan rasa takut. Untuk keluar dari jeratan hubungan ini, langkah pertama adalah mengenali perlakuan kejam dan selalu menuntut penghentian perilaku tersebut. Penting juga untuk memahami taktik manipulasi dan kontrol serta membangun hubungan yang sehat dengan diri sendiri.

Menghadapi diri sendiri adalah tahapan berikutnya. Penting untuk menghilangkan rasa kebencian terhadap diri sendiri, mengakui ketidaksempurnaan, dan tidak memberikan tekanan berlebihan pada diri sendiri. Pembuatan rencana keselamatan adalah langkah praktis untuk melindungi diri dari bahaya, termasuk mencari dukungan dari orang-orang terpercaya, menyimpan cadangan kunci dan uang, serta merencanakan pelarian dengan cermat.

Terakhir, penting untuk tidak memberi kesempatan kedua setelah keputusan untuk pergi diambil. Mengakhiri hubungan dengan tegas dan tanpa memberi harapan membantu mencegah manipulasi. Minta bantuan dari pihak ketiga seperti yayasan, keluarga, atau teman sangat penting untuk mendukung keselamatan diri. Pada akhirnya, seseorang harus memutuskan apakah menerima perilaku abusive dalam hubungan atau mencari kebahagiaan dan dukungan yang sehat. Cinta seharusnya memberdayakan, bukan mengancam pertumbuhan dan kesejahteraan seseorang.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya