Liputan6.com, Jakarta Keinginan banyak orang untuk memiliki pasangan semakin meningkat dengan maraknya pembicaraan tentang kisah cinta yang romantis. Tren keromantisan pasangan di media sosial kini menjadi sesuatu yang diidamkan. Setiap pasangan mengharapkan momen romantis mereka sendiri, meskipun dengan cara yang berbeda.
Perdebatan dan perbedaan pendapat tentu akan dialami oleh setiap pasangan. Seringkali, perasaan cinta yang melebihi logika dapat menyebabkan hubungan menjadi toxic relationship. Hubungan toxic yang terus berlanjut ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor interpersonal.
Baca Juga
Akhir-akhir ini, banyak wanita yang terjebak dalam keromantisan yang ternyata menjadi toxic tanpa mereka sadari. Melansir dari Healthline dan Medical News Today, seringkali sikap-sikap toxic ini dianggap romantis dan membuat para korbannya menjadi buta akan cinta.
Advertisement
Seperti apa sikap pria toxic yang seringkali dianggap romantis? Berikut ulasannya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Rabu (11/9/2024).
1. Posesif
Dalam berpasangan, wajar sekali untuk saling menjaga dan saling percaya. Bagi beberapa orang, salah satu cara menyampaikan rasa sayang bisa dengan memberikan rasa ingin melindungi yang tinggi. Perasaan sayang memang meliputi berbagai macam cara. Namun, dalam beberapa kasus, banyak hubungan toxic yang dimulai dengan adanya pengontrolan lebih dari salah satu pasangan sehingga menyebabkan adanya posesifitas.
Banyak wanita merasa pria memiliki kharisma alami untuk memimpin. Sayangnya, saat jatuh cinta, kamu seringkali mengabaikan tanda-tanda ketika seseorang terlalu mengatur hidup kamu. Kebiasaan mengatur yang berlebihan ini bisa memicu masalah yang lebih serius, bahkan kekerasan, karena orang tersebut merasa perlu selalu melindungi kamu.
Â
Advertisement
2. Cemburu
Cemburu seringkali dianggap sebagai bukti cinta yang mendalam. Namun, cemburu yang berlebihan dan tidak berdasar bisa menjadi tanda hubungan yang tidak sehat. Cemburu berlebihan dapat membatasi interaksi sosial, menuntut pasangan untuk membatasi pergaulan dengan teman atau keluarga.
3. Menggunakan Rasa Sayang sebagai Alat Manipulasi
Menggunakan rasa sayang sebagai alat Manipulasi adalah cara yang sering digunakan oleh pelaku toxic dalam hubungan. Dengan menjanjikan cinta dan perhatian sebagai imbalan atas tindakan tertentu, berusaha mengendalikan pasangan dan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ini adalah bentuk manipulasi yang licik, karena pelaku memanfaatkan kebutuhan akan kasih sayang dan penerimaan pada pasangan untuk mencapai tujuan pribadi.Â
Hargai dan cintai diri
Sikap cowok yang sering dianggap romantis ternyata bisa menjadi tanda hubungan yang tidak sehat. Banyak perilaku yang awalnya terlihat manis dan perhatian, seiring berjalannya waktu, bisa berubah menjadi tindakan manipulatif dan mengontrol. Kecemburuan yang berlebihan, posesifitas, dan manipulatif adalah beberapa contoh sikap toxic yang seringkali disamarkan sebagai bentuk kasih sayang. Padahal, perilaku-perilaku ini justru merusak kepercayaan, menghancurkan harga diri, dan menciptakan lingkungan yang tidak sehat dalam hubungan.
Menghormati, kepercayaan, dan kesetaraan menjadi kunci yang penting untuk memahami bahwa cinta yang sehat itu dapat dibangun dengan baik. Dalam hubungan yang sehat, kedua pasangan memiliki ruang untuk berkembang, mengejar minat masing-masing, dan saling mendukung. Dalam hubungan yang toxic, jangan ragu untuk mencari bantuan. Bicarakan dengan teman, keluarga, atau seorang terapis.Â
Kenali tanda-tanda hubungan toxic sejak awal. Belajar untuk menghargai diri sendiri dan menetapkan batas yang jelas dalam hubungan adalah langkah penting untuk melindungi diri dari perilaku toxic. Jangan takut untuk mengatakan tidak jika sesuatu membuatmu merasa tidak nyaman. Dengan meningkatkan kesadaran tentang hubungan yang sehat, kamu dapat menciptakan lingkungan yang lebih positif dan mendukung bagi semua orang.
Advertisement