Tren Hemodialisa di Kalangan Gen Z, Minuman Kemasan Jadi Penyebab Penyakit Ginjal

Tren "Hemodialisa" yang ramai dibicarakan oleh anak muda.

oleh Silvia Estefina Subitmele diperbarui 12 Jul 2024, 20:20 WIB
Diterbitkan 12 Jul 2024, 20:20 WIB
hemodialisa
Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) kecewa dengan kebijakan BPJS Kesehatan mengenai layanan heomodoalisa tiga (3) kali seminggu

Liputan6.com, Jakarta Tren hemodialisa di kalangan anak muda kini meningkat dengan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Hemodialisa sendiri merupakan bentuk tindakan medis yaitu terapi, untuk mengganti fungsi ginjal yang tidak dapat bekerja dengan normal. Hal ini disebabkan oleh sejumlah faktor, salah satunya adalah kebiasaan minum minuman kemasan. 

Dewasa ini, minuman kemasan menjadi tren di kalangan anak muda. Minuman ini memiliki berbagai varian rasa dan dikemas secara praktis, sehingga banyak orang lebih memilih membeli minuman kemasan daripada minuman biasa. Namun, tahukah Anda bahwa minuman kemasan mengandung banyak zat aditif dan gula yang dapat berdampak negatif pada kesehatan ginjal?

Dalam jangka panjang, konsumsi berlebihan minuman kemasan dapat menyebabkan terganggunya fungsi ginjal dan memicu penyakit ginjal yang serius. Sebagai akibatnya, tren hemodialisa muncul sebagai julukan bagi orang yang terpaksa menjalani terapi menggunakan mesin cuci darah, di mana darah yang mengandung zat-zat beracun akan dialirkan melalui mesin tersebut, untuk dibersihkan sebelum dialirkan kembali ke tubuh.

Karena meningkatnya kasus penyakit ginjal pada anak muda, tren hemodialisa menjadi perbincangan hangat di kalangan mereka. Fenomena ini menjadi peringatan penting bagi mereka yang sangat menggemari minuman kemasan, untuk lebih memperhatikan kesehatan ginjal mereka. Menghindari minuman kemasan berlebihan dan menjaga pola hidup sehat, dapat membantu mencegah terjadinya gangguan fungsi ginjal dan mengurangi risiko kebutuhan akan hemodialisa di masa depan.

Berikut ini dampak dari hemodialisa yang Liputan6.com rangkum dari berbagai sumber, Jumat (12/7/2024). 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pengertian Hemodialisa

RS Pelni Tambah Jumlah Mesin Hemodialisa
Rumah Sakit Pelni menambah jumlah mesin Hemodialisa (cuci darah) menjadi 100 unit.

Tren hemodialisa kini semakin ramai dibicarakan oleh anak muda. Hal ini disebabkan oleh peningkatan kasus gagal ginjal di kalangan generasi muda, akibat pola hidup yang kurang sehat, termasuk konsumsi makanan tidak sehat dan terpapar bahan kimia berbahaya. Karena kasus ini, banyak yang kemudian penasaran tentang apa itu Hemodialisa?

Hemodialisis adalah metode perawatan untuk menyaring limbah dan air dari darah. Proses ini membantu mengontrol tekanan darah serta menyeimbangkan mineral penting dalam darah seperti kalium, natrium, dan kalsium. Meskipun hemodialisis dapat membantu mengembalikan kualitas hidup pasien, terapi ini bukanlah obat yang dapat menyembuhkan gagal ginjal.

Hemodialisis atau sering disebut juga sebagai cuci darah, adalah terapi yang dilakukan di luar tubuh. Terapi ini umumnya diperlukan oleh mereka yang menderita masalah ginjal, di mana ginjal tidak lagi berfungsi dengan optimal. Secara alami, tubuh manusia mampu mencuci darah secara otomatis melalui fungsi ginjal. Namun, jika terjadi masalah pada ginjal, kemampuan ini akan hilang.

Ginjal adalah organ yang memiliki peran vital dalam tubuh, bertanggung jawab untuk penyaringan darah dan pembentukan zat-zat yang menjaga kesehatan tubuh. Karena kondisi ini, tubuh memerlukan proses cuci darah menggunakan bantuan alat medis.

National Kidney Foundation merekomendasikan hemodialisis, ketika fungsi ginjal turun hingga 15 persen atau lebih rendah. Selain itu, hemodialisis juga disarankan jika seseorang mengalami gejala parah yang disebabkan oleh penyakit ginjal, seperti sesak napas, kelelahan, kram otot, mual, atau muntah.

Perlu diketahui bahwa dalam proses terapi, terdapat satu jarum mengalirkan darah ke mesin cuci darah, serta satu jarum untuk mengembalikan darah bersih dari mesin menuju tubuh. Proses cuci darah ini memakan waktu sekitar 2,5 hingga 4,5 jam.

 

 


Efek Samping yang Timbul

Gejala Penyakit Gagal Ginjal
Ilustrasi Gejala Penyakit Gagal Ginjal Credit: pexels.com/Anna

Hemodialisis adalah prosedur cuci darah yang penting bagi pasien dengan gagal ginjal kronis. Prosedur ini hanya dapat dilakukan di rumah sakit, atau pusat dialisis dengan fasilitas medis yang memadai. Biasanya, hemodialisis dilakukan hingga tiga kali dalam seminggu, tergantung pada kondisi pasien dan kebutuhan medisnya.

Meskipun hemodialisis membantu mempertahankan fungsi tubuh yang optimal dengan menyaring limbah dan air dari darah, prosedur ini juga memiliki beberapa efek samping yang perlu diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa efek samping yang mungkin Anda alami jika menjalani hemodialisis:

Perubahan Tekanan Darah

Salah satu efek samping paling umum dari hemodialisis adalah perubahan tekanan darah, yang dapat berupa penurunan atau peningkatan tekanan darah. Penurunan tekanan darah sering terjadi, terutama pada pasien yang juga menderita diabetes. Gejala penurunan tekanan darah termasuk sesak napas, kram perut, kram otot, mual, atau muntah. Kondisi ini bisa terjadi karena perubahan drastis dalam volume cairan tubuh selama proses dialisis.

Sebaliknya, tekanan darah juga bisa melonjak terlalu tinggi, terutama pada penderita penyakit ginjal yang memiliki riwayat hipertensi dan masih mengonsumsi garam atau air berlebihan. Pengelolaan tekanan darah yang baik sangat penting, untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Mual dan Muntah

Mual dan muntah merupakan efek samping yang umum terjadi selama atau setelah hemodialisis. Salah satu penyebab utama dari gejala ini adalah uremia, yaitu penumpukan racun dalam darah yang terjadi akibat gagal ginjal. Selain itu, penurunan tekanan darah yang terjadi selama proses dialisis juga dapat memicu mual dan muntah.

Pasien mungkin merasa tidak nyaman dan kehilangan nafsu makan. Untuk mengatasi gejala ini, dokter mungkin akan memberikan obat antiemetik dan menyarankan perubahan pola makan yang lebih sesuai dengan kondisi pasien.

Anemia

Anemia atau kondisi kurang darah, merupakan salah satu efek samping yang cukup umum pada pasien yang menjalani hemodialisis. Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kehilangan darah selama prosedur dialisis, penurunan produksi hormon eritropoietin oleh ginjal yang rusak, dan kerusakan sel darah merah.

Anemia dapat menyebabkan gejala seperti kelelahan, kelemahan, dan sesak napas. Untuk mengatasi anemia, dokter mungkin akan meresepkan suplemen zat besi, vitamin B12, asam folat, atau hormon eritropoietin untuk membantu meningkatkan produksi sel darah merah.

Kulit Gatal

Penumpukan fosfor dalam darah akibat hemodialisis dapat menyebabkan kulit menjadi gatal. Kondisi ini umum terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisis secara rutin. Kulit gatal bisa sangat mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup pasien.

Untuk mencegah atau meringankan gejala kulit gatal, pasien mungkin perlu menjalani pola makan khusus yang rendah fosfor dan mengonsumsi pengikat fosfat sesuai anjuran dokter. Penggunaan pelembap kulit juga dapat membantu mengurangi rasa gatal dan menjaga kesehatan kulit.

 


Apakah Perlu Menjaga Asupan Makanan?

Ilustrasi Penyakit Ginjal
Ilustrasi Penyakit Ginjal

Secara umum, pasien yang menjalani hemodialisis disarankan untuk meningkatkan asupan protein dan membatasi jumlah kalium, fosfor, natrium (garam), serta cairan dalam makanannya. Asupan makanan yang tepat sangat penting untuk membantu mengelola kondisi kesehatan mereka dan mendukung efektivitas terapi hemodialisis.

Peningkatan asupan protein dianjurkan karena selama proses dialisis, sejumlah protein akan hilang dari tubuh. Protein berfungsi untuk membantu memperbaiki jaringan tubuh dan menjaga fungsi sistem kekebalan tubuh. Sumber protein yang baik termasuk daging tanpa lemak, ikan, ayam, telur, dan produk susu rendah lemak.

Di sisi lain, pembatasan kalium, fosfor, natrium dan cairan sangat penting untuk mencegah komplikasi. Kalium berlebih dalam darah dapat menyebabkan gangguan irama jantung yang berbahaya. Oleh karena itu, pasien perlu menghindari makanan tinggi kalium seperti pisang, jeruk, kentang, dan tomat.

Fosfor yang berlebihan dapat menyebabkan gatal-gatal dan masalah tulang, sehingga perlu membatasi konsumsi produk olahan susu, kacang-kacangan, dan minuman bersoda. Natrium atau garam harus dibatasi untuk menghindari peningkatan tekanan darah dan penumpukan cairan dalam tubuh.

Pasien juga disarankan untuk mengontrol asupan cairan harian mereka, untuk mencegah kelebihan cairan yang bisa menyebabkan pembengkakan dan tekanan pada jantung. Pasien dengan kondisi kesehatan tambahan seperti diabetes, mungkin memerlukan batasan asupan makan yang lebih ketat.

Misalnya, mereka perlu memantau kadar gula darah dan menghindari makanan yang tinggi gula serta karbohidrat sederhana. Oleh karena itu, sangat penting bagi pasien untuk berbicara dengan ahli gizi yang berpengalaman dalam menangani pasien dengan penyakit ginjal.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya