Liputan6.com, Jakarta Tenda-tenda jemaah haji Indonesia dikabarkan mengalami kelebihan kapasitas atau overcapacity. Sehingga, banyak jemaah haji yang tidak tertampung dan telantar.
Wakil Ketua Komisi VIII DPR yang juga Tim Pengawas Haji, Diah Pitaloka, mengatakan pihaknya telah mengklarifikasi langsung kepada Kementerian Agama.
Baca Juga
Hasilnya, ditemukan bahwa tambahan kuota haji sebanyak 8.000 orang yang diberikan Pemerintah Saudi tidak dibarengi dengan penambahan maktab atau ruang untuk jemaah tinggal di dalam tenda selama pelaksanaan ibadah haji.
Advertisement
"Penambahan maktab itu artinya ruang untuk jemaah tinggal di tenda-tenda. Karena sistem zonasi ditenda Mina itu sudah tetap. Jadi tidak mungkin, misalnya, jemaah Pakistan itu berkurang tempatnya, kita ambil untuk tambahan kuota kita, itu tidak mungkin," kata Diah dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat (30/6/2023).
"Dengan adanya penambahan kuota 8.000 yang distribusinya itu masih mengacu pada kloter daerah masing-masing, sehingga ini tidak bisa ada daerah yang mendapatkan tambahan tenda," sambung dia.
Politikus PDI Perjuangan (PDIP) ini melanjutkan, karena tidak adanya penambahan jumlah tenda untuk jemaah haji inilah yang menyebabkan tenda kelebihan kapasitas, sehingga banyak jemaah haji yang memilih tidur di luar tenda.
"Nah, ini yang menjadi problem dan kita tentu berharap untuk ke depan, karena ini bayar masyair (biaya fasilitas haji) yang diperoleh oleh jemaah haji Indonesia selama di Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina)," kata Diah.
Diah menyampaikan, Kementerian Agama sebelumnya berpikir bahwa penambahan kuota haji bakal dibarengi dengan penambahan maktab. Namun, kenyataannya tak ada penambahan maktab.
"Nah, ini yang menyebabkan secara kapasitas, secara teknis, secara fasilitas ini menjadi permasalahan di tenda," ucap dia.
Lebih lanjut, Diah mengungkapkan, karena sudah dua tahun dilanda pandemi Covid, juga ditemukan banyak fasilitas yang tidak sepenuhnya berjalan rata dan baik. Dia menyebut, ada fasilitas yang saluran airnya bocor, hingga ada beberapa tenda yang saluran airnya kecil.
"Ini yang menurut saya nanti semua fasilitas di Armuzna ini harus dibicarakan secara lebih detail dengan syarikah yang menangani persoalan masyair di Armuzna ini. Ini memang persoalan teknis, tapi konsekuensinya bagi jemaah haji Indonesia tentu menjadi sangat besar," ujar Diah.
Selain itu, Diah menilai komunikasi dan diplomasi soal perjanjian secara hukum antara Kementerian Agama dengan pengelola masyair harus lebih detail dan ada legal drafting-nya. Sehingga, kata dia, apabila ke depan ada hal yang tidak diinginkan seperti ini dapat dituntut ganti rugi kepada pengelola maktab.
"Namun, kita mengharapkan sebaiknya tidak ada penggantian, tapi sesuai dengan perjanjian. Makanya nanti untuk tambahan kuota di depan, itu harus kita cermati apakah pemerintah Saudi menambahkan kuota dengan fasilitas maktab atau tidak," kata Diah.
Â
Tenda Padat, WC Mampet hingga Tidak Kebagian Makan
Anggota Komisi VIII DPR John Kenedy Aziz, yang juga sebagai anggota Timwas Haji DPR, berkesempatan mengunjungi Maktab nomor 54, kloter 02 Kabupaten/Kota Pariaman dan Kota Padang.
Ada sejumlah keluhan yang diterimanya dari para calon jemaah haji, mulai dari kepanasan di Muzdalifah lantaran bus telat, AC yang mati, overcapacity tenda, hingga toilet kurang.
"Saya melihat secara langsung, bagaimana perkembangan jemaah haji setelah tragedi Muzdalifah. Mendengarkan cerita dari para jemaah haji, kita merasa prihatin bahwa mereka jam 2 siang panas-panasan masih berada di Musdalifah," tutur John saat mengunjungi sejumlah Maktab di Mina, Mekkah, Arab Saudi, Kamis (29/6/2023).
"Bahkan di sana tidak ada makanan, serta minuman dan tidak ada suatu kepastian kapan jemaah haji akan sampai di Mina. Alhamdulillah sebagian besar sehat, tapi ada yang masih diinfus dan saya ikut berduka cita ada satu orang yang meninggal dari insiden tersebut," sambungnya.
Kemudian, lanjutnya, untuk urusan tenda ada keluhan AC yang mati selama dua hari mereka tinggal. Tidak ketinggalan tenda yang overcapacity, misalnya untuk 100 orang atau 200 orang, tapi diisi satu setengah kali lipatnya.
"Sehingga mengakibatkan para jemaah haji itu nongkrong-nongkrong dan tidur-tiduran di gang-gang kecil ini. Bahkan, ada yang kemudian kita lihat, mereka membuat tenda darurat yang diisi dengan kasur. Lalu, di setiap tenda ada yang kasurnya sudah lengkap tetapi banyak juga kasurnya yang kurang," jelas dia.
Tenda Padat dan Toilet Mampet
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad yang juga meninjau pemondokan jemaah haji Indonesia di sejumlah Maktab yang ada di Mina, Kamis (29/6/2023) mendapatkan beberapa keluhan dan sejumlah temuan. Berbagai keluhan disampaikan jemaah, utamanya soal toilet dan sesaknya tenda.
Dasco dan rombongan awalnya berkunjung ke Maktab 48 yang ditempati jemaah dari wilayah Jakarta dan Banten. Di bawah terik matahari yang lebih dari 40 derajat celcius, Dasco dan rombongan membuka tenda, meninjau toilet, dan berinteraksi dengan jemaah.
Di antara masalah yang diadukan adalah soal toilet yang mampet dan antreannya panjang hingga soal sesaknya tenda. Dasco juga sempat berinteraksi dengan jemaah yang sakit dan sedang dirawat di tenda fasilitas kesehatan. Dia juga berkunjung ke beberapa tenda dan bertanya soal permasalahan jemaah.
Dari Maktab 48, Dasco dan para anggota Timwas Haji DPR berkunjung ke Maktab 42 yang ditempati jemaah asal Jawa Timur dan Aceh. Di sana, Dasco juga mengecek tenda, toilet, dan fasilitas kesehatan.
Pemandangan miris menyambut rombongan saat mengecek toilet perempuan. Di samping toilet ada sejumlah jemaah haji perempuan yang menggelar kasur dan tidur di sana. Saat dihampiri dan ditanya, mereka mengatakan tak kebagian tidur di dalam tenda. Sejak semalam para jemaah perempuan ini tidur di samping toilet.
Lalu ada juga jemaah yang mengadukan belum mendapat jatah makan sejak Rabu (28/6/2023) malam. Jemaah bernama Abdullah itu meminta tolong Timwas Haji DPR mengupayakan komunikasi dengan panitia haji agar jatah makanan untuk tendanya datang.
Masalah yang ditemui Dasco dan rombongan Timwas Haji DPR dari dua maktab itu mirip-mirip, yaitu toilet mampet dan antreannya panjang, tenda yang penuh sesak, dan juga pembagian makanan yang tak merata. Dasco mengatakan perlu ada perbaikan pengelolaan haji di masa depan.
"Saya melihat bahwa karena jemaah Indonesia itu banyak sekali, dan juga fasilitas yang ada di sini memang terbatas, saya lihat petugas-petugas kita walaupun sudah bekerja dengan baik, Kementerian Agama juga sudah menjalankan fungsinya, tetapi saya rasa ada baiknya di tahun-tahun mendatang ditangani oleh yang lebih profesional agar segala sesuatu yang belum sempurna bisa disempurnakan," kata Dasco.
Advertisement