Liputan6.com, Tulungagung - Tragedi memilukan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu malam lalu menyisakan duka mendalam. Angka terakhir, 125 orang meninggal dalam peristiwa ini.
Pihak paling terluka tentu saja adalah keluarga. Mereka kehilangan orang yang dikasihinya dalam peristiwa yang begitu tak terduga tersebut.
Hal itu juga dialami keluarga Bripka Andik Purwanto, polisi yang meninggal dalam tragedi Kanjuruhan. Andik gugur saat menjalankan tugas mengamankan pertandingan antara Arema FC vs Persebaya Surabaya tersebut.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip NU Online, Almarhum Bripka Andik Purwanto bertugas di Polsek Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur. Yang istimewa dari sosoknya adalah dikenal memiliki perangai santri dan mempunyai kegemaran membudidayakan ikan di kediamannya.
Memang, Bripka Andik tercatat sebagai alumni Pondok Pesantren Al Mahrusiyah, Kediri dan lulus tahun 2004. Tempaan selama di pesantren tersebut membuatnya memiliki perangai yang menonjol khas pesantren yakni kesederhanaan dan semangat berwirausaha.
Hal tersebut dibenarkan Sekretaris Desa Bendiljati Wetan, Sumbergempol, Tulungagung, Yoyok Mubarok. Menurutnya, sosok Bripka Andik merupakan polisi yang tidak neko-neko. Yang juga menarik dari sosoknya yakni memiliki semangat menjadi pembudidaya ikan yang hal tersebut dilakukan sebagai persiapan kalau kelak pensiun.
"Yang saya salut itu punya usaha, dia sudah memikirkan nanti usia sekian saya pensiun. Saya pensiun jadi apa. Dia sudah mikir dengan memiliki usaha ikan," ungkap Yoyok Mubarok, dikutip dari laman NU, Selasa (4/10/2022).
Saksikan Video Pilihan Ini:
Polisi Berperangai Santun
Yoyok menceritakan, almarhum Andik kebetulan bertugas di Bendiljati Wetan yang merupakan daerah sentra ikan hias dan konsumsi patin gurami. Kesempatan tinggal di kawasan tersebut tidak disia-siakan dengan belajar kepada sejumlah kawan di Bendiljati Wetan termasuk dengan kepala desa dan dirinya.
"Kita sharing-sharing, jadi dia itu selain terima gaji untuk kehidupan rumah tangganya, punya celengan. Pokoknya waktu panen itu ya dia mengatakan 'mbetok celengan' (membedah tabungan) istilahnya. Itu yang saya salut," terangnya.
Perihal banyaknya kolam yang dimiliki, Yoyok mengaku sepengetahuan dirinya ada dua buah kolam ikan yang dimiliki almarhum. Selebihnya belum tahu jika memiliki di luar Desa Bendiljati Wetan.
"Kalau ada gangguan ikan, sharingnya dengan saya. Kolamnya dia yang dekat rumah ada dua, terus lainnya saya tidak tahu karena di lain desa," paparnya.
Mantan Satkorcab Banser Tulungagung ini menjelaskan sosok Bripka Andik juga orang baik. Hal tersebut dibuktikan dengan perilakunya yang sopan, termasuk perangainya nan santun. Hal tersebut membuktikan bahwa jiwa santri almarhum masih terbawa dan menjadi pembeda meski sudah menjadi polisi.
"Model santrinya tidak hilang meski dia polisi. Ciri khas santrinya tidak hilang. Ya, tutur katanya enak, simpel, dan pokoknya orangnya baiklah," tandasnya.
Kedekatan dengan keluarga adalah yang demikian menjadi pertimbangan saat bertugas. Karenanya, Bripka Andik sempat berharap dipindah dari Polres Tulungagung ke Polsek Sumbergempol dengan alasan dekat dengan rumah.
“Kedua, bertugas di reskrim sebagai penyidik cukup berat dan menyita banyak waktu,” ungkapnya.
Bripka Andik telah wafat bersama petugas dan ratusan pendukung Arema FC di Stadion Kanjuruhan Malang. Hingga kini, kasus tersebut masih dalam pengusutan tim independen.
Tim Rembulan
Advertisement