Liputan6.com, Jakarta Keinginan untuk berbohong adalah hal yang biasa terjadi pada setiap individu. Namun, jika seseorang sering kali berbohong tanpa alasan yang jelas dan sulit untuk mengendalikannya, maka bisa jadi ia mengalami mythomania. Mythomania adalah sebuah kondisi mental di mana seseorang memiliki kebiasaan berbohong yang intens dan tidak dapat dikontrol.
Baca Juga
Advertisement
Mythomania adalah masalah mental yang perlu diperhatikan. Seseorang yang mengalami mythomania cenderung untuk terus-menerus berbohong, meskipun pada akhirnya kebohongan tersebut dapat memicu masalah bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka sering kali menciptakan cerita-cerita yang fantastis dan tak masuk akal untuk menutupi kebohongannya.Â
Mythomania adalah kondisi yang rumit dan sulit untuk diatasi. Penderita biasanya tidak menyadari bahwa perilaku mereka sudah berlebihan, sehingga diagnosa dan pengobatan menjadi lebih sulit. Beberapa faktor yang dapat memicu seseorang mengalami mythomania antara lain adalah trauma masa kecil, gangguan kepribadian, stres dan gangguan kejiwaan lainnya.
Untuk mengatasi mythomania, dibutuhkan bantuan profesional dari dokter atau psikolog. Berikut ini gejala dan penyebab mythomania yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Senin (4/3/2024).Â
Mengenal Apa Itu Mythomania dan Gejalanya
Mythomania adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang memiliki kecenderungan untuk berbohong secara berlebihan, tanpa alasan yang jelas. Mereka sering kali dengan percaya diri meyakinkan orang lain dengan kisah-kisah yang tidak benar, meskipun bukti nyata menunjukkan sebaliknya. Mythomania sangat kompleks dan bisa diperparah oleh faktor psikologis dan lingkungan yang mempengaruhi seseorang.
Beberapa orang mungkin mengalami gangguan ini sebagai bentuk pelarian atau cara untuk mendapatkan perhatian. Ada juga kemungkinan bahwa mythomania berkaitan dengan gangguan kepribadian tertentu, seperti gangguan kepribadian antisosial atau gangguan kepribadian borderline. Berikut beberapa gejala dan tanda yang perlu diketahui:
- Orang dengan mitomania sering kali menghasilkan cerita yang rumit dan tak terkait dengan kenyataan. Mereka terlibat dalam berbohong berlebihan dan menghadirkan kisah yang fantastis, sering kali tanpa alasan yang logis atau manfaat yang jelas.
- Penderita mythomania seringkali akan mengarang cerita-cerita yang rumit dan kompleks, bahkan berbohong terus-menerus tanpa alasan yang jelas, sehingga memberikan dampak negatif terhadap hubungan pribadi, pekerjaan, maupun kehidupan sosial mereka.
- Orang dengan mitomani cenderung membuat cerita-cerita yang tidak benar, mengada-ada, atau masuk akal untuk mendapatkan perhatian atau memperkuat citra diri mereka.
- Orang yang menderita mitomani cenderung sulit menjalin hubungan yang baik dengan rekan kerja atau atasan karena kurangnya kepercayaan.
- Penderita mitomani adalah mereka kadang-kadang percaya dengan kebohongan yang mereka katakan. Hal ini membuat mereka sulit membedakan antara realitas dan imajinasi.
Advertisement
Penyebab
1. Gangguan Buatan
Seorang penderita mythomania seringkali merasa terdorong, untuk mengatakan hal-hal yang tidak benar secara terus-menerus, bahkan ketika tidak ada keuntungan yang didapatkan. Meskipun semua orang pernah melakukan kebohongan kecil di kehidupannya, orang dengan mythomania memiliki kecenderungan untuk berbohong secara kronis dan tanpa pernah mengindahkan konsekuensi dari perbuatannya.
