Liputan6.com, Jakarta Salah satuĀ keistimewaan Ramadhan adalah malam Lailatul Qadar. Malam yang menurut Muhyiddin Ibnu Arabi dalam Ahkamul Qur'an-nya, sebagai kado istimewa bagi umat Nabi Muhammad yang nilainya tidak tertandingi oleh apapun (Lihat Ahkamul Qurāan li Ibni āArabi, juz 4, hal. 428)
Dalam satu hadits terkait malam Lailatul Qadar, Rasulullah saw bersabda,
Baca Juga
Ų„ŁŁŁŁ ŁŁŲ°ŁŲ§ Ų§ŁŲ“ŁŁŁŁŲ±Ł ŁŁŲÆŁ ŲŁŲ¶ŁŲ±ŁŁŁŁ Ł ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁŁŲ©Ł Ų®ŁŁŁŲ±Ł Ł ŁŁŁ Ų£ŁŁŁŁŁ Ų“ŁŁŁŲ±Ł Ł ŁŁŁ ŲŁŲ±ŁŁ ŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŲÆŁ ŲŁŲ±ŁŁ Ł Ų§ŁŁŲ®ŁŁŁŲ±Ł ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŲ§Ł ŁŁŲŁŲ±ŁŁ Ł Ų®ŁŁŁŲ±ŁŁŁŲ§ Ų„ŁŁŲ§ŁŁ Ł ŁŲŁŲ±ŁŁŁ Ł
Advertisement
Artinya, "Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepada kalian. Padanya terdapat satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa saja yang terhalangi darinya, sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan. Dan tidak ada yang terhalangi (darinya), kecuali orang yang memang terhalangi dari kebaikan).ā
Dikutip NU, dari hadits di atas, Syekh Mala Ali al-Qari (w. 1014 H) menjelaskan bahwa orang yang terhalangi untuk melakukan kebaikan pada malam Lailatul Qadar, tidak akan mampu melakukan ibadah dan kebaikan-kebaikan di dalamnya. (Lihat Mirqatul Mafatih, Juz 4, hal. 369) Ada banyak sekali hadits-hadits Nabi yang menjelaskan keagungan dan keutamaan malam Lailatul Qadar.
Terkait ketetapan malam Lailatul Qadar, terjadi perbedaan pendapat. Ada banyak sekali pendapat tentangnya. Ibnu Hajar al-Asqalani (w. 1449 M) dalam Fathul Bari menghimpun sebanyak kurang lebih 45 pendapat.
Hanya saja, menurut Ibnu Hajar, pendapat yang paling unggul adalah yang mengatakan terjadi pada tanggal-tanggal ganjil. Lebih spesifik lagi, Imam Syafi'i mengatakan bahwa tanggal 21 dan 23 Ramadhan yang paling potensial.
Lain lagi dengan pendapat mayoritas ulama yang mengatakan malam tanggal 27 Ramadhan. Pendapat yang terakhir ini juga didukung oleh Syekh Nidzamuddin an-Naisaburi dalam Graraib al-Qurāan wa Raghaib al-Furqan. (Lihat Fathul Bari, juz 5, hal. 569)
Hikmah dirahasiakan malam Lailatul Qadar
Tentu, ada hikmah agung di balik dirahasiakannya malam agung itu. Syekh Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib menjelaskan, bahwa dalam beberapa hal terkait waktu memperoleh keutamaan dan balasan pahala besar dalam ibadah, sengaja Allah rahasiakan agar manusia berlomba-lomba memperolehnya. Di mana pun dan kapan pun. Tanpa memandang waktu ataupun tempat tertentu.
Berikut al-Razi menjelaskan,
Ų£ŁŁ ŲŖŲ¹Ų§ŁŁ Ų£Ų®ŁŁ ŁŲ°Ł Ų§ŁŁŁŁŲ© ŁŁŲ¬ŁŁ Ų£ŲŲÆŁŲ§: Ų£ŁŁ ŲŖŲ¹Ų§ŁŁ Ų£Ų®ŁŲ§ŁŲ§Ų ŁŁ Ų§ Ų£Ų®ŁŁ Ų³Ų§Ų¦Ų± Ų§ŁŲ£Ų“ŁŲ§Ų”Ų ŁŲ„ŁŁ Ų£Ų®ŁŁ Ų±Ų¶Ų§Ł ŁŁ Ų§ŁŲ·Ų§Ų¹Ų§ŲŖŲ ŲŲŖŁ ŁŲ±ŲŗŲØŁŲ§ ŁŁ Ų§ŁŁŁŲ ŁŲ£Ų®ŁŁ Ų§ŁŲ„Ų¬Ų§ŲØŲ© ŁŁ Ų§ŁŲÆŲ¹Ų§Ų” ŁŁŲØŲ§ŁŲŗŁŲ§ ŁŁ ŁŁ Ų§ŁŲÆŲ¹ŁŲ§ŲŖŲ ŁŲ£Ų®ŁŁ Ų§ŁŲ§Ų³Ł Ų§ŁŲ£Ų¹ŲøŁ ŁŁŲ¹ŲøŁ ŁŲ§ ŁŁ Ų§ŁŲ£Ų³Ł Ų§Ų”Ų ŁŲ£Ų®ŁŁ ŁŁ Ų§ŁŲµŁŲ§Ų© Ų§ŁŁŲ³Ų·Ł ŁŁŲŲ§ŁŲøŁŲ§ Ų¹ŁŁ Ų§ŁŁŁŲ ŁŲ£Ų®ŁŁ ŁŲØŁŁ Ų§ŁŲŖŁŲØŲ© ŁŁŁŲ§ŲøŲØ Ų§ŁŁ ŁŁŁ Ų¹ŁŁ Ų¬Ł ŁŲ¹ Ų£ŁŲ³Ų§Ł Ų§ŁŲŖŁŲØŲ©Ų ŁŲ£Ų®ŁŁ ŁŁŲŖ Ų§ŁŁ ŁŲŖ ŁŁŲ®Ų§Ł Ų§ŁŁ ŁŁŁŲ ŁŁŲ°Ų§ Ų£Ų®ŁŁ ŁŲ°Ł Ų§ŁŁŁŁŲ© ŁŁŲ¹ŲøŁ ŁŲ§ Ų¬Ł ŁŲ¹ ŁŁŲ§ŁŁ Ų±Ł Ų¶Ų§Ł.
Artinya, Sesungguhnya Allah swt telah merahasiakan malam Lailatul Qadar karena beberapa alasan. Pertama, Allah telah merahasiakannya sebagaimana Ia rahasiakan beberapa hal. Sebagaimana Allah rahasiakan ridha-Nya dalam ketaatan, sehingga manusia menyukai semua ketaatan. Merahasiakan dikabulkan doa di antara doa-doa, agar manusia bersungguh-sungguh dalam setiap doanya. Merahasiakan ismul aādzham di antara nama-nama-Nya, agar manusia mengagungkan semua nama-Nya. Merahasiakan shalatul wustha di antara semua shalat lima waktu, agar manusia menjaga semua waktu shalat.
Merahasiakan diterimanya taubat di antara taubat-taubat, supaya manusia bersungguh-sungguh dalam setiap taubatnya. Merahasiakan kematian di dalam kehidupan, supaya manusia takut kepada Allah. Demikian pula merahasiakan malam Lailatul Qadar di antara malam-malam Ramadhan, supaya manusia bersungguh-sungguh beribadah pada semua malam Ramaadhan.ā (lihat Mafatih al-Ghaib, juz 32, hal 28)
Penjelasan serupa juga bisa ditemui dalam Fathul Bari oleh Ibnu Hajar, bahwa malam Lailatul Qadar sengaja Allah rahasiakan agar manusia berlomba-lomba dan bersungguh-sungguh beribadah pada seluruh malam di bulan Ramadhan untuk meraih malam agung itu.
Berbeda jika sudah ditentukan malam tanggal sekian. Pasti kesungguhan ibadahnya hanya malam itu saja. (Lihat Fathul Bari, juz 5, hal. 155)
Dalam penjelasan lain, Syekh Nidzamuddin an-Nasibasuri dalam tafsirnya, Graraib al-Qurāan wa Raghaib al-Furqan, sebagai berikut,
Ų§ŁŲŁŁ Ų© ŁŁ Ų„Ų®ŁŲ§Ų” ŁŁŁŲ© Ų§ŁŁŲÆŲ± ŁŁ Ų§ŁŁŁŲ§ŁŁ ŁŲ§ŁŲŁŁ Ų© ŁŁ Ų„Ų®ŁŲ§Ų” ŁŁŲŖ Ų§ŁŁŁŲ§Ų© ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŲ§Ł Ų© ŲŲŖŁ ŁŲ±ŲŗŲØ Ų§ŁŁ ŁŁŁ ŁŁ Ų§ŁŲ·Ų§Ų¹Ų§ŲŖ ŁŁŲ²ŁŲÆ ŁŁ Ų§ŁŲ§Ų¬ŲŖŁŲ§ŲÆ ŁŁŲ§ ŁŲŖŲŗŲ§ŁŁ ŁŁŲ§ ŁŲŖŁŲ§Ų³Ł ŁŁŲ§ ŁŲŖŁŁ.
Artinya,
āHikmah dirahasiakannya malam Lailatul Qadar di antara malam-malam bulan Ramadhan adalah seperti dirahasiakannya kematian dan hari kiamat. Sehingga manusia dengan penuh suka cita menjalankan ibadah, lebih bersungguh-sungguh, tidak lalai, dan tidak bermalas-malasan.ā (lihat Graraib al-Qurāan wa Raghaib al-Furqan, juz 6, hal 537)
Mari manfaatkan sisa Ramadhan untuk lebih sungguh-sungguh beribadah dan meraih malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Advertisement