Panitia Haji Indonesia Dapat Pujian Lagi dari Bangladesh

Perwakilan tim misi haji Bangladesh mengapresiasi dan ingin tahu bagaimana penyelenggaraan haji Indonesia dengan jumlah yang begitu besar, bisa berjalan lancar.

oleh Liputan6.comDevira Prastiwi diperbarui 07 Sep 2018, 13:22 WIB
Diterbitkan 07 Sep 2018, 13:22 WIB
Tim misi haji Bangladesh
Tim misi haji Bangladesh apresiasi penyelenggaraan haji Indonesia. (www.haji.kemenag.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Setelah penyelenggara haji India, kali ini giliran tim misi haji Bangladesh yang mengunjungi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi di Madinah pada Kamis, 6 September 2018 sore.

Seperti India, Bangladesh juga tertarik bertukar informasi dan mengapresiasi penyelenggaraan haji Indonesia dengan jumlah jemaah terbesar di dunia, namun mampu mengatur secara baik dan tertib.

Perwakilan tim misi haji Bangladesh, ABN Amin Ullah Nuri mengatakan, pihaknya mengapresiasi dan ingin tahu bagaimana penyelenggaraan haji Indonesia dengan jumlah yang begitu besar, tapi bisa berjalan lancar. Mulai dari pendaftaran sampai dengan pelaksanaan di Arab Saudi.

"Sebenarnya studi banding seperti ini sangat kita butuhkan dalam rangka menggali juga bagaimana pelayanan jemaah mereka. Sehingga ketika kita menemukan hal-hal yang perlu diperbaiki, maka kita bisa sharing bersama untuk perbaikan ke depan," ujar Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Madinah Mohammad Khanif, seperti dikutip dari laman www.haji.kemenag.go.id, Jumat (7/9/2018).

Khanif menilai, dengan pertemuan kedua negara, baik Indonesia maupun Bangladesh atau negara Asia lainnya, maka akan banyak tahu apa perbedaan yang paling mendasar antara Indonesia dengan negara lain dalam hal penyelenggaraan haji.

Seperti contoh Bangladesh, kata dia, sistem penyelenggaraan mereka berbeda dengan Indonesia. Kalau Bangladesh, lanjut Khanif, lebih banyak haji khususnya (dikelola swasta) ketimbang reguler (Pemerintah).

"Haji khusus mereka mencapai 100 ribu lebih, sementara haji reguler hanya 7.000 jemaah. Justru kebalikan dari Indonesia, yang lebih banyak mengelola ibadah reguler ketimbang khusus," ucap Khanif.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Beda Biaya Haji

Komite Haji Saudi
Komite Haji Arab Saudi memuji kinerja pengelolaan haji Indonesia. (www.kemenag.go.id)

Tak hanya itu, menurut Khanif, di Bangladesh, untuk biaya haji reguler atau dikelola pemerintah lebih besar yakni sekira Rp 60 juta. Dibandingkan swasta di bawah angka itu, tergantung dari masing-masing tipe atau golongannya.

"Kenapa tarif haji pemerintah Bangladesh lebih mahal dari swasta, karena pemerintahnya menggunakan hotel di Markaziah. Sementara, swasta lebih murah karena hotel di luar Markaziah," tuturnya.

Lain lagi dengan India, sistem penyelenggaraan hajinya lebih unik lagi, yakni melalui sistem undian. 

"Jadi, jemaah yang namanya keluar saat diundi itu yang langsung diberangkatkan," terang dia.

Sementara Indonesia, sambungnya, sistem pemberangkatan jemaah secara bergantian, yaitu disesuaikan dengan nomor antrean awal pendaftaran.

"Melihat sistem tersebut dianggap bagus, India tertarik. Katanya tahun depan akan mencontoh dan mengubah model pemberangkatan jamaahnya," terang Khanif.

Seperti diketahui, petugas haji Bangladesh berjumlah 200 orang termasuk keagamaan dan kesehatan. Berbeda dengan Indonesia yang jauh lebih besar, yakni mencapai 4.100 petugas.

Terkait Indonesia kerap mendapat kunjungan negara lain, menurut Khanif, hampir setiap tahun mendapat kunjungan serupa dari negara Asia tersebut. Malaysia juga yang paling sering berkunjung.

"Menurut saya ini hal penting sehingga kita bisa belajar juga dari mereka hal-hal positif, apa yang bisa kita tingkatkan dan juga menerima masukan dari mereka," pungkas Khanif.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya