Kisah Mush'ab bin Umair, Pemuda Tampan Duta Islam Pertama yang Sembunyikan Keislaman dari Ibunya (I)

Mush'ab bin Umair adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang tampan. Dia sempat menyembunyikan keislaman dari ibunya karena tak ingin menyakiti hatinya. Di masa depan, Mush'ab menjadi duta Islam pertama

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 03 Sep 2022, 02:58 WIB
Diterbitkan 03 Sep 2022, 00:00 WIB
FOTO: Benda Peninggalan Rasulullah Dipamerkan di Parung Bogor
Pengunjung menangis melihat serban Nabi Muhammad SAW saat Pameran Artefak Rasulullah dan Sahabat Nabi di Padepokan Welas Asih, Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (26/7/2020). Sebanyak 20 benda peninggalan Nabi Muhammad dan sahabatnya dipamerkan dalam acara ini. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Banyumas - Mush'ab bin Umair juga dikenal sebagai Mush'ab al-Khair berasal dari kabilah Bani Abdu Dar, Suku Quraisy, Makkah. Tak ada catatan pasti tahun kelahiran salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling dibanggakan ini.

Mush'ab bin Umair pada masa remaja begitu disayang oleh keluarganya yang kaya raya. Hal itu tak membuatnya besar hati atau sombong. Bahkan, karena kasih sayang orang di sekitarnya, Mush'ab berpengai lembut.

Paras tampan dan perangainya yang lembut dan menyenangkan membuatnya terkenal di kalangan masyarakat Makkah, terutama gadis-gadis. Mush'ab dikenal sebagai pemuda yang tampan.

Mush'ab juga dikenal karena kecerdasannya. Dia menjadi rujukan ketika kaumnya memiliki permasalahan tertentu. Dengan cepat, Mush'ab bin Umair menemukan jawaban atau solusinya.

Suatu hari, anak muda ini mendengar berita mengenai Muhammad Al-Amin yang telah menyerukan keimanan yang berbeda dari kepercayaan masyarakat Makkah kala itu. Muhammad menganjurkan agar umat menyembah hanya kepada Allah SWT.

Di saat orang lain bergunjing dengan berita itu, Mush'ab bin Umair berupaya mencari tahu. Kecerdasan dan hatinya menuntunnya melihat kebenaran dari ajaran Rasulullah SAW. Konon, Muhammad rutin menggelar majelis di rumah Arqam bin Abil Arqam, di bukit Shafa.

Pada suatu sore,didorong oleh kerinduannya, Mush'ab lantas nekat mendatangi rumah Arqam. Hatinya kala itu masih diliputi keragu-raguan. Namun, ini tak berlangsung lama.

Begitu duduk, Mush'ab bin Umair mendengar lantunan ayat-ayat Al-Qur'an yang membuanya makin yakin bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW ini lah yang dia cari selama ini.

Peristiwa ini diperkirakan terjadi pada tahun 614 M, dan Mush'ab bin Umair masih sangat muda. Diperkirakan dia lahir pada 594 M atau 598 M.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Sembunyikan Keislaman dari Ibunya

Pameran Artefak Nabi Muhammad SAW di JIC
Salah satu satu artefak atau peninggalan Nabi Muhammad SAW beserta Para Sahabat yang dipamerkan di Jakarta Islamic Centre (JIC), Jumat (23/4/2021). JIC menggelar pameran yang menampilkan artefak atau benda peninggalan Nabi Muhammad SAW dan Para Sahabat. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Setelah kedatangannya yang pertama, Mush'ab bin Umair bolak-balik menghadiri majelis di rumah Arqam. Dia tidak hendak menyembunyikan keislaman karena dibenci oleh kaumnya.

Hanya saja, Mush'ab menyemunyikan keislaman dari ibundanya. Dia takut hal itu akan menyakiti hati ibunya.

Namun, tak ada yang tersembunyi di Makkah. Adalah Usman bin Thalhah yang memergoki Mush'ab sembunyi-sembunyi memasuki rumah Arqam. Akhirnya keislaman Mush'ab bin Umair tersebar luas dan akhirnya diketahui sang ibunda.

singkat cerita, Mush'ab bin Umair dihadapkan kepada keluarga dan para pembesar Makkah. Dengan lantang, dia melafalkan ayat-ayat Al-Qur'an yang didengarnya langsung dari Rasulullah SAW, dengan harapan membuka mata hati kaumnya.

Persis seperti dugaan Mush'ab, ibunya marah besar. Sang ibunda maju menampar dan membungkam mulut anaknya yang tengah membacakan kalamullah. Namun, demi melihat cahaya dari wajah anaknya, tenaganya mendadak hilang dan tangannya lunglai.

Sang ibu tak kuasa memukul anaknya yang menyuarakan kebenaran. Namun, dia juga tak bisa menghindar dari tuntutan pembesar-pembesar kaum Quraisy. Akhirnya Mush'ab bin Umair dipenjara di sebuah tempat dan diawasi dengan sangat ketat.

 

Hijrah ke Habsyi dan Yatsrib

FOTO: Benda Peninggalan Rasulullah Dipamerkan di Parung Bogor
Pedang terlihat dalam Pameran Artefak Rasulullah dan Sahabat Nabi di Padepokan Welas Asih, Parung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu (26/7/2020). Sebanyak 20 benda peninggalan Nabi Muhammad dan sahabatnya dipamerkan dalam acara ini. (merdeka.com/Arie Basuki)

Setelah beberapa lama dikurung oleh keluarganya, suatu hari Mush'ab mendengar perintah hijrah ke Habsyi atau Ethiopia. Langkah ini dilakukan lantaran ancaman kepada kaum muslimin sudah semakin berat dan membahayakan jiwa.

Maka, pengikut Rasul pun memulai perjalanannya, rombongan demi rombongan. Mendengar kabar hijrah itu, hati Mush'ab bergolak. Akhirnya, ia membuat muslihat kepada para penjaganya.

MakaMush'ab bin Umair kemudian mendatangi muhajirin demi menepati perintah Rasul. Ia kemudian turut berhijrah.

Beberapa lama di Habsyi, pada suatu ketika Mush'ab pulang ke Makkah dan kabarnya langsung santer terdengar ke seluruh penjuru Makkah. Karena itu, sang ibu lantas menyuruh beberapa orang untuk kembali menangkap Mush'ab.

Namun, kali ini Mush'ab sudah tak mau lagi menuruti kemauan ibunya, meski kasih sayangnya untuk ibu tak tertakar. Ia berontak dan bahkan mengancam mencelakai orang-orang yang hendak memasukkan ke penjara. Ini adalah kali terakhir Mush'ab bertemu dengan ibunya.

Melihat tekad anaknya, ibunya pun sudah enggan untuk memaksanya. Namun, di sisi lain, dia pun menolak untuk mengikuti keislaman Mush'ab bin Umair. Peristiwa ini terjadi sebelum Mush'ab bin Umair diutus menjadi duta Islam ke Yatsrib atau Madinah.

Saat itu lah ia berkata, " Pergilah sesuka hatimu! Aku bukan ibumu lagi,".

Bercucuran air mata, Mush'ab mendekati ibu yang sangat dikasihinya. " Wahai Bunda! Telah Ananda sampaikan nasihat kepada bunda, dan ananda menaruh kasihan kepada bunda, Karena itu, saksikanlah bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya,".

Begitu bulat keputusan Mush'ab bin Umair hingga ibu yang sangat dikasihi sekalipun tidak dihiraukan. Mush'ab bin Umair menyongsong masa depannya dengan nur Ilahi. (bersambung)

Disarikan dari kitab Rajulul Haular Rasul - Khalid Muhammad Khalid

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya