Dulu Rp20 Juta Sehari, Penghasilan Pedagang Takjil Kini Hanya Rp3 Juta

Akibat tidak adanya Pasar Ramadan, penghasilan pedagang takjil kini menurun drastis.

oleh Abdul Jalil diperbarui 10 Mei 2020, 22:40 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2020, 22:40 WIB
Pedagang Takjil
Pemerintah daerah meniadakan Pasar Ramadan yang memaksa pedagang takjil berjualan di depan rumah.

Liputan6.com, Berau - Bulan Ramadan tahun ini cukup berat dirasakan para pedagang takjil atau makanan berbuka puasa. Tidak adanya Pasar Ramadan membuat pedagang kesulitan menjajakan makanannya.

Hampir di seluruh wilayah di Indonesia, pemerintah daerah meniadakan pasar yang khusus menjual kudapan. Upaya mencegah pandemi dengan meniadakan kerumunan warga menjadi alasan pelarangan pasar tersebut.

Tidak sedikit pedagang musiman itu kehilangan pemasukan. Biasanya, meski hanya berdagang selama sebulan, keuntungan yang diperoleh cukup besar.

Seperti yang dirasakan pedagang di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Selain kesulitan mendapat pembeli, mereka juga harus memutar otak agar dagangan laku.

“Biasanya kalau ada Pasar Ramadan, jualan kita mudah laku. Sekarang serba sulit,” kata seorang pedagang takjil di Tanjung Redeb, Iin Parlina, Minggu (10/5/2020).

Iin terpaksa berjualan di depan rumahnya. Dia berharap pengguna jalan singgah untuk membeli dagangannya.

“Agak sulit sebenarnya, mungkin karena tak banyak orang keluar rumah, kemudian wabah Covid-19 membuat daya beli kurang,” katanya.

Penghasilannya, lanjut Iin, sangat jauh berbeda ketika berjualan di pasar ramadan dibandingkan di rumah. Dia bahkan harus berkreasi untuk menyiapkan menu yang berbeda dan menjadi buruan masyarakat.

"Penghasilan jualan takjil sekarang turun drastis. Dulu kalau jualan di Pasar Ramadan, sehari bisa dapat Rp 20 juta, sekarang cuma Rp 3 - 5 juta per harinya," paparnya.

Akibat menurunnya penghasilan berjualan takjil, Iin Parlina juga sudah tidak bisa mempekerjakan para kerabat dan tetangganya. Usaha tahunan miliknya ini bisa membantu memberikan penghasilan tambahan di bulan ramadan bagi para tetangga dan kerabatnya.

"Setiap tahun saya bisa mempekerjakan hingga 18 orang untuk membantu berjualan takjil, tapi sekarang tidak bisa karena penghasilan jualan takjil  ramadan tahun tidak sama dengan ramadan sebelumnya," terangnya.

Agar bisa menjangkau pembeli lebih jauh, Iin berpromosi via media sosial. Karena tak bisa mempekerjakan orang lain, Iin dan suami yang menyelesaikan pesanan.

"Saat ini saya cuma berjualan di depan rumah aja dan dibantu oleh suami mengantarkan pesanan jika ada," pungkasnya.

Simak juga video pilihan berikut

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya