Liputan6.com, Jakarta - Mulai hari ini, Liputan6.com akan menghadirkan kisah-kisah sahabat Nabi dan para pejuang Islam terpilih untuk menemani sahur para sahabat. Ini adalah kisah Abu Bakar, yang dijuluki Ash-Shidiq.
Setelah melalui berbagai proses, Abu Bakar akhirnya terpilih sebagai khalifah pertama usai sepeninggalnya Rasulullah SAW. Dia menerima jabatan itu sebagai bentuk ketaatan atas panggilan keimanan dan rasa tanggung jawab terhadap agama sekaligus sebagai upaya menghindari timbulnya fitnah.
Baca Juga
Dia pun berpidato di hadapan kaum muslimin.
Advertisement
"Demi Allah, saya tidak pernah berambisi untuk menjadi pemimpin saya pun tidak punya keinginan untuk itu saya juga tidak pernah meminta kepada Allah untuk dijadikan pemimpin baik saat sendirian maupun di keramaian akan tetapi saya tidak ingin terjadi fitnah, dengan demikian saya bukannya senang dengan jabatan ini, saya justru merasa diberi beban yang amat berat yang mungkin tidak sanggup dipikul kecuali dengan adanya pertolongan Allah," ujar Abu Bakar yang dinukil dari buku 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Surga, karya Abdus Sattar Asy-Syaikh.
Pada Selasa pagi, Abu Bakar as-Shiddiq pun berjalan pelan menuju mimbar Rasulullah dengan perasaan gugup. Dia menghadap ke arah kaum muslimin. Inilah kali pertamanya menyampaikan pidato setelah terputus wahyu dari Allah dan jasad Rasulullah yang telah berkalang tanah.
Berikut adalah petikan pidato Abu Bakar.
"Amma ba'du wahai sekalian manusia sesungguhnya saya telah diangkat sebagai pemimpin kalian meski bukan yang terbaik diantara kalian, jika saya berbuat baik, dukunglah saya. Sebaliknya jika saya berbuat salah, luruskanlah. Kejujuran itu merupakan amanah sedangkan dusta itu merupakan pengkhianatan. Kaum yang lemah menempati posisi yang kuat di sisiku hingga saya dapat mengembalikan haknya dengan izin Allah sedangkan kaum yang kuat menempati posisi yang lemah disisiku hingga saya dapat mengambil darinya hak orang lain dengan izin Allah."
"Jika suatu kaum meninggalkan perkara jihad di jalan Allah, mereka akan ditimpakan kehinaan jika kemaksiatan telah meluas di tengah-tengah suatu kaum, Allah akan menimpakan bencana kepada mereka secara menyeluruh. Taatlah kepada saya selama saya taat kepada Allah dan rasulnya, jika saya bermaksiat kepada Allah dan rasulnya maka kalian tidak wajib taat kepadaku. Bangunlah untuk melaksanakan salat, Semoga Allah merahmati kalian."
Â
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Makna Pidato Abu Bakar
Dengan pidatonya itu Abu Bakar ingin menegaskan pada setiap orang bahwa jabatan merupakan sebuah kerugian bukan keuntungan, sebuah tanggung jawab bukan penghormatan, sebuah pengorbanan bukan penghargaan dan sebuah kewajiban, bukan kesewenang-wenangan.
Ia pun ingin menghilangkan kesan di tengah masyarakat bahwa seorang pemimpin itu harus dihormati secara berlebihan justru seorang pemimpin itu diangkat untuk memberikan pelayanan dalam agama Allah dan risalahnya. Allah mengangkatnya sebagai pemimpin untuk melayani rakyatnya bukan sebaliknya rakyatnya yang melayani dia. Dengan demikian Abu Bakar telah meletakkan batas atas tanggung jawabnya termasuk batasan kewajiban mereka. Menurut Abu Bakar, umat harus berperan aktif dalam persoalan kepemimpinan.
Advertisement