Poros Baru Golkar-Demokrat untuk Pecah Suara Jokowi dan Prabowo

Dinilai memiliki elektabilitas paling buncit pasangan ARB-Pramono Edhie dianggap memang dipersiapkan maju untuk kalah.

oleh Liputan6 diperbarui 18 Mei 2014, 13:04 WIB
Diterbitkan 18 Mei 2014, 13:04 WIB
Golkar-Demokrat Bentuk Poros Baru, Usung Ical-Pramono Edhie
Jumlah suara Golkar dan Demokrat, yakni 24,94% bisa memenuhi persyaratan pengusungan capres.

Liputan6.com, Jakarta - Isu terbentuknya poros baru Partai Golkar dan Demokrat mengemuka sejak kedua ketua umum partai Aburizal Bakrie (ARB) dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertemu. 3 Petinggi Golkar dan 3 petinggi Demokrat dalam tim 6 ditugaskan untuk membahas pembentukan poros baru.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Siang SCTV, Minggu (18/5/2014), jika koalisi baru itu terbentuk, kemungkinan besar akan mengusung pasangan Aburizal Bakrie dan Pramono Edhie Wibowo sebagai capres dan cawapres.

Namun pengamat politik Ikrar Nusa Bakti menilai poros baru ARB-Pramono Edhi tidak akan mampu menyaingi poros Jokowi dan poros Prabowo. Rencana pembentukan poros baru tersebut masih digodok dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Golkar dan Rapimnas Partai Demokrat.

Pengamat politik Burhanudin Muhtadi menilai pembentukan poros ketiga itu akan efektif memecah suara dalam pilpres 9 Juli mendatang. Dinilai memiliki elektabilitas paling buncit dibanding Jokowi dan Prabowo, pasangan ARB-Pramono Edhie dianggap memang dipersiapkan maju untuk kalah.

Adanya poros ketiga juga dinilai akan memperkecil peluang pilpres terjadi 1 putaran. Sebab, dengan adanya 3 pasang calon akan sulit bagi Jokowi dan pasangannya untuk meraih 50% suara.

Dengan kata lain, poros ketiga juga semakin menguntungkan Prabowo. Karenanya sangat mungkin terjadi deal politik antara poros ketiga dengan salah satu dari 2 poros utama. Istilahnya membeli waktu agar terjadi pilpres 2 putaran.

Selain itu, Burhanudin juga melihat tren popularitas Jokowi yang cenderung menurun. Sementara Prabowo kian menanjak. Kondisi ini dianggap akan menguntungkan jika pilpres semakin diulur.

Meski demikian, kemungkinan pembentukan poros ketiga masih tentatif menunggu hasil Rapimnas kedua partai. Jika PDIP jadi meminang JK yang selama ini digadang-gadang untuk mendampingi Jokowi, maka akan kecil kemungkinan pembentukan poros ketiga. (Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya