Sempat Ateis, Noe Letto Ceritakan Perjalanan Hijrahnya

Noe Letto membeberkan kisah perjalanan ritualnya hingga benar-benar menyakini Islam sebagai agamanya.

oleh Meiristica Nurul diperbarui 23 Apr 2021, 04:15 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2021, 04:15 WIB
Noe Letto (Foto: YouTube)
Noe Letto membeberkan kisah perjalanan ritualnya hingga benar-benar menyakini Islam sebagai agamanya. (Foto: YouTube)

Liputan6.com, Jakarta - Terlahir sebagai seorang muslim, tak membuat Noe Letto bisa menerima begitu saja agama yang dibawanya dari orangtua. Saat mendapat hidayah pun bukan karena ia mencarinya.

Melalui kanal YouTube Cahaya Untuk Indonesia, pria bernama asli Sabrang Mowo Damar Panuluh, menceritakan perjalanan hijrahnya.

"Pada agama itu saya tidak bisa lari dari modal dasar yang diberikan Tuhan. Saya tuh inkuisitif, saya enggak akan makan kalau saya enggak bener-bener punya train of thoughts yang jelas di situ," kata putra Emha Ainun Nadjib, 18 April 2021.

Ateis

Noe Letto (Foto: YouTube)
Noe Letto (Foto: YouTube)

Bahkan saking kritisnya terhadap agama, dia sempat menjadi seorang ateis. Karena dia belum menemukan ajaran agama yang pas untuknya.

"Saya pernah ateis dalam keadaan sadar," katanya.

Belum Bersaksi

Noe Letto (Foto: YouTube)
Noe Letto (Foto: YouTube)

Noe, menceritakan tentang syahadat. Diakuinya, kala itu ia menanyakan tentang syahadat, apakah yang dilakukannya itu akuisisi atau justru dirinya sendiri.

"Aslinya saya belum pernah bersyahadat, saya hanya mengakuisisi syahadat itu. Saya tidak bersaksi, saya hanya membeo kalimat bersaksi itu. Jadi saya belum beragama ini, saya hanya mengadopsi konsep agama ini, saya betul-betul bersaksi terhadap Tuhan," lanjutnya.

Meriset

Untuk memutuskan pemilihan agama, Noe akhirnya meriset semuanya.

"Saya bukan siapa-siapa, saya enggak tahu apa-apa. Jadi kalau saya mau masuk Islam atau tidak saya juga enggak tahu. Dan proses itu kemudian berjalan cukup panjang," sambungnya.

 

Masuk Masjid

Sampai pada satu titik, Noe yang berada di Kanada kehabisan uang namun ia harus bertahan hidup. Ia pun memutuskan untuk masuk ke sebuah masjid. Di sana ia bukan untuk mencari tahu tentang Islam.

"Bukan urusan pengin jadi Islam, tapi urusan daripada mati. Saya ditanya 'Kok enggak pulang' saya bilang enggak punya rumah saya numpang tidur di sini boleh ya. Jadi di sana saya jadi punya kesempatan ikut kajian, duduk dengan syekh. Saya bertanya kepada Syekh dan jawaban dia yang membuat saya masuk Islam karena jawabannya dia tidak menggunakan logika hitam putih, dogma. Jawaban dia menggunakan bias yang logic," paparnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya