Mengenal Ogoh-Ogoh: Tradisi Unik Menjelang Nyepi di Bali

Untuk lebih mengenal apa itu ogoh-ogoh, berikut rangkuman lengkapnya.

oleh Woro Anjar Verianty diperbarui 04 Sep 2024, 17:00 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2024, 17:00 WIB
Pawai Ogoh-Ogoh di Kawasan Pura Segara Surabaya Jelang Hari Raya Nyepi
Umat Hindu membawa Ogoh-Ogoh selama pawai di kawasan Pura Segara sehari sebelum Hari Raya Nyepi di Surabaya pada 21 Maret 2023. (AFP/Juni Kriswanto)

Liputan6.com, Jakarta Bali, pulau Dewata yang terkenal dengan keindahan alamnya, juga menyimpan kekayaan budaya yang tak kalah menarik. Salah satu tradisi yang paling mencolok dan memikat perhatian wisatawan adalah ogoh-ogoh. Tradisi ogoh-ogoh telah menjadi bagian integral dari perayaan menjelang Hari Raya Nyepi di Bali, menciptakan spektakuler visual yang menakjubkan dan sarat makna spiritual.

Ogoh-ogoh, yang berasal dari kata Bali "ogah-ogah" yang berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan, adalah patung raksasa yang merefleksikan kepribadian Bhuta Kala. Patung-patung ogoh-ogoh ini biasanya digambarkan sebagai sosok yang besar dan menakutkan, seringkali dalam wujud raksasa atau makhluk-makhluk mitologis lainnya. Keunikan ogoh-ogoh terletak pada detail artistiknya yang rumit dan kemampuannya untuk menarik perhatian setiap orang yang melihatnya.

Tradisi ogoh-ogoh, yang mulai populer sekitar tahun 1980-an, telah berkembang menjadi salah satu daya tarik wisata utama di Bali. Meskipun relatif baru dalam skala waktu tradisi Bali, ogoh-ogoh telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perayaan menjelang Nyepi. Setiap tahun, masyarakat Bali dengan antusias mempersiapkan ogoh-ogoh mereka, mencurahkan kreativitas dan dedikasi untuk menciptakan karya seni yang menakjubkan sekaligus menyeramkan.

Untuk lebih mengenal apa itu ogoh-ogoh, berikut ini telah Liputan6.com rangkum informasi lengkapnya, pada Rabu (4/9/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Asal Usul dan Makna Ogoh-Ogoh

Melihat Pembuatan Ogoh-Ogoh di Bali
Ogoh-ogoh merupakan patung yang menjadi simbol dari sifat buruk atau sifat negatif dari manusia dan alam semesta. (SONNY TUMBELAKA/AFP)

Ogoh-ogoh merupakan bagian integral dari tradisi keagamaan dan budaya Bali yang begitu kental dengan nilai-nilai spiritual. Patung-patung raksasa ini tidak sekadar hasil dari kreativitas artistik masyarakat Bali, melainkan juga mengandung simbolisme mendalam yang terkait dengan ajaran Hindu Dharma. Istilah "Ogoh-ogoh" merujuk pada representasi visual dari Bhuta Kala, sebuah konsep dalam agama Hindu yang mewakili kekuatan alam semesta yang tak terukur (Bhu) dan waktu yang tak terbantahkan (Kala). Bhuta Kala dalam pandangan Hindu Bali merupakan simbol dari aspek-aspek negatif atau kekacauan yang ada di alam semesta.

Sebagai manifestasi dari Bhuta Kala, ogoh-ogoh dirancang dengan penampilan yang menakutkan. Patung-patung ini sering kali berbentuk raksasa, naga, atau makhluk mitologis lain yang memiliki tampilan seram. Bentuknya yang menakutkan ini bukan tanpa alasan; hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan sifat-sifat negatif yang bersemayam dalam diri manusia dan alam sekitar, yang perlu dinetralisir sebelum perayaan Nyepi, hari raya keheningan dalam tradisi Hindu Bali.

 

Proses Pembuatan dan Perayaan Ogoh-Ogoh

Sambut Nyepi, Masyarakat Bali Mulai Menghias Ogoh-ogoh
Pawai ogoh-ogoh telah menjadi daya tarik sendiri bagi para wisatawan yang berkunjung ke Bali saat perayaan Nyepi.

Pembuatan ogoh-ogoh merupakan kegiatan yang memerlukan waktu, kreativitas, dan sinergi yang kuat antaranggota komunitas. Setiap tahunnya, persiapan untuk membuat ogoh-ogoh dimulai jauh sebelum perayaan Nyepi tiba. Proses ini tidak hanya melibatkan para seniman dan pengrajin, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Tahapan pertama dalam pembuatan ogoh-ogoh adalah perencanaan desain dan konsep. Desain ogoh-ogoh sering kali mencerminkan tema-tema mitologis, cerita rakyat, atau bahkan isu-isu sosial dan politik kontemporer. Setelah desain ditentukan, langkah berikutnya adalah pembuatan kerangka patung. Bambu atau kayu ringan biasanya digunakan sebagai bahan utama untuk kerangka, karena kekuatannya yang baik namun tetap mudah dibentuk.

Setelah kerangka selesai, tahap berikutnya adalah pembentukan detail patung menggunakan bahan-bahan seperti styrofoam, kertas, atau bahan ringan lainnya. Proses ini membutuhkan keterampilan khusus untuk mengukir dan membentuk detail-detail halus yang akan memberi karakter pada ogoh-ogoh. Tahapan terakhir adalah finishing, di mana patung dilukis dengan warna-warna cerah dan ornamen ditambahkan untuk memperkaya penampilan visual ogoh-ogoh.

Puncak dari tradisi ogoh-ogoh adalah perayaan yang dikenal sebagai "Ngerupuk," yang berlangsung pada malam sebelum Hari Raya Nyepi. Pada saat ini, ogoh-ogoh diarak keliling desa atau kota dengan iringan gamelan dan tarian tradisional Bali. Arak-arakan ini merupakan simbol dari pengusiran energi-energi negatif dari lingkungan sekitar. Setelah prosesi, ogoh-ogoh biasanya dibakar, yang melambangkan penghancuran dan pelepasan sifat-sifat negatif yang telah dikumpulkan.


Makna Spiritual dan Sosial Ogoh-Ogoh

Ogoh-ogoh tidak hanya memiliki nilai estetika dan hiburan, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam bagi masyarakat Bali. Patung-patung ini mewakili pengakuan akan keberadaan sifat-sifat negatif dalam diri manusia dan lingkungan sekitarnya. Proses pembuatan hingga pembakaran ogoh-ogoh adalah simbol dari upaya manusia untuk menghadapi dan menetralisir energi negatif yang ada, sebagai persiapan spiritual sebelum memasuki Nyepi, hari di mana seluruh aktivitas dihentikan dan masyarakat Bali merenungkan diri dalam keheningan.

Dari segi sosial, pembuatan ogoh-ogoh menjadi momen penting untuk memperkuat ikatan komunitas. Setiap desa atau banjar (kelompok masyarakat di Bali) biasanya memiliki kelompok-kelompok yang bekerja sama untuk membuat ogoh-ogoh. Ini bukan hanya soal kerja keras dan keterampilan, tetapi juga tentang gotong royong, solidaritas, dan transmisi nilai-nilai budaya serta spiritual dari generasi yang lebih tua ke generasi muda.

Perkembangan Modern Ogoh-Ogoh

Seiring berjalannya waktu, tradisi ogoh-ogoh mengalami berbagai perkembangan. Dalam era modern, desain ogoh-ogoh tidak hanya terbatas pada tema-tema tradisional, tetapi juga mulai mengadopsi elemen-elemen kontemporer, termasuk penggunaan teknologi dalam proses pembuatannya. Inovasi ini menciptakan ogoh-ogoh yang lebih spektakuler dan sering kali menjadi atraksi yang menarik wisatawan.

Namun, perkembangan ini juga membawa tantangan tersendiri. Di satu sisi, ogoh-ogoh telah menjadi daya tarik utama bagi pariwisata Bali, yang membawa dampak ekonomi positif bagi masyarakat lokal. Di sisi lain, ada kekhawatiran bahwa aspek spiritual dari tradisi ini dapat tergeser oleh kepentingan komersial dan pariwisata. Oleh karena itu, ada upaya untuk menyeimbangkan antara pelestarian nilai-nilai spiritual dan peningkatan daya tarik ogoh-ogoh sebagai bagian dari industri pariwisata.


Ogoh-Ogoh dalam Konteks Pariwisata Bali

Kenakan Baju Adat, Jokowi Ikuti Pawai Pesta Kesenian Bali
Patung ogoh-ogoh diarak saat pawai pembukaan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 yang dihadiri Presiden Jokowi di Bali (23/6). Acara ini dilaksanakan di depan Monumen Bajra Sandi, Lapangan Puputan Niti Mandala. (Liputan6.com/Pool/Biro Pers Setpres)

Ogoh-ogoh telah menjadi magnet bagi wisatawan yang datang ke Bali menjelang Nyepi. Bagi banyak pengunjung, menyaksikan prosesi ogoh-ogoh adalah pengalaman yang tak terlupakan, yang memberikan wawasan mendalam tentang kekayaan budaya dan spiritualitas Bali. Keindahan dan keunikan ogoh-ogoh menjadikannya salah satu atraksi utama di Bali, yang mampu menarik ribuan wisatawan dari berbagai belahan dunia.

Namun, popularitas ini juga menimbulkan tantangan dalam menjaga kesakralan ritual tersebut. Masyarakat Bali harus berupaya keras untuk menjaga agar tradisi ini tetap berakar pada nilai-nilai spiritualnya, sambil tetap membuka diri terhadap minat wisatawan. Oleh karena itu, berbagai inisiatif dilakukan, termasuk edukasi kepada wisatawan tentang makna dan pentingnya ogoh-ogoh, serta upaya pelestarian melalui berbagai kegiatan budaya yang melibatkan partisipasi generasi muda.

Ogoh-ogoh, dengan segala keindahan dan simbolismenya, adalah cerminan dari kekayaan budaya Bali yang terus hidup dan berkembang. Tradisi ini bukan hanya sekadar tentang patung-patung besar yang indah, tetapi juga tentang filosofi hidup, spiritualitas, dan kearifan lokal yang mendalam. Bagi siapa pun yang berkesempatan menyaksikan perayaan ogoh-ogoh di Bali, pengalaman ini akan memberikan wawasan yang mendalam tentang spiritualitas Hindu Bali dan kekayaan budaya Indonesia.

Lebih dari sekadar atraksi wisata, ogoh-ogoh adalah jendela untuk memahami filosofi hidup yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan kekuatan spiritual. Di balik keindahan visualnya, ogoh-ogoh mengajarkan kita tentang pentingnya menghadapi dan menetralkan energi negatif dalam kehidupan, serta menjaga keseimbangan antara aspek material dan spiritual dalam diri kita. Tradisi ini, dengan segala dinamikanya, akan terus menjadi bagian penting dari identitas budaya Bali, yang layak dihormati dan dilestarikan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya