Liputan6.com, Jakarta - Sudah menjadi kewajiban manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhan dan kepentingan dalam kehidupannya. Seorang muslim haruslah menyeimbangkan antara kepentingan dunia dan akhirat. Untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, wajiblah seorang muslim untuk bekerja.
Seseorang yang bekerja layak untuk mendapatkan predikat yang terpuji karena prestasi kerjanya. Karena itu, agar manusia benar-benar “hidup”, ia memerlukan spirit. Oleh karena itulah Al-Qur’an diturunkan sebagai spirit hidup, sekaligus sebagai nur (cahaya) yang tak kunjung padam.
Advertisement
Baca Juga
Dalam Al-Qur’an maupun hadis banyak ditemukan literatur yang memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan melengkapi kebutuhan duniawinya. Salah satu perintah Allah SWT kepada umat-Nya untuk bekerja termaktub dalam QS. at-Taubah: 105 berikut ini.
وَقُلِ ٱعْمَلُوا۟ فَسَيَرَى ٱللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُۥ وَٱلْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَٰلِمِ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: “Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Ayat ini menjelaskan, bahwa Allah SWT memerintahkan kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal shaleh sebanyak-banyaknya. Allah SWT akan melihat dan menilai amal-amal tersebut.
Saksikan Video Pilihan ini:
8 Perilaku Etos Kerja dalam Islam
Hal yang perlu diperhatikan dalam ayat di atas adalah motivasi atau niat bekerja haruslah benar. Ayat ini pun berisi peringatan bahwa perbuatan manusia itu pun nantinya akan diperlihatkan kelak di hari kiamat. Mengutip dari berbagai sumber, berikut beberapa penerapan perilaku etos kerja dalam Islam:
1. Berusaha kerja dengan penuh keikhlasan.
2. Meyakini bahwa dengan kerja keras akan mencapai apa yang diharapkan "man jadda wajada – siapa yang giat, pasti akan mendapat".
3. Memiliki prinsip yang kuat “mulai dari diri sendiri, mulai dari yang terkecil, dan mulai dari sekarang.”
4. Bersungguh-sungguh dan pantang menyerah
5. Setelah selesai beribadah kembali bekerja seperti sebelumnya tanpa mengurangi semangatnya sedikit pun.
6. Menyeimbangkan kerja dan amalan untuk mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat.
7. Melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi diri sendiri, masyarakat, negara, dan agama.
8. Membekali diri dengan bekal keimanan dan ilmu syar’i, khususnya yang berkaitan dengan fikih muamalah dan bisnis agar menjadi pengusaha yang baik dan benar.
Advertisement