Belum Haji tapi Berangkat Umrah, Emang Boleh? Begini Kata Gus Baha

Gus Baha menawarkan pandangan yang berbeda dan lebih fleksibel dalam menyikapi mana dulu, haji atau umrah

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Jun 2024, 08:30 WIB
Diterbitkan 21 Jun 2024, 08:30 WIB
Gus Baha 4
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak di antara masyarakat yang merasa bingung mengenai prioritas pelaksanaan haji dan umrah. Kebingungan ini terutama muncul karena dalam fiqih, haji merupakan ibadah yang wajib bagi umat Islam yang mampu, sementara umrah dianggap sebagai ibadah sunnah.

Menurut ajaran tradisional, yang wajib harus didahulukan sebelum yang sunnah, sehingga haji seharusnya dilakukan sebelum umrah.

Persoalan menjadi lebih rumit karena daftar tunggu haji yang sangat panjang, yang bisa mencapai 27 tahun. Banyak orang yang ingin segera menunaikan ibadah di Tanah Suci tetapi harus menunggu lama untuk dapat melaksanakan haji.

Dalam situasi ini, banyak yang mempertimbangkan untuk melakukan umrah terlebih dahulu sebagai alternatif untuk memenuhi kerinduan mereka terhadap Ka'bah dan Rasulullah.

Gus Baha menawarkan pandangan yang berbeda dan lebih fleksibel dalam menyikapi situasi ini. Menurutnya, jika seseorang sudah sangat rindu kepada Rasulullah, mereka bisa langsung berangkat umrah tanpa harus menunggu kesempatan untuk haji.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Pandangan Gus Baha Ini Lebih Luwes

Gala Sky umrah
ilustrasi umrah. [Instagram/galasky]

Setidaknya pandangan ini memberikan jalan keluar bagi mereka yang terhalang oleh daftar tunggu haji yang panjang, dan menekankan bahwa rasa rindu tidak perlu diatur oleh hukum fiqih yang kaku antara sunnah dan wajib.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang akrab dikenal sebagai Gus Baha, menyampaikan pandangannya mengenai pelaksanaan haji dan umrah dalam sebuah video yang salah satunya diunggah di kanal YouTube @Driver_L.

Dalam video tersebut, Gus Baha memberikan pandangan yang sedikit berbeda dari kebanyakan ulama mengenai prioritas antara haji dan umrah.

Menurut kebanyakan kiai, dalam fiqih, yang wajib harus dilakukan terlebih dahulu sebelum yang sunnah. Ini termasuk dalam pelaksanaan haji dan umrah, di mana haji yang merupakan kewajiban harus didahulukan sebelum umrah yang sunnah.

"Menurut kiai fiqih wajib dulu baru sunnah, termasuk haji dan umrah. Haji dulu baru umrah. Gak boleh yang sunnah dulu baru wajib," ungkap Gus Baha mengutip pandangan umum di kalangan ulama.

Namun, Gus Baha menyadari adanya persoalan dengan daftar tunggu haji yang sangat lama, yang bisa mencapai puluhan tahun. Menyikapi hal ini, Gus Baha memberikan pandangan yang lebih fleksibel bagi mereka yang merindukan Rasulullah.

"Kalau kangen sama Rasulullah ya berangkat saja umrah. Kalau ke kiai lain ya yang wajib dulu, haji dulu baru umrah lantaran wajib dulu baru sunnah," jelasnya.

Ia menegaskan bahwa rasa rindu kepada Rasulullah tidak mengenal hukum fiqih yang ketat.

Menurut Gus Baha, jika seseorang sudah sangat rindu dengan Rasulullah, maka umrah adalah solusi yang tepat.

"Kalau masalahnya sudah kangen banget sama Rasulullah ya berangkat umrah lantaran kangen tidak ada hukumnya," katanya.

Rasa rindu seperti ini, menurut Gus Baha, adalah hal yang sangat manusiawi dan seharusnya tidak dibatasi oleh aturan fiqih yang ketat.

Menjadi Prioritas Haji dan Umrah

Satu Juta Jemaah Dapat Beribadah Haji Tahun Ini
Ilustrasi haji. (AFP/Abdel Ghani Bashir)

Akibat pandangan ini, banyak warga sekitar Gus Baha yang memutuskan untuk berangkat umrah. Mereka mengikuti nasihat Gus Baha yang menekankan bahwa rindu kepada Rasulullah adalah alasan yang sah untuk melaksanakan umrah terlebih dahulu.

"Kalau ditanya orang katanya ikut Gus Baha dengan jawaban kangen gak ada hukumnya," ujar Gus Baha, diiringi tawa khasnya.

Pandangan ini tampaknya memberikan jalan keluar bagi mereka yang terhalang oleh daftar tunggu haji yang panjang.

"Kangen kok ada hukumnya, kangen berangkat aja umrah, membedakan sunnah dan wajib itu kalau gak kangen," tambah Gus Baha dalam penjelasannya.

Ia menegaskan bahwa rasa rindu kepada Rasulullah adalah alasan yang cukup kuat untuk melaksanakan umrah tanpa perlu menunggu pelaksanaan haji.

Pandangan Gus Baha tentang umrah ini menambah warna dalam diskusi mengenai prioritas antara haji dan umrah di kalangan umat Islam.

Ia mengajak umat untuk tidak terlalu terikat pada aturan yang mungkin bisa disesuaikan dengan kondisi emosional dan spiritual masing-masing individu.

Dalam konteks yang lebih luas, pandangan Gus Baha ini juga mencerminkan pendekatan yang lebih humanis dalam beragama, di mana perasaan dan kondisi individu diakui dan dihargai. Pandangannya memberikan harapan bagi banyak orang yang ingin segera menunaikan ibadah meskipun belum bisa melaksanakan haji.

Pandangan ini juga menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam dan fleksibel terhadap ajaran agama, sehingga bisa memberikan solusi yang sesuai dengan kondisi nyata umat.

Gus Baha, dengan caranya yang khas, terus memberikan pandangan-pandangan yang membumi dan relevan dengan kehidupan sehari-hari umat Islam.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya