Top 3 Islami: Kisah Isyarat dan Wasiat 8 Jemaah Haji Akan Wafat di Tanah Suci

Delapan jemaah haji yang meninggal tersebut, rata-rata memberikan isyarat dan memang bercita-cita wafat di tanah suci. Mereka juga memberikan wasiat

oleh Muhamad RidloLiputan6.com diperbarui 14 Jul 2023, 11:25 WIB
Diterbitkan 14 Jul 2023, 06:30 WIB
Makam Jemaah Haji
Makam Ma'la di Makkah. (www.haji.kemenag.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Jumlah jemaah haji meninggal di tanah suci terus bertambah. Pada Kamis (13/7/2023), jemaah haji wafat telah mencapai 599 orang.

Seperti yang terjadi pada kelompok terbang (Kloter) 18 Embarkasi Surabaya (SUB 18). Jemaah yang mayoritas berasal dari Tuban, Jawa Timur, ini semula berjumlah 449 orang saat berangkat ke Tanah Suci, namun ketika pulang ke Tanah Air tersisa 441 orang. Sebab, ada delapan jemaah haji wafat di Makkah dan langsung dimakamkan di sana.

Menariknya, dari delapan orang yang meninggal tersebut, rata-rata memberikan isyarat akan meninggal di tanah suci. Beberapa lainnya memberikan wasiat kepada anak atau keluarganya. Ada pula yang bercita-cita meninggal saat beribadah haji.

Artikel mengenai isyarat cita-cita jemaah haji meninggal di tanah suci itu menjadi salah satu dari tiga artikel yang paling menyita perhatian pembaca kanal Islami Liputan6.com, Kamis (13/7/2023).

Sementara, dua artikel lainnya yakni mengenai topik yang kini banyak dibicarakan, soal pertemuan LGBT ASEAN dan langkah Kemenag untuk mengantisipasi jemaah haji hilang atau tersesat.

Selengkapnya, mari simak Top 3 Islami.

 

Simak Video Pilihan Ini:

1. Cerita 8 Jemaah dalam Satu Kloter Meninggal di Makkah, Rerata Bercita-cita Wafat di Tanah Suci

Usai Dimandikan, Jenazah Mbah Moen Disemayamkan di Daker Makkah
Umat muslim berdoa usai memakamkan jenazah KH Maimun Zubair atau Mbah Moen di Pemakaman Ma'la baru, Makkah, Arab Saudi, Selasa(6/8/2019). Jenazah Mbah Moen dimakamkan di dekat kuburan istri Rasulullah, Siti Khadijah. (Liputan6.com/HO/Baharuddin/MCH)

Jemaah haji Indonesia telah berangsur-angsur pulang ke Tanah Air. Namun, kepulangan jemaah dari Tanah Suci ternyata tak selalu dipenuhi dengan cerita sukacita. Terlebih jika jumlah jemaah yang kembali ke Indonesia tidak lengkap karena meninggal dunia.

Seperti yang terjadi pada kelompok terbang (Kloter) 18 Embarkasi Surabaya (SUB 18). Jemaah yang mayoritas berasal dari Tuban, Jawa Timur, ini semula berjumlah 449 orang saat berangkat ke Tanah Suci, namun ketika pulang ke Tanah Air tersisa 441 orang. Sebab, delapan orang meninggal dunia di Makkah dan langsung dimakamkan di sana.

Ketua Kloter SUB 18, Imam Syafi’i menuturkan, tiga jemaah meninggal sebelum fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Sementara lima jemaah lainnya wafat pasca-Armuzna. Rata-rata mereka meninggal karena kelelahan, dan sebagian memiliki riwayat sakit diabetes hingga jantung.

“Yang meninggal laki-laki empat orang dan perempuan empat orang. Rata-rata berusia 70 tahun ke atas dan memiliki riwayat sakit sejak dari Tanah Air,” ujarnya saat ditemui di Terminal Haji Bandara Internasional King Abdul Azis, Jeddah, jelang kepulangan ke Indonesia, Selasa malam (11/7/2023).

Bahkan, ada jemaah yang meninggal sesaat sebelum pulang ke Indonesia. Jemaah tersebut sempat mengikuti ibadah tawaf wada pada Selasa pukul 10.00 Waktu Arab Saudi (WAS) dan meninggal satu jam setelahnya.

“Ini awalnya sehat dan tanpa keluhan, sehingga tidak menjadi fokus perhatian tim Kesehatan. Yang jadi fokus perhatian tim kesehatan adalah yang berisiko tinggi (risti), justru ikut pulang bareng kami saat ini,” katanya.

Banyaknya jemaah haji meninggal membuat anggota kloter ini hampir selalu menggelar tahlilan dan doa bersama setiap malam. Setiap jemaah yang wafat minimal didoakan selama 7 hari berturut-turut di hotel Sektor 5 Makkah.

Dia mengungkapkan, rata-rata jemaah haji yang wafat di Makkah ini memang sudah mengisyaratkan bercita-cita meninggal di Tanah Suci.

Selengkapnya baca di sini

2. Pertemuan LGBT ASEAN di Jakarta Batal, Ini Fatwa MUI tentang LGBT

Ilustrasi LGBT
Ilustrasi LGBT(SatyaPrem/Pixabay).

Rencana pertemuan komunitas LGBT ASEAN di Jakarta akhirnya batal. Pembatalan itu dipicu gelombang anti-LGBT yang banyak disuarakan oleh berbagai komunitas, dengan kelompok penyuara dominan muslim.

Pembatalan pertemuan LGBT ASEAN tersebut diketahui dari pernyataan penyelenggara.

“Penyelenggara Pekan Advokasi Queer ASEAN memutuskan untuk merelokasi tempat pertemuan di luar Indonesia, setelah mendapat serangkaian ancaman keamanan dari berbagai kalangan,” kata penyelenggara Queer Advocacy Week ASEAN Sogie Caucus dalam pernyataannya pada Rabu, dikutip dari laman MUI, Kamis (13/7/2023).

Dalam pernyataan tersebut, pihak penyelenggara telah memantau situasi dari dekat dan cermat, termasuk gelombang sentimen “anti-LGBT” di media sosial. Keputusan pembatalan lokasi pun diambil untuk memastikan keselamatan dan keamanan baik peserta maupun penyelenggara.

Kendati begitu, ASEAN Sogie Caucus tidak mengungkapkan di mana negara lokasi penggantian rencana pertemuan tersebut. Namun, diketahui ASEAN SOEGIE berbadan hukum di Filipina.

Organisasi tersebut kemudian meminta pemangku kepentingan ASEAN dan anggotanya untuk menciptakan ruang dialog bagi kelompok-kelompok termarginalkan. Mereka tak ingin didiskriminasi berdasarkan orientasi seksual, identitas gender, ekspresi gender, dan karakteristik seks mereka (SOGIESC).

Terlepas dari pembatalan pertemuan LGBT ASEAN di Jakarta tersebut, dalam Islam LGBT dilarang. Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah menerbitkan Fatwa MUI tentang LGBT.

Selengkapnya baca di sini

3. Langkah Taktis Kemenag Usai Jemaah Haji Hilang Ditemukan di Ruang Jenazah

Suasana di Pemakaman Baqi sebelah Masjid Nabawi, Madinah. Jemaah haji Indonesia yang wafat di Madinah akan dimakamkan di Pemakaman Baqi. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)
Suasana di Pemakaman Baqi sebelah Masjid Nabawi, Madinah. Jemaah haji Indonesia yang wafat di Madinah akan dimakamkan di Pemakaman Baqi. (Liputan6.com/Nafiysul Qodar)

Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kementerian Agama Hilman Latief meminta seluruh petugas bersiaga agar kejadian orang tersesat atau jemaah haji hilang yang terjadi di Makkah tidak terulang di Madinah, karena situasinya juga sama-sama padat.

"Banyak jemaah (haji) yang bergeser dari Makkah ke Madinah dan jumlahnya juga sekarang mencapai 100 ribuan, artinya akan padat lagi di Madinah. Jemaah akan menghadapi situasi yang padat lagi, setelah tenang di Mekkah pascapuncak haji, umroh sunah, dan pascatawaf wadah, jamaah masuk Madinah menghadapi situasi padat," kata Hilman.

Hal tersebut disampaikan Hilman seusai menggelar rapat koordinasi dengan para kepala sektor, kepala seksi, dan petugas terkait mengenai persiapan menghadapi puncak kedatangan jamaah gelombang dua di Madinah, kepulangan jamaah ke Tanah Air, kesiapan tim, kesiapan hotel, transportasi, keterlambatan dan perubahan jadwal pesawat, serta meminimalkan perubahan yang mungkin terjadi.

"Saya minta petugas mawas diri, berjaga-jaga dan mempersiapkan skema agar fenomena tersesat dan hilang di jalan bisa diminimalisir," kata Hilman seusai rapat koordinasi yang berlangsung di Kantor Daerah Kerja Madinah, Selasa (11/7} malam waktu setempat, dikutip Antara.

Hilman juga meminta seluruh tim linjam (perlindungan jamaah), Kasatop, dan para petugas agar bisa membuat skenario preventif jangan sampai kejadian jemaah haji tersesat dan hilang yang terjadi di Mekkah juga terjadi di Madinah, karena sama-sama padat.

Selengkapnya baca di sini

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya