Liputan6.com, Jakarta - Bagi umat Islam, kiamat adalah keniscayaan. Hari akhir juga menjadi salah satu rukun iman dan wajib diyakini.
Tak ada satupun makhluk, baik dari golongan manusia, jin, maupun malaikat, yang tahu kapan waktu pasti terjadinya kiamat. Hanya saja, Allah SWT telah memberikan petunjuk mengenai tanda-tanda kiamat, baik dalam Al-Qur'an maupun melalui Nabi SAW dalam hadisnya.
Baca Juga
Ulama muda asal Rembang, KH Ahmad Bahauddin Nursalim mengungkapkan salah satu tanda kiamat yang kini telah terjadi dan mudah dilihat di sekitar kita. Salah satunya yakni saat umat Islam berlomba-lomba membangun masjid megah dan mewah, tapi sepi dari jemaah.
Advertisement
Menurut dia, tujuan utama pembangunan masjid adalah fasilitas umat Islam untuk bersujud kepada Allah. Minimal lima kali dalam sehari yakni waktu sholat wajib. Selain dari kelima waktu itu, umat Islam bisa memanfaatkannya dengan berbagai kegiatan amal shalih seperti majelis ilmu dan shalat-shalat sunnah.
“Sekarang masjid megah, itu yang dimaksud dari kata Nabi, alamatnya kiamat itu. kalau umatnya Nabi sudah berlomba-lomba bangun masjid. Tapi kalau bangun tempat sujudnya, tempat thaharah-nya, itu bagus,” kata Gus Baha dalam salah satu tausiahnya yang diunggah di kanal YouTube, dilansir dari laman langit7.id via kanal Islami Liputan6.com, Kamis (10/8/2023).
Dari Anas RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَبَاهَى النَّاسالنَّا فِي الْمَسَاجِدِ
"Tidak akan tiba hari kiamat sampai manusia bermegah-megahan membangun masjid.” (HR Abu Dawud).
Sementara, kita bisa melihat saat ini sangat banyak masjid yang dibangun dengan megah. Masjid dibangun oleh orang-orang kaya, pemerintah, maupun swadaya masyarakat.
Simak Video Pilihan Ini:
Umat Islam Sibuk Menghias Masjid
Dalam hadits lain, Rasulullah bersabda:
“Akan datang suatu masa di mana banyak orang yang membangun masjid megah dan orang yang memakmurkannya sangat sedikit.” (HR Ibnu Khuzaimah).
Ibnu Abbas RA mengatakan, umat Islam akan menghiasi masjid-masjid sebagaimana orang Yahudi dan Nasrani menghias tempat-tempat ibadah dan gereja-gereja mereka. Orang yang memperhatikan seluruh penjuru dunia Islam akan berbangga-bangga seperti ini, menghiasi masjid, dan sombong dalam mendirikan masjid.
Umat Islam membaca hadis itu dan mengetahui bahwa menghiasi masjid termasuk salah satu tanda kiamat. Namun, mereka tetap melakukannya, seolah-olah mereka digiring untuk melaksanakan ketaatan dan pembenaran hadis Rasulullah SAW.
Ibnu Abbas menambahkan, dalam kitab Jami Ash-Shaghir karya AS-Suyuthi, Rasulullah SAW bersabda, “Jika kalian mempercantik masjid-masjid kalian dan menghiasi mushaf-mushaf kalian, kehancuranlah atas kalian.”
Hal itu disebabkan Allah melihat orang-orang yang memakmurkan masjid dengan hati dan iman mereka. Allah menghendaki para hamba-Nya berhias dengan iman dan mempercantik diri dengan takwa.
Jika masjid telah dihias, maka yang tersisa hanya dinding dan perhiasan. Padahal, semua itu akan musnah ketika terjadi kiamat nanti. sedangkan, hati dan iman tidak akan hancur meski kiamat tiba. Akan tetapi, semua itu memang sudah ketetapan Allah.
Advertisement
Soroti Tempat Bersuci di Masjid
Di sisi lain, Gus Baha juga melihat saat ini banyak masjid yang megah dan mewah tapi tempat wudhunya kotor. Ini berseberangan dengan fungsi masjid sebagai tempat orang bersuci. Baik bersuci dari najis maupun mensucikan jiwa.
فِيْهِ رِجَالٌ يُّحِبُّوْنَ اَنْ يَّتَطَهَّرُوْاۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِيْنَ
“Di dalamnya ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS. At-Taubah: 108).
“Kadang masjid itu di desa, yang jum'atan-nya saja orang-orang (kadang-kadang) menara-menaranya saja sampai menghabiskan Rp200 juta, pagarnya sampai Rp200 juta. Kamar mandi saja yang dikira cuma habis Rp50 juta itu masih pakai sandal, tutupnya kran air kadang lepas,” ucap Gus Baha.
Dia mengatakan, masjid harus satu paket dengan thaharah (bersuci). Thaharah merupakan ajaran utama dalam Islam. Thaharah selalu menjadi bab pertama dalam kitab-kitab fikih para ulama.
“Kalau menurut saya, masjid itu satu paket dengan thaharah, karena syarat shalat itu kalau sucinya sah. Makanya di masjid itu Allah menyifati fihi rijalun yuhibbuna ayyathatahharu. Masjid yang baik itu siapa, masjid yang di dalamnya banyak orang yang bersih suci. Nah, sekarang bersih suci itu melibatkan air, kalau airnya baik, alat bersihnya suci baik berarti masjid itu baik,” ujar Gus Baha.
Tim Rembulan