Liputan6.com, Jakarta - Umar bin Khatab merupakan sahabat nabi sekaligus seorang khalifah yang berkuasa pada tahun 634 M hingga 644 M. Ia juga tergolong sebagai salah satu Khulafaur Rasyidin.
Baca Juga
Advertisement
Umar bin Khattab diberi julukan Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan. Umar adalah khalifah kedua setelah Abu Bakar yang melanjutkan ajaran serta perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan Islam.
Pada masanya Umar bin Khatab pernah berhasil mengambil alih kepemimpinan dua pertiga wilayah kekaisaran Romawi. Perluasan wilayah ini pun diikuti dengan berbagai pembaharuan.
Misalnya saja dalam bidang pemerintahan dan politik, terdapat departemen khusus yang dibentuk sebagai tempat pengaduan oleh masyarakat.
Saksikan Video Pilihan ini:
Beberapa Kisah Keteladanan Umar bin Khattab
Hijrah Secara Terang-terangan
Umar hijrah ke madinah dengan terang terangan bahkan menantang para penduduk yang menentang pada saat itu, seraya berkata.
“Aku akan berhijrah ke madinah untuk melaksanakan perintah Rasulullah, barangsiapa yang ingin diratapi oleh ibunya, ingin anaknya menjadi yatim atau istrinya menjadi janda silakan menemuiku di balik lembah ini’’.
Dan tidak ada satupun yang berani maju menantangnya. Hal ini berkebalikan dengan apa yang diperintahkan oleh nabi yang meminta kaumnya untuk berhijrah ke madinah seraya meminta untuk berhati hati, tidak bergerombol serta menyelinap di antara siang atau malam dengan tujuan untuk keamanan kaum muslimin.
Keberanian Umar tentunya tidak diragukan lagi karena beliau adalah “asadullah” Singa Allah setelah Hamzah bin abdul muthalib.
Mencari Keadilan
Dikisahkan pada suatu hari, ketika Umar sedang duduk, datanglah kepadanya seorang laki-laki Mesir seraya berkata
“Wahai amirul mukminin aku ingin mencari perlindungan kepadamu”
Umar menjawab “Engkau telah mencari perlindungan kepada orang yang akan memberikanmu perlindungan,apa masalahmu hai anak muda”
Pemuda mesir itu bercerita “Suatu hari aku mengikuti lomba pacuan kuda, kudaku berhasil menyalip kuda salah seorang putra Amr bin Ash, Gubernur mesir, karena itu aku dicambuk sambil berkata dengan sombong bahwa dirinya adalah putra bangsawan, tapi anak sang gubernur takut aku akan melaporkan nya kepada engkau sehingga aku dipenjarakan. Namun atas rahmat-Nya aku dapat meloloskan diri dan sekarang berada di hadapan engkau.
Atas temuan tersebut umar menulis surat kepada gubernur mesir, Amr bin Ash. “Apabila suratku ini telah sampai ke tanganmu,pergilah engkau dan anakmu pada musim haji ini.”
Kepada pemuda mesir itu dikatakan “tinggalah disini hingga mereka datang”
Setelah kedatangan Amr bin Ash beliau duduk bersama Umar dan kaum muslimin lainnya lalu pria mesir itu diberi alat cambuk dan setelah dijelaskan perkaranya yang bersangkutan mengakui perbuatannya (Anak Amr bin Ash) kemudian Umar mempersilahkan anak muda tersebut untuk membalas cambukan yang diterimanya,lalu pemuda tersebut terus mencambuk anak Amr bin Ash hingga orang orang yang hadir menganggap bahwa keadilan telah ditegakkan.
Sementara beliau berkata kepada Amr bin Ash “sejak kapan engkau memperbudak manusia, sedang mereka dilahirkan oleh ibu mereka dalam keadaan merdeka’’
Dan Amr bin ash berkata “wahai amirul mukminin aku tidak mengetahui kejadian tersebut dan anak ini pun tidak melaporkannya kepadaku.”
Penulis : Putry Damayanty
Advertisement