Mengenal Kota Rafah, Satu-satunya Pintu Masuk Gaza Tanpa Melalui Israel

Penduduk Kota Rafah terus menghadapi ancaman besar dalam upaya mereka untuk bertahan hidup dan memperjuangkan hak-hak mereka di tengah konflik yang semakin memburuk.

oleh Fitriyani Puspa Samodra diperbarui 13 Feb 2024, 18:20 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2024, 18:20 WIB
Warga Palestina Berbondong-bondong Masuki Gaza Selatan
Gambar drone ini menunjukkan ribuan tenda yang digunakan para pengungsi di Rafah, Jalur Gaza selatan pada Jumat, 29 Desember 2023. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta Kota Rafah menjadi topik yang hangat dibicarakan setelah menjadi sasaran target Israel. Pihak Israel mengklaim bahwa terdapat empat brigade Hamas di Rafah. Serangan udara dan darat intensif yang dilakukan oleh Israel membuat ketegangan meningkat. 

Tindakan Israel ini telah menimbulkan kecaman dari berbagai pihak di seluruh dunia, dengan seruan untuk mengakhiri kekerasan dan mencari solusi diplomatik yang berkelanjutan. Namun, penduduk Kota Rafah terus menghadapi ancaman besar dalam upaya mereka untuk bertahan hidup dan memperjuangkan hak-hak mereka di tengah konflik yang semakin memburuk.

Mesir yang berbatasan langsung dengan Kota Rafah juga secara tegas menentang invasi tersebut. Berikut ulasan lebih lanjut tentang Kota Rafah yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Selasa (13/2/2024). 

Perbatasan Gaza dan Mesir

Militer Israel Kembali Bombardir Jalur Gaza
Warga Palestina memeriksa kerusakan di sekitar bangunan tempat tinggal setelah serangan udara Israel di kamp pengungsi Rafah di Jalur Gaza Selatan pada 1 Desember 2023, (SAID KHATIB/AFP)

Kota Rafah terletak di selatan Jalur Gaza, Palestina, menjadi pusat perhatian dalam konflik antara Israel dan Palestina. Terletak sekitar 30 kilometer barat daya dari Kota Gaza, Rafah telah menjadi tempat pengungsian selama konflik berkecamuk di wilayah tersebut. Salah satu aspek yang menonjol dari Rafah adalah statusnya sebagai titik persimpangan antara Mesir dan Palestina, dengan Penyeberangan Perbatasan Rafah menjadi satu-satunya jalur lintas perbatasan antara kedua negara.

Kota Rafah memiliki peran strategis sebagai wilayah perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir. Di sisi Palestina, Rafah berfungsi sebagai ibu kota dari wilayah gubernur paling selatan di Gaza, dan juga sebagai gerbang utama menuju Sinai di Mesir. Sementara itu, di sisi Mesir, Rafah adalah sebuah kota yang terletak di provinsi Sinai Utara.

Ketegangan di Rafah semakin memburuk dengan serangan udara dan rencana serangan darat yang dilakukan oleh Israel. Israel mengklaim bahwa keberadaan empat brigade Hamas di Rafah menjadi alasan untuk tindakan agresif mereka. Upaya penyerangan ini, menurut laporan, bahkan mencakup rencana evakuasi warga sipil ke lokasi yang tidak jelas, menimbulkan kebingungan dan kekhawatiran di antara penduduk setempat.

Keterlibatan Mesir dalam konflik ini menjadi kunci dalam dinamika perbatasan Rafah. Mesir telah meningkatkan keamanan di perbatasan Gaza, memindahkan sumber daya militer seperti tank dan pengangkut personel lapis baja sebagai respons terhadap potensi serangan darat Israel. Ancaman dari Mesir untuk menangguhkan perjanjian perdamaian dengan Israel menunjukkan betapa seriusnya mereka mengambil situasi ini.

