GoTo Gojek Dikabarkan Sedang Lakukan Bicara untuk Merger dengan Grab, Ini Faktanya

GoTo dan Grab dikabarkan merger, namun salah satu perusahaan membantah adanya kesepakatan tersebut. Apakah hanya kabar angin?

oleh Nurul Diva diperbarui 05 Feb 2025, 09:58 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2025, 09:58 WIB
Ilustrasi GoFood (Dok. GoTo)
Ilustrasi GoFood (Dok. GoTo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Rumor mengenai penggabungan bisnis (merger) antara GoTo Gojek Tokopedia dan Grab kembali menguat di awal 2025. Laporan dari berbagai sumber menyebutkan bahwa kedua perusahaan tengah berada dalam tahap negosiasi lanjutan untuk menggabungkan bisnis mereka di Asia Tenggara.

Jika benar terjadi, merger ini berpotensi menciptakan entitas teknologi terbesar di kawasan, dengan dominasi di sektor ride-hailing, pengiriman makanan, dan layanan keuangan digital. Hal ini mengingat kedua perusahaan tersebut menguasai pasar di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia sehingga digadang akan menjadi peluang ekonomi yang menjanjikan jika rencana ini terwujud.

Lalu, apa yang sebenarnya terjadi terkait isu merger tersebut? Bagaimana respons dari masing-masing pihak, dan apakah kemungkinan merger ini masih terbuka? Berikut fakta-faktanya, dirangkum Liputan6, Rabu (5/2).

Kabar Merger Muncul, Saham GoTo dan Grab Naik

Pada awal Februari 2025, Reuters menyebut bahwa Grab dan GoTo sedang dalam tahap pembicaraan lanjutan mengenai kemungkinan merger. Sumber yang mengetahui proses ini mengungkapkan bahwa diskusi telah berlangsung sejak 2024 dan semakin intensif dalam beberapa bulan terakhir, dengan target mencapai kesepakatan pada tahun ini.

Kabar ini langsung berdampak pada pasar saham. Saham GoTo yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia melonjak 7,4%, sementara saham Grab yang diperdagangkan di premarket Nasdaq naik hingga 8,8%. Pergerakan harga saham ini mencerminkan optimisme investor terhadap potensi sinergi kedua perusahaan jika merger benar-benar terjadi.

Meski demikian, laporan juga menyebut bahwa pembicaraan serupa telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir tetapi selalu gagal mencapai titik kesepakatan. Beberapa faktor yang diduga menjadi kendala adalah perbedaan valuasi perusahaan, regulasi, serta strategi bisnis masing-masing pihak.

Mengapa Isu Merger Grab dan GoTo Kembali Muncul?

Pembahasan merger antara Grab dan GoTo bukanlah hal baru, tetapi kembali mencuat sebagai respons terhadap tantangan finansial yang dihadapi kedua perusahaan. Sejak melantai di bursa, baik Grab maupun GoTo masih terus mencatatkan kerugian operasional yang signifikan, meskipun telah melakukan berbagai strategi efisiensi.

Salah satu alasan utama yang mendorong pembicaraan merger ini adalah untuk mengurangi persaingan langsung di sektor ride-hailing dan layanan pengiriman makanan. Saat ini, kedua perusahaan bersaing ketat di berbagai pasar utama seperti Indonesia, Singapura, dan Malaysia, yang mengakibatkan pengeluaran besar untuk promosi dan subsidi pelanggan.

Selain itu, merger juga dinilai sebagai langkah strategis dalam menghadapi persaingan dari pemain global seperti Shopee (Sea Group) dan TikTok Shop, yang semakin agresif masuk ke sektor layanan keuangan dan e-commerce di Asia Tenggara.

GoTo Membantah Keras, Grab Belum Beri Pernyataan Resmi

Meskipun rumor merger semakin kuat, GoTo Gojek Tokopedia menegaskan bahwa mereka tidak sedang dalam pembicaraan merger dengan Grab atau pihak mana pun. Pernyataan resmi ini disampaikan oleh Sekretaris Perusahaan GoTo, RA Koesoemohadiani, dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 4 Februari 2025.

Dalam pernyataannya, GoTo menegaskan bahwa isu merger semacam ini sudah beberapa kali muncul dalam beberapa tahun terakhir dan selalu bersumber dari spekulasi. Perusahaan juga memastikan bahwa rumor yang beredar tidak berdampak negatif terhadap kegiatan operasional dan keberlangsungan bisnis mereka.

Sementara itu, Grab masih belum memberikan pernyataan resmi terkait laporan merger ini. Namun, beberapa analis menilai bahwa jika benar ada pembicaraan, maka kesepakatan masih jauh dari kata final mengingat berbagai tantangan yang harus diatasi oleh kedua perusahaan.

"Perseroan mencatat bahwa berita yang sama juga beredar dari waktu ke waktu di masa lampau dalam beberapa tahun terakhir, dan berita-berita tersebut adalah berdasarkan spekulasi," ujar, Sekretaris Perusahaan GoTo RA Koesoemohadiani, mengutip ANTARA.

Tantangan Besar Jika Merger Terjadi

Meskipun merger antara GoTo dan Grab terdengar menarik dari sisi bisnis, ada sejumlah tantangan besar yang harus dihadapi sebelum kesepakatan benar-benar terwujud. Salah satu kendala utama adalah persoalan regulasi, mengingat kedua perusahaan memiliki pangsa pasar yang besar di Asia Tenggara dan merger bisa menimbulkan isu monopoli.

Selain itu, ada juga tantangan dalam penyatuan budaya perusahaan dan strategi bisnis, mengingat GoTo memiliki fokus yang lebih kuat di Indonesia, sedangkan Grab berbasis di Singapura dengan cakupan regional yang lebih luas. Perbedaan model bisnis dan kepentingan pemegang saham juga bisa menjadi faktor yang memperlambat proses negosiasi.

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah reaksi dari regulator di berbagai negara, terutama Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) di Indonesia dan otoritas di Singapura, yang akan memastikan bahwa merger tidak menciptakan dominasi pasar yang merugikan konsumen.

Bagaimana Prospek Masa Depan Grab dan GoTo?

Dengan atau tanpa merger, baik Grab maupun GoTo tetap harus menghadapi tantangan besar di masa depan. Mereka harus menemukan cara untuk mencapai profitabilitas tanpa terus bergantung pada subsidi dan insentif besar bagi pelanggan serta mitra pengemudi.

Di sisi lain, merger berpotensi menciptakan entitas teknologi raksasa yang lebih efisien dalam persaingan. Jika kesepakatan benar-benar terjadi, kedua perusahaan bisa mengurangi biaya operasional, meningkatkan efisiensi layanan, serta memperkuat daya saing terhadap pesaing lain di industri digital Asia Tenggara.

Namun, jika merger gagal terealisasi, baik Grab maupun GoTo kemungkinan akan tetap melanjutkan strategi masing-masing untuk menekan kerugian dan memperluas layanan, termasuk pengembangan lebih lanjut di sektor layanan keuangan digital, AI, dan ekspansi e-commerce.

People Also Ask

1. Apakah benar GoTo dan Grab akan merger?

Saat ini, belum ada kesepakatan resmi terkait merger antara GoTo dan Grab. GoTo telah membantah rumor tersebut.

2. Apa alasan di balik pembicaraan merger antara Grab dan GoTo?

Merger disebut-sebut sebagai strategi untuk mengurangi kerugian, meningkatkan efisiensi, dan mengurangi persaingan ketat di sektor ride-hailing dan pengiriman makanan.

3. Apa tantangan terbesar dalam merger Grab dan GoTo?

Beberapa tantangan utama adalah regulasi antimonopoli, penyatuan strategi bisnis, perbedaan model operasional, serta kepentingan pemegang saham.

4. Apa dampak merger ini bagi pengguna?

Jika merger terjadi, kemungkinan akan ada perubahan dalam harga layanan dan kebijakan insentif bagi pelanggan serta mitra pengemudi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya