Naudzubillah! Golongan Manusia yang Dibangkitkan Serupa Babi di Hari Kiamat, Siapa Mereka?

Pada hari kebangkitan ini ada golongan manusia bangkit dari kuburnya dalam keadaan yang sangat mengerikan, yakni serupa babi. Hal ini lantaran amal perbuatannya sewaktu di dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 08 Nov 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 08 Nov 2023, 10:30 WIB
Babi Hutan
Babi hutan di Austria. (AFP Photo/Gregor Fischer)

Liputan6.com, Cilacap - Ketika tiupan sangkakala ketiga di hari kiamat, maka manusia akan dibangkitkan dari kuburnya. Sebagian pendapat mengatakan tiupan yang membangunkan manusia dari tidur panjangnya ini ialah tipuan yang kedua.

Terlepas dari perbedaan pendapat ini, yang pasti kelak semua manusia akan dibangkitkan dari kuburnya. Nama hari kebangkitan manusia ini disebut Yaumul Ba’ats.

Pada hari kebangkitan ini ada golongan manusia bangkit dari kuburnya dalam keadaan yang sangat mengerikan, yakni serupa babi. Hal ini lantaran amal perbuatannya sewaktu di dunia.

Lalu siapa dan perbuatan apa yang menyebabkan wujudnya serupa babi?

 

Simak Video Pilihan Ini:

Golongan yang Bangkit dari Kubur Menyerupai Babi

Ilustrasi emas harta karun
Ilustrasi emas harta karun (iStock)

Adapun golongan orang-orang yang dibangkitkan dan dikumpulkan dalam keadaan menyerupai babi yaitu golongan orang-orang yang suka makan harta haram dan merampak hak orang lain.

Di Mahsyar ini, sebagaimana dikisahkan oleh Rasulluah SAW kepada Mu’adz bin Jabal RA, terdapat 10 golongan pelaku maksiat dengan wajah dan penampilan mereka masing-masing sesuai dengan jenis kemaksiatan yang mereka lakukan selama hidup di dunia. 

SAlah satu bentuk atau rupa yang ditampakkan kelak yakni menyerupai babi. Menurut Rasulullah SAW penyebabnya ialah perilaku suka makan harta haram dan merampas hak orang lain.

وبعضهم على صورة الخنازيروأما الذين على صورة الخنازير، فأهل السحت والحرام والمكس

Artinya: "Ada yang diserupakan seperti babi. Yang serupa babi adalah orang suka makan harta haram dan merampas hak orang lain.”

Demikian hadis di atas menjelaskan perilaku yang menyebabkan manusia kelak dalam kondisi yang sangat mengerikan yakni menyerupai babi. Sungguh hina golongan manusia ini.

 

Larangan Memakan Makanan Haram

Fokus
Libra susah berfokus karena perhatian mereka mudah terbagi. (dok. Pixabay/Esther Novita Inochi)

Islam sangat melarang memakan makanan haram. Sebab dampak negatifnya ketika di dunia juga dapat kita rasakan.

Melansir NU Online, berikut ini dampak negatif memakan makanan yang haram.

Pertama, energi tubuh yang lahir dari makanan haram cenderung dipakai untuk maksiat. Sahabat Sahl ra mengatakan:  

من أكل الحرام عصت جوارحه شاء أم أبى  

Artinya: Siapa saja yang makan makanan yang haram, maka bermaksiatlah anggota tubuhnya, mau tidak mau (al-Ghazali, Ihya ‘Ulum al-Din, jilid 2, halaman 91).  

Kedua, terhalangnya doa. Hal itu berdasarkan pesan Rasulullah saw kepada sahabat Sa‘d ra. 

 يَا سَعْدُ أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّ الْعَبْدَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ عَمَلَ أَرْبَعِينَ يَوْمًا 

Artinya: Wahai Sa‘d, perbaikilah makananmu, niscaya doamu mustajab. Demi Dzat yang menggenggam jiwa Muhammad, sesungguhnya seorang hamba yang melemparkan satu suap makanan yang haram ke dalam perutnya, maka tidak diterima amalnya selama empat puluh hari (Sulaiman ibn Ahmad, al-Mu‘jam al-Ausath, jilid 6, halaman 310).

Sulitnya Menerima Ilmu Allah

Ilustrasi Kiamat (Image by liuzishan on Freepik)
Ilustrasi Kiamat (Image by liuzishan on Freepik)

Ketiga, sulitnya menerima ilmu Allah. Ketahuilah ilmu adalah cahaya, sedangkan cahaya tidak akan diberikan kepada ahli maksiat. Itu pula yang pernah dikeluhkan oleh al-Syafi‘i kepada gurunya Imam Waki‘, sebagaimana yang populer dalam sebuah syairnya:  

شكوت إلى وكيع سوء حفظي * فأرشدني إلى ترك المعاصي وقال اعلم بأن العلم نور * ونور الله لا يؤتاه عاصي   

 Artinya: Aku mengeluhkan buruknya hapalanku kepada Imam Waki‘. Beliau menyarankan kepadaku untuk meninggalkan maksiat,  dan beliau berkata, ketahuilah ilmu ialah cahaya. Sedangkan cahaya Allah tak diberikan kepada ahli maksiat. Walau as-Syafi‘i tidak menyebutkan sulitnya menerima ilmu akibat makan makanan yang tak halal, tetapi dapat dipahami bahwa makan makanan tak halal itu termasuk perbuatan maksiat. (Lihat: Muhammad ibn Khalifah, Thalibul ‘Ilmi bainal Amanah wat-Tahammul, [Kuwait: Gharas]: 2002, Jilid 1, halaman 18). 

Keempat, ancaman keras di akhirat. Bentuk ancamannya apalagi jika bukan siksa api neraka. Ancaman ini jelas disampaikan dalam Al-Quran dan hadits. Di antaranya ancaman api nereka bagi orang yang makan harta anak yatim dan harta riba.

إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوالَ الْيَتامى ظُلْماً إِنَّما يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ ناراً وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيراً  

Artinya:  Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka), (QS al-Nisa’ [4]: 10). 

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya