Liputan6.com, Jakarta - Warga Jawa Barat tentu sudah tidak asing dengan nama KH Ahmad Shohibul Wafa Tajul Arifin atau populer dengan sebutan Abah Anom Suryalaya. Ia adalah salah satu ulama yang masyhur dan diyakini memiliki karomah dari tanah Sunda.
Abah Anom memulai perjalanan menimba ilmu agamanya ke ayahnya sendiri, Syekh Abdullah Mubarok bin Muhammad (Abah Sepuh). Berguru kepada ayahnya ia lakukan dari sejak kecil.
Barulah pada 1930 ia memulai pengembaraan ilmunya ke beberapa pesantren di Jawa Barat. Delapan tahun kemudian ia pergi ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji sekaligus menuntut ilmu.
Advertisement
Baca Juga
Abah Anom tidak begitu lama di Tanah Suci, hanya tujuh bulan. Kemudian ia pulang ke Tanah Air dan membantu sang ayah mengasuh pesantrennya. Setelah Abah Sepuh wafat pada 1956, Abah Anom dipercaya memimpin penuh pesantrennya di Suryalaya, Tasikmalaya.
Semasa hidupnya, banyak kejadian di luar nalar manusia biasa terjadi. Abah Anom memang termasuk ulama yang dianugerahkan karomah oleh Allah.
Kesaktiannya itu ia jadikan sebagai dakwah. Namun, ada saja orang-orang yang ingin menguji kesaktiannya. Salah satunya dari seorang kapten sombong. Begini kisahnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kisah Abah Anom vs Kapten Sombong
Melansir NU Online, suatu ketika Abah Anom kedatangan seorang kapten sakti beserta anak buahnya. Kapten tersebut berkunjung ke Pesantren Suryalaya sambil membawa sebuah batu kali sebesar kepalan tangan tangan di kantongnya.
Kapten tersebut menunjukkan keahliannya di depan Abah Anom. Batu yang ia bawa dikeluarkan dan diletakkan di tangannya. Dengan sekali pukul, batu tersebut terbelah menjadi dua.
Sang kapten kemudian meminta Abah Anom menunjukkan kemampuannya. Dengan santai dan tersenyum, Abah Anom yang menerima batu dari kapten itu langsung meremasnya hingga menjadi tepung yang halus.
Kemudian Abah Anom meminta segelas air yang di dalamnya terdapat seekor ikan kepada santrinya. Gelas air yang berisi ikan itu diberikan kepada si kapten.
Dengan sombongnya, kapten itu bergaya seolah sedang memancing. Ia berhasil membuat ikan di dalam gelas terpancing. Lagi-lagi, ia menyombongkan keahliannya kepada Abah Anom.
Advertisement
Akhir Cerita Kapten Sombong
Ketika giliran Abah Anom, ulama sakti ini hanya memberikan isyarat jari telunjuk. Ikan dalam gelas air itu langsung pindah ke hadapannya.
Masih dengan jari telunjuknya, Abah Anom memberikan isyarat seolah-olah memegang ketapel. Ia mengarahkan tangannya ke langit. Sekali bidikan berhasil membuat seekor burung tiba-tiba jatuh di hadapannya.
Melihat kesaktian Abah Anom, kapten tadi meminta maaf. Ia pun akhirnya menjadi pengikut Abah Anom.
Abah Anom wafat pada 5 September 2011. Abah Anom dimakamkan di dalam areal Pesantren Suryalaya, Jalan Suryalaya, Desa Tanjungkerta, Kecamatan Pagerageung, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Sampai saat ini, makam Abah Anom sering diziarahi oleh umat Islam dari berbagai penjuru negeri.