Liputan6.com, Cilacap - Sosok kiai kampung ini tak kalah uniknya dengan kiai-kiai yang lain. Betapa tidak, sosok Kiai yang merupakan alumnus almamater Gus Iqdam, yakni Ponpes Al Falah Ploso ini mengajar santri dari kalangan kanak-kanak hingga dewasa bahkan orang tua.
Boleh dibilang, Kiai ini adalah senior Gus Iqdam, pengasuh Majelis Ta'lim Sabilu Taubah, Blitar yang kini tengah naik daun. Namanya, Kiai Masykur.
Advertisement
Baca Juga
Kesehariannya, selain mengisi ceramah di beberapa tempat, Ia menyibukan dirinya dengan mengajar iqra (cara membaca Al-Qur’an) hingga Tafsir Al-Qur’an.
Melihat kapasitas keilmuannya, Kiai Masykur boleh dibilang sangat tawadlu, sebab imam Masjid Jami’ Al-Istiqom Salebu, Majenang, Cilacap ini tetap mau mengajar anak-anak.
Padahal, sesuai dengan disiplin keilmuan yang didalaminya, Tafsir Al-Qur'an, mestinya yang diajar adalah santri dengan kemampuan lanjutan. Namun, dengan rendah hati dia tetap mau mengajari anak-anak di desanya.
Sekilas tentang Kiai Masykur
Kiai Masykur merupakan sosok kiai yang berasal dari Desa Salebu Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap. Ia lahir dari pasangan suami istri Kiai Tahsis dan Bu Nyai Khotimah. Ia merupakan anak ke-6 dari 10 bersaudara.
Ia tidak menempuh pendidikan formal sampai ke tingkatan yang tinggi. Ayahnya Kiai Tahsis menginginkan putranya ini menjadi seorang yang alim dalam pengetahuan agama. Motivasi ini yang menyebabkan ayahnya mengirimkan putranya ini ke Pondok Pesantren Al Falah Ploso Kediri.
Kiai kharismatik yang kini telah berusia 63 tahun ini mesantren sejak usia 17 tahun. Di Pondok Pesantren Al Falah Ploso ini, Kiai Masykur cukup lama ngangsu kaweruh pengetahuan agama kurang lebih sekitar 10 tahun.
Dibandingkan saudara-saudara yang lain, Kiai Masyur ini memang paling menonjol dalam bidang pengetahuan agama. Saudara-saudaranya juga mengakui kalau Kiai Masykur ini sangat mumpuni dalam bidang agama, terutama Fiqih.
“Kiai Masykur itu mumpuni pengetahuan fiqih, ilmu nahwu, hadis dan tafsir Al-Qur’an. Ia juga pandai ilmu Falak karena lama mondok di Pesantren Al Falah Ploso,” kata Ustadz Tarsum yang juga merupakan alumnus Ponpes Al-Falah Ploso Kediri.
Advertisement
Mengembara dan Menjadi Imam Masjid
Pernah suatu ketika obrolan ringan tentang agama di lingkup keluarganya ini, pengetahuan agama Kiai Masykur membuat kagum kakak dan adik kandungnya.
Setamat dari pesantren, Kiai Masykur sempat mengembara ke beberapa wilayah di luar Jawa, seperti lampung dan Aceh. Karena mumpuni pengatahuan agamanya, di rantau orang pun ia didapuk sebagai sosok panutan.
Setelah sekian lama mengembara, akhirnya ia memutuskan kembali ke kampung tempat kelahirannya.
Kepulangan Kiai Masykur ini disambut suka cinta para warga, khususnya jemaah Masjid Jami’ Al-Istoqam yang kala itu memang membutuhkan sosok pengganti Imam Masjid.
Singkat cerita, berdasarkan kesepakatan dan dukungan dari para kiai, akhirnya beliau diangkat menjadi Imam Masjid Jami’ Al-Istiqom Salebu hingga sekarang.
Mengajar Iqra Hingga Tafsir Al-Qur’an
Dengan telaten dan tekun, Kiai alumnus PP Al-Falah Ploso ini mengajar santri anak-anak yang memang sejak awal belum bisa membaca tulisan Arab. Meskipun ada beberapa yang sudah agak mengerti huruf arab namun jumlahnya hanya sedikit.
Tentunya tidak terbayang ketika mengajar anak-anak kecil membaca tulisan yang sama sekali belum mengenal huruf arab. Hal ini tentu saja membutuhkan kesabaran yang luar biasa. Ini yang sehari-hari dilakoni Kiai Masykur dengan ikhlas.
Selain mengajar santri anak-anak belajar membaca Al-Qur’an, Kiai yang menduduki jabatan sebagai Wakil Rais Syuriah MWCNU Kecamatan Majenang ini juga memiliki santri yang berasal dari kalangan dewasa dan orang tua.
Untuk jemaah ini kiai yang juga menjadi anggota Lembaga Bahtsul Masail Nahdlatul Ulama (LBM NU) Kecamatan Majenang ini mengkaji salah satu kitab tafsir yaitu Tafsir Jalalin.
Kegiatan rutinan dilaksanakan setiap hari Rabu pukul 14.00 sampai masuk waktu salat Asar. Selain masyarakat umum, kegiatan rutinan ngaji tafsir ini juga diikuti beberapa orang kiai.
Selain Tafsir Jalalain, ia juga mengkaji kitab Risalah Ahlussunnah Waljamaah karya KH Ali Maksum dan Qami’ At-Tughyan karya Syaikh Nawani Al-Bantani. Kedua kitab ini dikaji setiap ba’da shalat Jumat selama bulan Ramadhan.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement