Wakil Ketua MUI : Hidup Harmonis di Tengah Keberagaman Bagian dari Muamalah

Terkait pentingnya menjaga harmonisasi di tengah natal dan tahun baru maupun tahun politik bahkan tahun-tahun lainnya, Marsudi menegaskan bahwa yang terpenting adalah menjadi bangsa yang satu diikat oleh kebersamaan.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Des 2022, 23:13 WIB
Diterbitkan 24 Des 2022, 23:02 WIB
Bedah Buku Merawat Keindonesiaan di Tengah Ancaman Politik Sara
Ketua PBNU KH. Marsudi Syuhud memberikan sambutan pada acara bedah buku Membela Islam, Membela Kemanusiaan yang mengangkat tema Merawat Keindonesiaan di Tengah Ancaman Politik Sara di Jakarta. (Liputan6.com/Arya Manggala)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Marsudi Syuhud menyatakan kolaborasi warga dalam momentum perayaan Natal adalah hal yang sangat penting.

Kolaborasi yang dimaksud adalah tentang bagaimana kita sebagai umat beragama bisa saling bersama-sama dan melakukan sesuatu yang dibutuhkan bagi satu sama lain.

Menurutnya, Hal ini adalah bagian dari kategori Muamalah.

"Muamalah adalah melakukan suatu usaha-usaha bersama demi kebaikan bersama yang tidak memandang sekat-sekat agama,” ujar Kiai kelahiran Kebumen ini.

Umat muslim Indonesia sebagai umat beragama Islam, berbangsa dan bernegara di Indonesia telah mendapatkan teladan langsung dari sikap Nabi Muhammad SAW yang hidup dalam berbangsa dan bernegara di Madinah. Beliau hidup bersama antar umat beragama dari agama Islam, Majusi, Nasrani, dan Yahudi dapat sepakat sepakat hidup bersama bersatu dalam gotong royong. 

Marsudi Syuhud menjelaskan keterlibatan Banser dalam pengamanan Natal misalnya, bukan karena situasi tidak aman, melainkan untuk ikut menjaga kehidupan bersama. 

"Karena kita bersama-sama hidup, agar sama-sama nyaman, enak, dan kepenak," ucap dia.  

Terkait pentingnya menjaga harmonisasi di tengah Natal dan Tahun Baru maupun Tahun Politik bahkan tahun-tahun lainnya, dirinya menegaskan bahwa yang terpenting adalah menjadi bangsa yang satu diikat oleh kebersamaan.

"Karena kita sudah menyatu dengan kesepakatan maka dari sinilah kita mengikuti aturan yang ada. Kita bisa harmonis jika kita tertib. Kita bisa tertib, kalau kita semua ikuti aturan,” pungkasnya.

Dengan ini, pihaknya yakin Indonesia akan damai dan nyaman. Sebagaimana berbangsa adalah ber-aturan, maka menghadapi Natal, Tahun Baru, Tahun Politik, yang terpenting adalah memiliki akhlak yang sesuai aturan. Maka pastinya tidak ada lagi pelanggaran-pelanggaran seperti menyebar hoax, maupun larangan lainnya. 

"Kita harus bersyukur, karena Indonesia adalah negara yang beradab. Lihat bagaimana negara lain yang perang dengan kaum nya sendiri. Maka inilah pentingnya kita diskusi, ada ruang bersama antar sesama umat beragama agar saling memaafkan. Jadikanlah Indonesia sebagai rumah besar,” ungkap Marsudi Syuhud.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Perbedaan Pendapat Jangan Dipermasalahkan

FOTO: Personel Brimob Sterilisasi Gereja Ketedral
Personel K9 melakukan penjagaan saat penyisiran di Gereja Katedral, Jakarta, Jumat (24/12/2021). Sterilisasi sejumlah gereja juga untuk memberi rasa aman kepada jemaat yang akan melakukan rangkaian ibadah Natal. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Lebih lanjut, Marsudi menjelaskan Natal kali ini menjadi Natal pasca pandemi Covid-19, tetapi pihaknya mengimbau bahwa penyakit akan ada terus menerus, sehingga kewajiban umat adalah menjauhkan diri dari wabah dan penyakit. 

"Kita jangan mendekati mudharat, maka jangan salaman dulu jika menyebabkan penularan virus. Menjaga jiwa yang paling utama sebagai umat beragama, dan kesehatan adalah bagian dari menjaga jiwa,” tambahnya. 

Menurut Marsudi Syuhud terkait mengucapkan Selamat Natal ada yang mengatakan boleh tidak boleh, itu adalah pendapat. Yang penting saling menghormati dan menjaga harmonisasi dan tanpa saling menuntut. Selalu ucapkan yang baik. 

Pihaknya juga menekankan bahwa perbedaan itu rahmah.

“Kita cari rahmahnya (kenyamanan hati) bukan menggali perbedaan dengan mengungkit-ungkit keburukan. Jaga yang baik-baik dalam hidup satu sama lain,” imbuhnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya