Liputan6.com, Jakarta Hubungan antara anak dan orang tua idealnya merupakan salah satu ikatan yang paling kuat dan dipenuhi dengan kasih sayang. Namun, kenyataan seringkali berbicara lain.
Banyak anak yang merasa marah dan kecewa terhadap orang tua mereka. Beberapa bahkan secara terbuka mengungkapkan bahwa mereka menyimpan rasa dendam. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Penting untuk memahami bahwa perasaan marah dan kecewa ini dapat memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupan dan kesejahteraan emosional anak. Ada beberapa alasan mengapa anak merasa benci dan kecewa terhadap orang tua mereka sendiri.
Advertisement
Apa saja alasan tersebut? Simak jawabannya yang telah dirangkum oleh Liputan6.com dari berbagai sumber pada Selasa (22/10/2024).
Penyebab anak merasa marah kepada orang tua
1. Pola Asuh Oteriter
Pola asuh yang bersifat otoriter sering menjadi sumber dari rasa benci dan kekecewaan. Orangtua yang terlalu dominan, menetapkan aturan ketat tanpa memberikan peluang untuk dialog atau kebebasan, dapat membuat anak merasa tertekan dan tidak dihargai. Anak-anak yang tumbuh dalam kondisi seperti ini mungkin merasa bahwa mereka tidak pernah memenuhi harapan orangtua mereka.
2. Kurangnya Komunikasi yang Efektif
Komunikasi yang tidak memadai atau bahkan ketiadaan komunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman yang serius. Anak yang merasa bahwa orangtuanya tidak mendengarkan atau memahami perasaan dan kebutuhannya lebih mungkin merasa terasing dan tidak dihargai. Hal ini dapat mengakibatkan perasaan kecewa dan pada akhirnya kebencian. Ini juga menjadi awal mula hilangnya kepercayaan anak terhadap orangtuanya.Â
3. Ekspektasi yang Tidak Realistis Orangtua
Orang tua yang sering menetapkan harapan yang terlalu tinggi atau tidak realistis terhadap anak-anak mereka dapat membuat anak merasa tertekan. Sikap semacam ini bisa menimbulkan tekanan berlebihan. Anak yang merasa terus-menerus gagal dalam memenuhi harapan orang tuanya mungkin akan mengalami frustrasi dan kekecewaan. Perasaan ini bisa berubah menjadi kebencian dan dendam yang mendalam. Anak juga sering merasa rendah diri dan kehilangan rasa percaya diri.Â
4. Kurangnya Dukungan Emosional
Dukungan emosional dari orang tua sangat penting untuk perkembangan anak. Ketika orang tua tidak memberikan dukungan emosional yang memadai, anak-anak dapat merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan. Kurangnya dukungan ini bisa membuat anak merasa sendirian dalam menghadapi masalah mereka. Pada akhirnya, hal ini bisa menimbulkan kebencian dan kekecewaan.
Â
Advertisement
Penyebab anak merasa marah kepada orang tua
5. Pengalaman Traumatis
Pengalaman traumatis seperti kekerasan fisik, emosional, atau seksual yang dilakukan oleh orangtua dapat meninggalkan luka mendalam yang sulit untuk diatasi. Anak-anak yang mengalami kekerasan dari orangtua mereka sering kali merasakan kebencian dan kekecewaan, dan perasaan ini bisa bertahan hingga mereka dewasa. Pengalaman traumatis juga dapat terjadi akibat sikap orangtua yang sering bertengkar, saling mengkhianati, dan perilaku serupa lainnya.Â
6. Membandingkan Anak
Orangtua yang kerap membandingkan anak mereka dengan anak lain, baik itu saudara kandung maupun teman, sangat berisiko membuat anak merasa rendah diri dan tidak dihargai. Anak yang merasa selalu dibandingkan dan dianggap tidak pernah cukup baik, mungkin akan merasa marah dan kecewa terhadap orangtua mereka.
7. Anak Kesepian
Orangtua yang terlalu sibuk dengan pekerjaan atau urusan pribadi sering kali tidak memiliki cukup waktu untuk anak-anak mereka. Ketidakhadiran secara fisik dan emosional ini dapat membuat anak merasa diabaikan dan tidak dianggap penting. Anak-anak yang merasa diabaikan cenderung menyimpan perasaan marah dan kecewa terhadap orangtuanya, meskipun mereka mungkin tidak ingin merasakan hal tersebut.
Perasaan marah dan kecewa anak terhadap orangtua adalah masalah yang kompleks dan memiliki banyak aspek. Penting bagi orangtua untuk menyadari dampak dari tindakan dan ucapan mereka terhadap perasaan anak.
Dengan membangun komunikasi yang baik, memberikan dukungan emosional, dan menetapkan harapan yang realistis, diharapkan orangtua dapat membantu mencegah berkembangnya perasaan negatif ini. Anak yang bahagia biasanya tumbuh di lingkungan dengan orangtua yang bahagia. Demikian pula, anak yang dipenuhi cinta biasanya dikelilingi oleh cinta dalam hidupnya, baik dari orangtua maupun orang-orang terdekat lainnya.