Mereka seringkali memperindah dan mengarang cerita-cerita yang tak masuk akal, sehingga sulit bagi orang lain untuk membedakan antara kebohongan dan kebenaran. Gangguan Buatan sering kali berdampak negatif pada kehidupan sosial seorang penderita. Orang-orang di sekitarnya akan merasa tidak bisa mempercayai segala sesuatu yang diucapkannya, sehingga hubungan antara penderita dengan orang lain seringkali menjadi tegang dan renggang.
2. Gangguan kepribadian
Mythomania adalah kondisi di mana seseorang memiliki kebiasaan berbohong tanpa alasan yang jelas. Orang yang mengalami mythomania akan seringkali menyampaikan cerita atau informasi yang tidak benar dan tidak masuk akal, tanpa memperdulikan akibat yang ditimbulkan.
Gangguan kepribadian mythomania seringkali dihubungkan dengan perasaan rendah diri, atau kebutuhan eksternal untuk mendapatkan perhatian. Seseorang yang mengalami mythomania akan terus-menerus mencari perhatian dan pengakuan dari orang lain dengan cara berbohong.Â
Penting untuk diingat bahwa mythomania bukanlah suatu hal yang bisa dianggap remeh. Kondisi ini merupakan sebuah gangguan mental yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala mythomania, segera cari bantuan dari profesional kesehatan mental untuk mendapatkan diagnosis dan perawatan yang tepat.
3. Demensia Frontotemporal
Demensia Frontotemporal (DFT) adalah salah satu jenis penyakit neurodegeneratif yang dapat menyebabkan kegagalan fungsi otak. Orang yang mengalami DFT cenderung memiliki perubahan kepribadian, emosi dan perilaku yang signifikan. Salah satu gejala yang umum dialami oleh penderita DFT adalah kecenderungan untuk berbohong tanpa alasan yang jelas.Â
Kebohongan yang dilakukan oleh penderita DFT seringkali menyebabkan masalah dalam hubungan sosial mereka. Kekuatan untuk membedakan antara kenyataan dan kebohongan, dapat menjadi semakin kabur seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa mythomania adalah gejala dari DFT dan bukanlah perilaku yang disengaja atau manipulatif. Penting bagi keluarga, teman dan perawat untuk memahami, bahwa perilaku berbohong yang sering dialami oleh penderita DFT adalah bagian dari kondisi mereka.Â
Diagnosis dan Penanganan
 Mythomania atau kecenderungan seseorang untuk sering berbohong tanpa alasan yang jelas, adalah masalah mental yang serius. Diagnosis merupakan langkah penting untuk mengidentifikasi dan mengobati kondisi ini. Diagnosis untuk mythomania tidaklah mudah.
Tidak ada tes laboratorium atau skrining khusus yang dapat secara langsung mendeteksi kondisi ini. Sebagai gantinya, diagnosis ditegakkan melalui evaluasi psikologis yang mencakup wawancara, observasi perilak dan serangkaian tes psikologis.
Dalam wawancara, dokter atau psikolog akan bertanya tentang riwayat kebohongan yang sering dilakukan oleh individu. Mereka juga akan meminta individu untuk menjelaskan alasan di balik kebohongan tersebut. Observasi perilaku juga penting untuk melihat pola kebohongan yang dilakukan dalam berbagai situasi dan konteks.
Selain itu, tes psikologis seperti tes penilaian kepribadian dan tes kebohongan juga dapat membantu dalam menegakkan diagnosis mythomania. Tes tersebut mengungkapkan pola perilaku, pemikiran dan sikap individu yang konsisten dengan gangguan ini.
Setelah diagnosis dibuat, langkah selanjutnya adalah mengobati kondisi mythomania. Biasanya, terapi psikoterapi individu efektif untuk membantu individu mengenali dan mengelola kecenderungan berbohong. Mengidentifikasi alasan di balik kebohongan dan mengembangkan strategi untuk menggantikan kebohongan dengan kejujuran juga menjadi fokus terapi.
Dalam beberapa kasus, terapi obat-obatan mungkin juga diperlukan untuk mengelola gejala yang terkait dengan kondisi mental yang mendasari. Namun, penting untuk dicatat bahwa pengobatan medis tidak menyembuhkan mythomania secara langsung, melainkan bertujuan untuk meredakan gejala yang dialami individu.
Â
Advertisement