Dengan meningkatnya ketegangan dan ancaman terhadap keselamatan warga sipil, termasuk kemungkinan pengungsi Palestina yang berusaha masuk ke wilayah Mesir, situasi di Rafah semakin rumit. Upaya diplomatik dan mobilitasi militer dari Mesir menjadi faktor penting dalam menentukan arah konflik di wilayah tersebut.

Sejarah Politik Kota Rafah

Nasib Anak Anak di Gaza
Seorang anak perempuan Palestina menggendong seekor kucing saat dia memeriksa kerusakan setelah pemboman Israel di Rafah di Jalur Gaza selatan, pada 18 Oktober 2023. (SAID KHATIB/AFP)

Kota Rafah memiliki sejarah panjang yang mencerminkan dalam dinamika perubahan perbatasan dan kendali politik di wilayah tersebut. Sejak pertengahan tahun 1930-an, Inggris mulai meningkatkan kontrol perbatasan, dan Rafah mulai berkembang menjadi sebuah kota perbatasan kecil yang menjadi pusat perdagangan dan jasa bagi penduduk Badui yang semi-menetap.

Setelah Perjanjian Gencatan Senjata pada 24 Februari 1949, Rafah berada di wilayah Gaza yang diduduki Mesir, menghapuskan perbatasan Gaza-Mesir yang sebelumnya ada. Namun, situasi ini berubah pada tahun 1967 ketika Israel memenangkan Perang Enam Hari dan Rafah jatuh ke tangan Israel.

Hingga tahun 1979, ketika Israel dan Mesir menandatangani Perjanjian Damai, wilayah Sinai yang berbatasan dengan Jalur Gaza dikembalikan ke kendali Mesir. Dalam kerangka Perjanjian Perdamaian ini, perbatasan Gaza-Mesir kembali dibuat dan melintasi kota Rafah.

Perubahan-perubahan dalam kendali politik dan perbatasan di Rafah mencerminkan kompleksitas sejarah konflik di Timur Tengah, serta peran penting kota ini dalam hubungan antara Israel, Mesir, dan Palestina. Sejarah Rafah mencakup periode ketidakstabilan dan perubahan yang signifikan, yang masih mempengaruhi dinamika politik dan sosial di wilayah tersebut hingga hari ini.

Kondisi Kota Rafah

Potret Kondisi Pengungsi Palestina di Kota Rafah
Militer Israel tengah bersiap untuk mengalihkan fokus serangan dari Gaza ke Rafah. (Mohammed ABED/AFP)

Saat ini Kota Rafah terus mengalami tantangan yang kompleks, yang mencerminkan sejarah panjangnya yang dipengaruhi oleh dinamika politik dan konflik di Timur Tengah. Meskipun sejarahnya sebagai kota perbatasan telah membentuk identitasnya, Rafah saat ini masih menghadapi berbagai tantangan yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari penduduknya.

Sebagai wilayah yang berada di jalur konflik antara Israel, Mesir, dan Palestina, Rafah masih menjadi sasaran ketegangan politik dan kekerasan. Tindakan agresif dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tersebut, seperti serangan udara dan darat, telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur dan penderitaan bagi penduduk setempat. Tidak hanya itu, Rafah juga mengalami kesulitan ekonomi karena terputusnya jalur perdagangan dan akses ke sumber daya yang diperlukan.

Selain itu, perbatasan Gaza-Mesir yang melintasi kota ini masih menjadi sumber konflik dan ketidakpastian. Mobilitas penduduk terbatas oleh kontrol ketat yang diberlakukan oleh kedua pihak, membatasi akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan ekonomi. Upaya penanganan oleh pemerintah lokal dan bantuan internasional terus berlangsung, namun tantangan yang dihadapi Rafah tetap besar.

Kondisi terkini Rafah mencerminkan tantangan yang kompleks dan mendalam yang dihadapi oleh kota ini. Sejarahnya yang panjang sebagai kota perbatasan dan pusat perdagangan tidak hanya mencerminkan keberagaman budaya dan sejarah, tetapi juga memperlihatkan ketegangan politik dan ketidakpastian yang terus mengganggu kehidupan sehari-hari penduduknya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya