Diam Bergerak, Refleksi Ramadan dalam Sketsa Doddy

Sketsa yang dipamerkan juga dilengkapi dengan animasi, sehingga memudahkan pemahaman dan memperkuat narasi yang disampaikan.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 20 Mei 2020, 09:22 WIB
Diterbitkan 17 Mei 2020, 22:02 WIB
sketsa
Doddy Hernanto atau Mr D menggelar pameran secara daring melalui akun IG @sketsabergerak. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang - Kejenuhan berada di rumah membuat Doddy Hernanto atau akrab dipanggil Mr D menelurkan beberapa karya ketika #diRumahAja. Doddy malah akhirnya menggelar pameran secara daring sketsa lukisan dengan tema "Diam Bergerak". Karyanya adalah buah Ramadan di rumah agar tak jenuh.

"Tema 'Diam Bergerak' adalah cara untuk menyampaikan ilustrasi sketsa melalui media, baik melalui medsos, daring ataupun media elektronik," kata Mr D, Sabtu (17/05/2020).

Pameran sketsa bergerak secara daring ini juga menjadi sarana alternatif bagi dirinya serta orang-orang yang berada di RumahAja selama Ramadan dan pandemi corona untuk terus berkarya. Ia memanfaatkan platform media sosial untuk memarkan karyanya, sehingga tak perlu ada kontak fisik dengan penikmat.

"Melalui Instagram @sketsabergerak semua yang dipamerkan menjadi dinamis. Mulai unduh gambar, video, animasi, caption dan keterangan untuk keperluan pameran daring sketsa," katanya.

Pameran daring itu didukung perusahaan pensil polycrhomos dan Albrecht Durer. Menampilkan beberapa karya, seperti Sketsa Durna yang merupakan sosok licik dan materealistis serta suka mengadu, yang digambarkan dengan wasit menunjuk.

Secara reflektif, ada juga karya yang berjudul Topeng Happy (2). Digambarkan ekspresi yang menangis sedih maupun bahagia. Menjadi menarik dan sangat karena ada ilustrasi musik, bahkan proses dan gambaran sketsanya dibuat animasi.

“Jadi pameran daring ini sekaligus memperkuat narasi sebuah pesan,” katanya seusai berbuka puasa Ramadan.

 

simak video keren berikut

Pesan Sosial

sketsa
Judul ASI, ada pesan dan realitas ibu-ibu yang ogah menyusui anaknya. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Misalnya dalam karya berjudul Air Susu Ibu, Doddy secara cerdas menggambarkan ibu yang tak mau menyusui anaknya dengan transformasi kepala menjadi kepala sapi. Padahal, ASI adalah susu yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat.

Air susu ibu diproduksi karena pengaruh hormon prolaktin dan oksitosin setelah kelahiran bayi. Air susu ibu pertama yang keluar disebut kolostrum atau jolong dan mengandung banyak immunoglobulin IgA yang baik untuk pertahanan tubuh bayi melawan penyakit.

Kritikus Seni Rupa Institut Teknologi Bandung, Ika Ismurdiyahwati, mengapresiasi keberanian Mr D dalam menggelar pameran secara daring di akun Instagramnya.

"Doddy Hernanto dengan 45 karya Image Digitalnya ini sangat luar biasa. Obyek-obyeknya jarang terpikirkan oleh kita. Karya-karya ini merupakan hasil dari Work From Home. Ini refleksi dahsyat dengan istilah Diam Bergerak," kata Ika.

 

Ramuan Kompleks Digital

sketsa
Judul: Durna, selalu ada yang mengadu dan mendapatkan tepuk tangan dalam setiap pertarungan. (foto: Liputan6.com/edhie prayitno ige)

Menurut dia, karya-karya yang ditampilkan bukan hanya indah, tetapi juga menyampaikan kebenaran yang merupakan pemaknaan atas pengalamannya. Memaknai pengalamannya dengan revolusi digital. Menyelesaikan karya-karyanya dengan semua aspek digital.

“Meramu gambar sketsa manual dengan musik dan program digital image. Sehingga menjadi karya yang bisa dinikmati dalam pameran tunggalnya kali, yang disampaikan secara virtual," tuturnya.

Mr D mampu memaknai kebenaran kehidupan nyata dalam keseluruhan karyanya sebagai potret mendalam dengan ungkapan realitas. Pemaknaan pengalaman-pengalamannya yang tidak membutuhkan pegangan moralitas dan agama ataupun pegangan sciense untuk menyiasati kebenaran nyata dari pengalamannya.

"Selamat kepada Mr D yang telah menyelesaikan karya-karyanya di tengah COVID-19 dengan luar biasa. Memang sebaiknya kita berdamai dengan kondisi pandemi saat ini daripada kita mengingkarinya," kata  Ika yang sudah menerbitkan beberapa buku, di antaranya Seni Hias Damar Kurung Dan Lukisan Kaca, Jawa Timur. Suatu Kajian Seni Rupa Tradisional (2002) dan Damar Kurung Dari Masa ke Masa (2009).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya