Jakarta Din Syamsuddin, mengatakan umat Islam harus melompat ke fase lanjutan dari sekadar menjadikan Nuzulul Quran sebagai kegiatan seremonial. Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) pum mengatakan agar umat islam tidak terjebak hanya pada seremonialnya.
"Karena ini merupakan agenda tahunan dan umat Islam selalu memperingati, sudah saatnya kita menapak ke orientasi subtantif. Tidak terjebak pada seremonial," kata Din Syamsuddin usai memberikan tausiah Alquran dan Perubahan Peradaban Manusia di Masjid Raden Patah Universitas BrawijayaMalang, Kamis (31/5) malam.
Baca Juga
"Umat Islam haus melompat, memegang api pesan dari Nuzulul Quran yaitu dengan membumikan Alquran ke dalam kehidupan nyata," sambungnya.
Advertisement
Kata Din, pesan Alquran begitu kuat mendorong untuk umat Islam agar mengalami kemajuan dalam kehidupan peradabannya. Kondisi ini sebenarnya sudah diteladankan oleh umat Islam pada abad pertengahan ketika mengalami zaman keemasan.
"Namun kita belum beranjak dari posisi hanya memperingati dan memperingati secara seremonial. Karena di lapis bawah di umat, masih banyak umat belum bisa membaca Alquran, bahkan belum punya Alquran di rumahnya, dimiliki secara pribadi masing-masing," jelasnya.
Tidak dipungkiri oleh Din, sudah banyak kalangan yang mengembangkan metode belajar membaca Alquran dan mentadaruskannya. Sekarang juga sudah banyak penerbitan yang memberi banyak fasilitas untuk mempelajarinya.
Sebagian lain juga sudah mulai, terutama di kalangan terdidik untuk mentadaburkan dan memahami secara mendalam pesan-pesan moral isyarat-isyarat Alquran dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Tetapi secara umum pada pengamatan saya, belum masif apalagi yang saya istilahkan menangkap pesan api Alquran itu tadi," katanya.
Sementara itu dalam ceramahnya, Din menjelaskan di antaranya tentang Alquran yang mengandung petunjuk bagi umat manusia, dan keterangan tentang petunjuk tersebut. Serta sebagai nilai pembeda antara kebenaran dan kemungkaran. Turunnya Alquran, disebutkan sebagai wahyu pada umat manusia atas manifestasi cinta illahiyah.
"Islam dengan Alquran turun karena cinta Ilahiyah, kalau kita bisa memahami turunnya Alquran karena cinta Ilahiyah maka kita akan mendalami dengan cinta. Kalau beriman tetapi tidak cinta Alquran, berarti tidak memahami sebagai manifestasi Ilahiyah," urainya. [eko]
Sumber:Merdeka
Reporter:Â Darmadi Sasongko