Mengenal Tradisi Menyambut Ramadan di Jawa Tengah

Tradisi ini banyak tak dilakukan karena kondisi pandemi.

oleh Edhie Prayitno Ige diperbarui 08 Apr 2021, 22:05 WIB
Diterbitkan 08 Apr 2021, 22:05 WIB
Nyadran
Ibu-ibu warga Canggalan Kecamatan Ngluwar mempersiapkan nasi berkat untuk dibagikan kepada siapapun yang hadir dalam Nyadran. (foto: Liputan6.com / edhie prayitno ige)

Liputan6.com, Semarang - Menjelang ramadan, banyak tradisi digelar di Jawa Tengah. Meski ada yang harus dilakukan menyesuaikan kondisi pandemi. Namun, ada baiknya mengenal tradisi-tradisi yang hidup di Jawa Tengah.

1.Padusan

Padusan adalah salah satu tradisi yang hidup di Jawa Tengah. Padusan memiliki pesan utama membersihkan dirinya sehari sebelum puasa. Padusan berasal dari kata adus atau mandi. Tradisi Padusan seringnya dilakukan oleh orang-orang di daerah-daerah yang memiliki banyak sumber mata air alami atau yang kerap disebut umbul, seperti Magelang, Purworejo, Klaten atau Boyolali.

Ini merupakan tradisi sejak zaman nenek moyang. Maksud utama padusan adalah untuk membersihkan jiwa dan raga agar siap menghadapi bulan suci Ramadan. Jadi jaman dahulu sebenarnya padusan dilakukan seorang diri di tempat yang sepi. Namun kini padusan dilakukan secara beramai-ramai di kolam renang, maupun di mata air. Wahana wisata kolam renang maupun umbul selalu saja ramai saat momen padusan berlangsung. Sebagai contoh, umbul manten kemarin terlihat ramai ketika Padusan tiba.

2. Dandangan

Tradisi Dandangan hidup di wilayah Kudus dan sekitarnya. Dandangan diyakini sebagai salah satu tradisi peninggalan Sunan Kudus sejak 450 tahun lalu. Dulunya pengumuman awal bulan puasa dilakukan oleh Jakfar Shodiq (Sunan Kudus) melalui pengeras suara di Menara Kudus sembari diiringi tabuhan bedug masjid. Bunyi bedug “dang, dang, dang” itulah yang kemudian kerap disebut dandangan. Kini tradisi ramadhan Dandangan di Kudus.

Oleh masyarakat acara itu dimanfaatkan dengan pasar rakyat dan beragam penampilan seni seperti tari-tarian.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut

Lintas Agama

Nyadran
Romo Matheus Widyo Lestari MSC beristirahat bersama warga usai kerja bhakti membersihkan pemakaman Gunung Tugel Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo. (foto: Liputan6.com / edhie prayitno ige)

3. Makan Telur Mimi.Mimi adalah salah satu fauna pesisir. Tradisi makan telur mimi dilakukan oleh warga Kendal, Jawa Tengah. Setiap menjelang Ramadan, warga berebut telur ikan mimi yang merupakan ikan belangkas dengan bentuk yang kerap dianggap menyerupai ikan pari.

Telur mimi bisa dibeli di halaman masjid besar Kaliwungu. Biasanya, telur mimi diolah menjadi bothok, yakni dicampur dengan parutan kelapa lalu dikukus. Telur mimi biasanya hanya ada ketika Lebaran tiba. Menurut penuturan penjual telur mimi, nelayan pernah mencoba mencari telur mimi jauh sebelum puasa, namun ternyata ikan mimi yang didapat tidak menghasilkan telur.

4. NyadranTradisi Nyadran atau tradisi sadranan merupakan tradisi yang banyak dilakukan di daerah Jawa Tengah. Tradisi ini berupa mendatangi makam orang-orang yang sudah meninggal sembari membawa bunga tabur. Tradisi nyadran biasanya dilakukan sembari membersihkan area makam dan diikuti acara makan bersama. Di beberapa tempat seperti di Desa Kalongan dan Ungaran, Nyadran dilakukan sebagai ajang berkumpulnya warga untuk menjalin silaturahmi.

Di daerah Magelang dan sekitarnya, nyadran diperlakukan sebagai sarana untuk mengingatkan diri pada ketidakabadian. Semua makhluk hidup kelak akan mati. Di wilayah ini, biasanya masyarakat membawa tumpeng dan dijadikan menu makan bersama usai lelah membersihkan kubur.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya