Liputan6.com, Jakarta - Ulama kebanggaan Indonesia, KH Ahmad Dahlan adalah tokoh terkemuka dalam sejarah Indonesia, terutama dikenal karena kontribusinya yang signifikan terhadap pendidikan Islam dan reformasi sosial pada awal abad ke-20.
Ia lahir pada tanggal 1 Agustus 1868, di Yogyakarta, yang pada saat itu merupakan bagian dari Hindia Belanda, sekarang Indonesia.
Dahlan adalah pendiri Muhammadiyah, salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia. Didirikan pada tahun 1912, Muhammadiyah bertujuan untuk memodernisasi dan mereformasi Islam, fokus pada pendidikan, kesejahteraan sosial, dan praktik keagamaan.
Advertisement
Dahlan mengadvokasi keseimbangan antara ajaran agama dan pengetahuan modern, menekankan pentingnya pendidikan dalam memberdayakan individu dan komunitas.
Melalui Muhammadiyah, Dahlan mendirikan banyak sekolah dan lembaga pendidikan di seluruh kepulauan Indonesia, memberikan akses pendidikan bagi banyak orang Indonesia, tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi mereka.
Mengutip Muhammadiyah.or.id, dalam rekam hidupnya, Kiai Ahmad Dahlan sendiri dikenal sebagai seorang guru sejati. Hal ini dapat dilihat dari kisahnya mengajarkan Surat Al-Ma’un, aktivitasnya di Budi Utomo agar bisa menjadi guru di sekolah-sekolah milik pemerintah, hingga langkah konkritnya mendirikan Muhammadiyah dan mencetuskan sistem pendidikan Islam modern lewat madrasah Muhammadiyah.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Guru KH Ahmad Dahlan
Guru paling awal Kiai Ahmad Dahlan adalah ayahnya sendiri, Kiai Abu Bakr, seorang ulama dan pemuka agama di Keraton Yogyakarta. Ahmad Dahlan kecil juga menuntut ilmu di pondok pesantren (mondok atau nyantri).
Dalam KH Ahmad Dahlan: sang pencerah, pendidik, dan pendiri Muhammadiyah (2010), ada 15 nama yang menjadi gurunya yakni ayahnya, Kiai Abu Bakr, kakak iparnya yaitu Kiai Muhammad Soleh, termasuk kepada Kiai Faqih Gresik.
Selain itu Ahmad Dahlan belajar fikih kepada Kiai Muchsin, ilmu nahwu kepada Kiai Abdul Hamid, ilmu falaq kepada Kiai Raden Dahlan, ilmu fikih dan hadis kepada Kiai Mahfud, ilmu hadis kepada Syekh Khayyat, Sayyid Baabusijjil dan Mufti Syafi’i, ilmu qira’atul quran kepada Syekh Amin dan Sayyid Bakri Syata’, ilmu pengobatan Islam kepada Syekh Hasan, serta ilmu qiraah dan falak kepada Kiai Asy’ari Baceyan dan Syekh Misri Makkah.
Bersama Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Ahmad Dahlan juga pernah berguru kepada ulama besar asal Semarang, Kiai Soleh Darat. Sedangkan nama Kiai Kholil Bangkalan yang disebutkan sebagai guru dari Kiai Ahmad Dahlan tidak terverifikasi.
Advertisement
Berikut Guru Lain KH Ahmad Dahlan
Setelah berhaji ke Makkah pada tahun 1903, di tanah Hidjaz Kiai Ahmad Dahlan kembali menimba ilmu dari ulama besar asal Nusantara, yakni Syekh Ahmad Khatib, Kiai Nawawi Al-Bantani, Kiai Mas Abdullah Surabaya, dan Kiai Maskumambang. Saat berguru kepada Syekh Ahmad Khatib, Kiai Ahmad Dahlan kembali satu majelis dengan Kiai Hasyim Asy’ari, demikian tulis M Nasruddin Anshoriy dalam Matahari Pembaruan Rekam Jejak KH Ahmad Dahlan (2010).
Dalam hajinya tersebut, atas bantuan Haji Baqir, Kiai Ahmad Dahlan berhasil bertemu dan berguru dengan murid dari Muhammad Abduh, yakni Muhammad Rashid Ridha selama dua tahun. Demikian catat Ahmad Faizin Karimi dalam Pemikiran dan Perilaku Politik Kiai Haji Ahmad Dahlan (2012).
Terkait ilmu-ilmu Keislaman yang dipelajari Kiai Ahmad Dahlan, periwayatan dari murid termudanya, Raden Hadjid merupakan sumber informasi penting. Selama mengintil atau mengikuti Kiai Ahmad Dahlan, Raden Hadjid menyaksikan banyak kitab yang dipelajari oleh gurunya tersebut.
Catatan Raden Hadjid dikumpulkan dalam dua bukunya yang kemudian disatukan dengan judul Pelajaran KH A Dahlan: 7 Falsafah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat al-Qur’an.
“Selama mengikuti beliau saya sering melihat kitab yang jadi rujukan seperti Kitabu Tauhid Muhammad Abduh, Tafsir Juz Amma Muhammad Abduh, Kitab Kanzul Ulum, Dairatul Ma’arif karya Farid Wadji, kitab Fil Bid’ah karya Ibn Taimiyah termasuk kitab At Tawasul wal Wasilah, kitab Idzharul Haq Rahmatullah Al Hindi, dan kitab hadis ulama-ulama Hambali.”
Meski demikian, Raden Hadjid juga menyebut bahwa Kiai Ahmad Dahlan rajin memelajari kitab-kitab karya ulama Indonesia dan Makkah. Misalnya ilmu akidah dan kitab-kitab aliran Aswaja (Ahlu Sunnah wal Jama’ah), fikih Syafi’I, ilmu tasawuf Imam Ghazali hingga Tafsir Al-Manar Rashid Ridha dan majalah Urwatul Wutsqa Jamaludin Al-Afghani.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul