Pengamat: Santri Lebih Kenal Mahfud MD daripada Jokowi

Partai berbasis Islam terancam kehilangan suara bila gagal menjaga massa pemilihnya.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 07 Apr 2014, 14:37 WIB
Diterbitkan 07 Apr 2014, 14:37 WIB
[FOTO] Butuh Dukungan Ulama, Jokowi Tempel Kiayi
Jokowi berpose bersama para santriwati usai membuka acara Sarasehan Nasional Ulama Pesantren dan Cendekiawan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Cilandak, Jakarta Selatan, Rabu (2/4/2014) (Liputan6.com/Herman Zakharia).

Liputan6.com, Jakarta - Setiap pemilihan umum, pondok pesantren menjadi incaran tempat mendulang suara. Bukan rahasia lagi bila menjelang pemungutan suara, para calon legislatif dan calon presiden berkeliling mendatangi pondok pesantren untuk menarik simpati pengurus pondok maupun santri.

Kendati demikian, para caleg atau capres tersebut tidak serta merta  mendapat dukungan langsung dari santri. Pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto, mengatakan, calon presiden yang tidak memiliki latar belakang pendidikan pondok pesantren sulit dikenal santri. Berbeda dengan mereka yang pernah menjadi santri akan lebih mudah dikenal.

Dia mencontohkan Joko Widodo dan Mahfud MD. Menurut Gun Gun, untuk pemilih dari kalangan masyarakat umum, Joko Widodo atau Jokowi masih menjadi primadona. Tapi, di kalangan kaum 'sarungan', yang dikenal adalah sosok Mahfud MD. "Jokowi-Mahfud tentu menjadi pertimbangan pemilih santri. Tapi Mahfud paling mudah dikenal kalangan santri maupun kyai," kata Gun Gun saat mengikuti diskusi 'Capres/Cawapres Pilihan Santri', di Jakarta, Senin (7/4/2014).

Tapi, kata Gun Gun, kecenderungan itu bisa saja berubah karena masih kuatnya pengaruh identitas partai (Party ID) dalam dinamika politik belakangan ini. Partai berbasis Islam jika gagal menjaga massa pemilihnya, kalangan santri, bisa saja gagal mendulang suara.     

"Ada plus minus. Partai Islam harus berani berkompetisi dengan partai di luar Islam," ujar Gun Gun. Menurut dia, ada 3 faktor yang dilihat pemilih pada Pemilu Presiden 2014, yakni subjek atau individu, kelompok, dan massa.

"Jika acuannya massa, akan dipengaruhi banyak faktor. Antara lain elektabilitas dan popularitas di media massa dan area publik," ujarnya. (Sunariyah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya