Jakarta Real Madrid memiliki reputasi sebagai klub yang gemar mengeluarkan banyak uang di pasar transfer pemain, terutama saat era Los Galacticos. Para bintang yang didatangkan tidak hanya meningkatkan ketenaran klub tetapi juga memberikan kontribusi penting di atas lapangan.
Real Madrid dipenuhi dengan berbagai gelar berkat kehadiran para superstar tersebut, mulai dari meraih trofi La Liga hingga Liga Champions. Beberapa bintang yang menjadi ikon di Santiago Bernabeu antara lain David Beckham, Zinedine Zidane, Cristiano Ronaldo, hingga Karim Benzema.
Baca Juga
Meskipun berhasil mendatangkan banyak bintang hebat, Real Madrid sering kali gagal dalam urusan transfer. Tidak sedikit pemain yang diboyong oleh Los Blancos ternyata tampil mengecewakan. Berikut adalah tujuh pemain yang direkrut oleh Real Madrid yang penampilannya tidak sesuai harapan.
Advertisement
1. Kaka (AC Milan, 2009)
Memahami alasan Real Madrid memecahkan rekor transfer dunia sebesar 65 juta euro untuk merekrut Kaka sangatlah mudah. Pemain ini bergabung dari AC Milan ketika usianya 27 tahun dan berada di puncak kariernya sebagai peraih Ballon d'Or.
Namun, nasibnya di Spanyol kurang beruntung karena cedera menghalangi peluangnya untuk berkolaborasi dengan Cristiano Ronaldo. Kehadiran Mourinho dan Mesut Ozil turut menjadi penghalang bagi harapannya untuk mendapatkan tempat di tim utama.
Advertisement
2. Pedro Leon (Getafe, 2010)
Pada tahun 2011, Leon menyatakan, "Saya merasa terhina di Madrid." Ungkapan ini mencerminkan perasaannya yang mendalam terkait pengalamannya selama berada di klub tersebut.
Leon merasa bahwa dia tidak menyadari telah melakukan kesalahan apa pun. Dia menegaskan, "Saya melakukan semua yang saya bisa. Saya profesional, saya bekerja keras," yang menunjukkan usahanya untuk tetap menunjukkan dedikasi dan etika kerja yang baik selama berada di tim.
Namun, pandangan ini tidak sejalan dengan pendapat Jose Mourinho. Pelatih asal Portugal tersebut memiliki pandangan yang berbeda mengenai etos kerja Leon. Mourinho merasa kecewa dan menjelaskan bahwa dia tidak puas dengan sikap profesional Leon yang dianggapnya kurang memadai.
3. Robert Prosinecki (Red Star, 1991)
Robert Prosinecki bergabung dengan Real Madrid pada tahun 1991 dengan ekspektasi tinggi, mengingat dirinya dianggap sebagai salah satu pemain paling berbakat dari kawasan Balkan. Prosinecki merupakan gelandang yang memiliki keterampilan luar biasa dan baru saja berperan penting dalam kemenangan Red Star Belgrade di ajang Piala Champions.
Selama tiga tahun kariernya di Madrid, momen terbaiknya adalah ketika mencetak gol melawan Barcelona dalam pertandingan El Clasico. Pengalamannya di Real Madrid menjadi bagian penting dari perjalanan kariernya, meskipun banyak tantangan yang harus dihadapinya selama bermain di klub tersebut.
Advertisement
4. James Rodriguez (Monaco, 2014)
Seperti banyak orang lainnya dalam dunia sepak bola, presiden Real Madrid Florentino Perez terpikat oleh pesona James Rodriguez yang tampil segar dan memiliki keterampilan luar biasa ketika Kolombia berhasil mencapai perempat final Piala Dunia 2014. James Rodriguez juga berhasil mencetak beberapa gol yang mengesankan selama turnamen di Brasil.
Pada musim pertamanya bersama Real Madrid di tahun 2014/2015, James menutup musim dengan mencetak total 17 gol di berbagai kompetisi. Prestasi ini menunjukkan betapa cepatnya dia beradaptasi dengan lingkungan baru dan memberikan kontribusi besar bagi timnya.
Namun, ketika Zinedine Zidane diangkat sebagai pelatih pada tahun 2016, hal ini menjadi titik perubahan signifikan dalam sejarah modern Real Madrid. Penunjukan Zidane secara efektif menandai berakhirnya karier James di klub yang dikenal dengan julukan Los Blancos. Perubahan ini membawa dampak besar bagi perjalanan karier James di ibu kota Spanyol.
5. Walter Samuel (Roma, 2004)
Walter Samuel awalnya tampak seperti tambahan yang sangat tepat bagi Real Madrid, terutama karena klub tersebut memerlukan seorang bek tengah yang tangguh dan berani. Meskipun demikian, pemain asal Argentina tersebut tidak menunjukkan performa yang membuatnya dijuluki 'The Wall' ketika bermain di AS Roma, yang membuat mantan pelatihnya, Fabio Capello, merasa heran. "The Wall" adalah julukan yang didapatkan Samuel karena kemampuannya yang mengesankan saat membela AS Roma.
Ketika Samuel kembali ke Italia pada tahun 2005 dan bergabung dengan Inter Milan, ia kembali menjadi salah satu bek terkemuka di dunia. Di San Siro, Samuel mencapai status sebagai legenda. Performa impresifnya di Inter membuktikan bahwa ia masih memiliki kualitas yang membuatnya diakui sebagai salah satu bek terbaik.
Advertisement
6. Javier Saviola (Barcelona, 2007)
Ketika mengingat kembali masa lalunya, Saviola mengungkapkan penyesalannya, "Melihat ke belakang. Saya berharap saya bermain lebih banyak." Refleksi ini muncul saat dia mengenang pengalamannya bermain di Spanyol. Pada awal karirnya di Barcelona, penyerang asal Argentina tersebut menunjukkan performa yang mengesankan. Namun, situasi berubah ketika dia bergabung dengan Madrid, di mana harapan untuk bersinar tampak semakin jauh dari kenyataan.
Langkah Madrid untuk merekrut Saviola lebih terlihat sebagai upaya untuk mengganggu Barcelona daripada memperkuat tim mereka. Julukan "The Little Rabbit" yang dimilikinya tidak mampu mengantarkan Saviola ke posisi utama dalam skuad Madrid. Dia harus bersaing dengan pemain-pemain berbakat seperti Arjen Robben, Gonzalo Higuain, Raul, Robinho, dan Ruud van Nistelrooy, yang membuatnya sulit untuk mendapatkan tempat reguler di tim utama.
7. Jonathan Woodgate (Newcastle United, 2004)
Pemain belakang ini, Woodgate, direkrut pada tahun 2004, namun harus absen selama setahun akibat cedera paha yang tidak terdeteksi oleh tim medis klub. Setelah pulih dari cedera, ia mengingat momen debutnya melawan Athletic Bilbao dengan berkata, "Tunjukkan pada mereka apa yang bisa saya lakukan."
Pada pertandingan tersebut, ia mengalami nasib buruk dengan mencetak gol bunuh diri dan kemudian mendapatkan kartu merah. Meski demikian, para pendukung di Santiago Bernabeu yang penuh pengertian memberikan tepuk tangan meriah untuknya. Namun, tidak ada protes yang muncul ketika Woodgate dipulangkan ke Inggris pada tahun 2006 setelah hanya tampil dalam delapan pertandingan liga.
Sumber: Goal
Advertisement