Liputan6.com, Jakarta Setelah melahirkan, seorang ibu akan memasuki fase yang sering disebut sebagai masa nifas. Masa nifas adalah periode yang sangat penting bagi seorang ibu, di mana dia harus melakukan adaptasi psikologi terhadap peran barunya. Salah satunya itu adalah menghadapi fase letting go yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan.
Letting go adalah periode penting bagi seorang ibu setelah melahirkan. Ini adalah waktu ketika ibu perlu menerima tanggung jawab dan peran baru dalam hidupnya. Saat seorang wanita menjadi ibu, prioritas dan fokusnya berubah secara signifikan. Ia harus melepaskan peran dan rutinitas yang biasanya ia lakukan sebelum menjadi seorang ibu.
Letting go adalah momen peralihan yang sering kali membutuhkan perubahan mental, emosional dan fisik yang signifikan. Ibu harus belajar mengendalikan kekhawatiran mereka tentang mengurus bayi mereka, menyusui dan memenuhi kebutuhan bayi.Â
Advertisement
Letting go juga berarti harus menyerah pada sebagian kontrol dan membuka diri untuk mengandalkan bantuan orang lain. Dalam beberapa kasus, ini bisa jadi tantangan, terutama bagi ibu yang mungkin terbiasa melakukan segalanya sendiri.
Letting go adalah tentang menerima perubahan dalam hidup dan menemukan keseimbangan baru. Ini tentang mencari cara untuk mencintai dan menghargai peran baru sebagai ibu, sambil menjaga identitas pribadi dan kebahagiaan sendiri.
Berikut ini penjelasan memadai tentang letting go pasca melahirkan yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (1/3/2024).Â
Â
Memahami Apa Itu Letting Go
Letting Go adalah periode yang dialami oleh seorang ibu setelah melahirkan, di mana ia harus menerima tanggung jawab akan perannya yang baru. Perubahan fisik dan emosional yang terjadi pada tubuh seorang ibu setelah melahirkan dapat mempengaruhi perasaannya terhadap dirinya sendiri dan juga perannya sebagai seorang ibu. Fase ini merupakan proses alami yang memiliki berbagai bentuk, tergantung pada setiap individu.
Beberapa ibu mungkin merasa cemas atau khawatir karena merasa belum siap untuk menghadapi peran baru sebagai orangtua. Namun, dengan adanya dukungan dari pasangan, keluarga dan teman-teman terdekat maka fase Letting Go dapat dihadapi dengan lebih baik. Selain itu, juga penting bagi seorang ibu untuk memberikan waktu dan perhatian pada dirinya sendiri. Dengan merawat diri sendiri, seperti menjaga kesehatan fisik dan emosional, seorang ibu dapat lebih siap dan menerima peran barunya sebagai ibu dengan lebih baik.
Penerimaan terhadap peran barunya juga dapat membantu seorang ibu untuk lebih percaya diri dalam mengasuh dan merawat anaknya. Melalui fase Letting Go, seorang ibu belajar untuk menerima tanggung jawabnya dengan tulus dan berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi anaknya.
Advertisement
Perubahan Psikologis Masa Nifas Selain Letting Go
1. Taking-in
Taking-in adalah periode penting yang terjadi setelah melahirkan, di mana seorang ibu mulai menerima tanggung jawabnya akan peran barunya. Selama periode ini, ibu fokus pada dirinya sendiri dan menjalani perawatan pasca melahirkan. Penting untuk menyadari bahwa memberi ruang pada ibu agar dapat melibatkan diri dalam pengalaman melahirkan dan menyesuaikan diri dengan peran barunya sangat penting untuk kesejahteraan mental dan emosionalnya. Ibu perlu mengenali bahwa perubahan dalam hidup akan terjadi dan menerima perubahan tersebut.
Proses ini juga mencakup menerima perubahan fisik yang terjadi pada tubuh setelah melahirkan. Menghadapi perubahan tersebut dapat menjadi tantangan yang signifikan bagi seorang ibu, tetapi dengan menerima dan merangkul perubahan tersebut, ibu dapat membangun kepercayaan diri dan menerima tubuhnya yang baru. Selama periode taking-in, ibu juga dapat merasa tergantung pada orang lain, khususnya pasangannya atau keluarga yang membantu dalam perawatan bayi. Ini adalah waktu yang tepat bagi ibu untuk menerima dukungan dan bantuan yang ada, sambil juga belajar dan mengembangkan keterampilan dalam merawat bayi.
Dalam menghadapi periode ini, penting bagi ibu untuk memberikan waktu dan perhatian pada dirinya sendiri. Menjaga kesehatan fisik dan mental adalah aspek penting dari merawat bayi dengan baik. Mengatur waktu untuk relaksasi, beristirahat, dan menjalani kegiatan yang meningkatkan kesejahteraan adalah langkah yang baik dalam menghadapi periode taking-in.
2. Taking hold
Setelah melahirkan, tahap selanjutnya dalam perjalanan menjadi seorang ibu adalah tahap "taking hold" atau "menerima tanggung jawab akan peran barunya". Pada tahap ini, ibu mulai merasa lebih percaya diri dalam mengasuh dan merawat bayinya. Salah satu aspek yang muncul dalam tahap ini adalah "taking hold" secara fisik. Ibu mulai merasa mampu menjalankan tugas-tugas sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Misalnya, mereka mungkin merasa nyaman menyusui bayinya sendiri, mengganti popok, dan menenangkan bayi yang rewel. Hal ini merupakan langkah penting dalam kemampuan seorang ibu untuk merawat dan mengasuh bayinya dengan percaya diri.
Tapi tidak hanya secara fisik, tahap "taking hold" juga melibatkan perasaan dan tanggung jawab emosional. Ibu akan mulai menerima peran barunya sebagai orang tua dan merasa bertanggung jawab untuk memberikan segala kebutuhan bayinya. Mereka juga akan mulai mengenali karakteristik unik bayinya, seperti kapan mereka lapar, sedih, atau bahagia. Tahap "taking hold" ini adalah langkah krusial dalam perkembangan seorang ibu dalam menjadi seorang orang tua yang kompeten. Dengan menerima tanggung jawab dan melibatkan diri secara aktif dalam perawatan bayi mereka, ibu bisa merasa lebih percaya diri dan lebih siap menghadapi tantangan menjadi orang tua.
Â
Komplikasi Psikologis Masa Nifas
1. Postpartum Blues
Setelah melahirkan, banyak perubahan fisik dan emosional yang dialami oleh seorang ibu baru. Salah satu perubahan emosional yang umum terjadi adalah kondisi yang dikenal sebagai postpartum blues atau baby blues. Pada umumnya, kondisi ini mulai muncul dalam rentang waktu satu minggu hingga dua minggu setelah melahirkan dan biasanya berlangsung tidak lebih dari beberapa minggu saja. Postpartum blues ditandai oleh perasaan cemas, perubahan mood yang tiba-tiba, dan merasa sensitif terhadap sekitar. Perubahan hormon, perubahan fisik, kurang tidur, dan peran baru sebagai ibu dapat menjadi faktor penyebab kondisi ini. Meskipun terkadang bisa mengganggu, postpartum blues adalah hal yang normal dan dapat diatasi dengan dukungan dan pemahaman.
Mengalami postpartum blues adalah periode yang penting dalam proses "letting go", yaitu mengakui dan menerima tanggungjawab terhadap peran baru sebagai ibu. Ibu yang baru melahirkan perlu memberikan dirinya waktu dan kesempatan untuk beradaptasi dengan perubahan yang telah terjadi dalam hidupnya, termasuk mengasah insting baru dan memahami perasaan mereka sendiri. Dalam periode ini, dukungan sosial dan emosional sangat penting. Keluarga, pasangan, teman, atau bahkan grup dukungan ibu bisa menjadi tempat untuk berbagi pengalaman, emosi, dan mencari nasihat.
2. Postpartum Depression
Postpartum Depression atau depresi pasca persalinan adalah kondisi emosional yang dialami oleh seorang ibu setelah melahirkan. Keadaan ini menunjukkan adanya perubahan suasana hati yang intens dan mendalam, serta dapat memengaruhi perasaan, pikiran, dan tingkah laku ibu yang baru melahirkan. Salah satu aspek yang sering dihadapi oleh seorang ibu pasca melahirkan adalah sulitnya untuk melepaskan peran ibu dari peran sebelumnya, seperti pekerja, pasangan, atau individu yang merawat diri sendiri. Proses 'letting go' adalah periode yang penting dalam mengakui dan menerima perubahan yang telah terjadi dalam hidupnya dan juga untuk menerima tanggung jawab dari perannya sebagai seorang ibu.
Periode 'letting go' ini dapat memengaruhi kondisi mental dan emosional seorang ibu. Perasaan bersalah dan khawatir sering kali muncul karena merasa tidak mampu memenuhi tuntutan baru sebagai ibu. Rasa cemas yang berlebihan, kebingungan, perubahan suasana hati yang drastis, kurangnya minat dalam melakukan aktivitas sehari-hari, serta isolasi sosial adalah beberapa gejala dari depresi pasca persalinan. Untuk mengatasi depresi pasca persalinan, perlu adanya dukungan dan pemahaman dari lingkungan sekitar ibu, termasuk pasangan dan keluarga. Konsultasi dengan dokter atau psikolog juga penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
3. Postpartum Psychosis
Postpartum Psychosis adalah kondisi mental yang jarang terjadi setelah melahirkan. Hal ini terjadi ketika seorang wanita mengalami episode psikosis dalam beberapa hari atau minggu setelah melahirkan. Kondisi ini sangat serius dan membutuhkan perhatian medis segera. Gejala postpartum psychosis dapat sangat bervariasi, termasuk kebingungan, khayalan, delusi, hiperaktif, gembira berlebihan, gelisah, dan perilaku impulsif. Wanita yang mengalami postpartum psychosis mungkin juga mengalami kesulitan tidur, peningkatan frekuensi bicara, dan hilangnya inhibisi.
Penyebab pasti postpartum psychosis masih belum diketahui secara pasti. Namun, dipercaya bahwa perubahan hormon setelah melahirkan, perubahan keadaan fisik dan emosional, serta faktor genetik dapat berperan dalam perkembangan kondisi ini. Postpartum psychosis adalah kondisi gawat darurat dan memerlukan penanganan medis segera. Jika seorang anak, pasangan, atau orang lain mengalami gejala postpartum psychosis, segera hubungi dokter atau tenaga medis terdekat.
Â
Advertisement