Ini Alasan Bulan Muharram Dilarang Berperang

Apa sih yang membuat di dalam bulan Muharram dilarang untuk berperang?

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Jul 2024, 20:30 WIB
Diterbitkan 17 Jul 2024, 20:30 WIB
Ilustrasi perang
Ilustrasi perang. Sumber foto: shutterstock/Zef Art.

Liputan6.com, Jakarta - Bulan Muharram merupakan salah satu dari empat bulan dalam kalender Islam yang dianggap suci dan dimuliakan Dalam tradisi Islam, Muharram dikenal sebagai bulan yang dilarang untuk berperang, sebagaimana ditetapkan dalam Al-Qur'an.

Allah SWT berfirman dalam Surat At-Taubah (9:36), bahwa ada empat bulan suci yang harus dijaga kehormatannya, dan berperang pada bulan-bulan tersebut adalah perbuatan yang besar dosanya.

Larangan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan bagi umat manusia untuk lebih fokus pada ibadah, refleksi diri, dan perdamaian.

Muharram juga memiliki makna spiritual yang mendalam, terutama pada hari kesepuluhnya, yang dikenal sebagai Hari Asyura.

Pada hari ini, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa sebagai bentuk rasa syukur dan peringatan atas berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti penyelamatan Nabi Musa dan pengikutnya dari Firaun.

Selain itu, Muharram juga dipandang sebagai bulan penuh berkah, di mana umat Muslim dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, bersedekah, dan melakukan amal kebaikan lainnya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Tujuan Larangan Perang

Ilustrasi Perang Umat Islam
ilustrasi perang (Liputan6/Istock)

Dengan larangan berperang pada bulan Muharram, umat Islam diharapkan dapat merenungkan makna perdamaian dan menghindari konflik. Bulan ini memberikan kesempatan untuk memperkuat tali persaudaraan, menyebarkan kasih sayang, dan memperbaiki hubungan antar sesama.

Dengan demikian, larangan berperang pada bulan Muharram bukan hanya sekadar aturan, tetapi juga sebuah ajakan untuk menginternalisasi nilai-nilai kedamaian dan keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari.

Sementara mengutip NU Online Lampung, Islam mempunyai dua belas bulan dalam hitungan satu tahun menurut hitungan yang telah ditetapkan. Empat bulan di antaranya adalah bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT

Tiga bulan letaknya berurutan, yaitu, bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah dan Muharram, yang keempat yaitu bulan Rajab yang bertempat antara Jumadil Tsani dengan bulan Sya’ban.

Empat bulan tersebut telah diabadikan dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 36:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ

Artinya: Sungguh bilangan bulan pada sisi Allah terdiri atas dua belas bulan, dalam ketentuan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketentuan) agama yang lurus. Janganlah kamu menganiaya diri kamu pada bulan yang empat itu. Perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang bertakwa (QS At-Taubah: 36).

Bulan Muharram adalah Bulan Suci

Ilustrasi Perang
Ilustrasi perang (Dok. Pexels/Pixabay)

Nama bulan hijriah selain Muharram merupakan nama bulan yang dipakai pada masa jahiliyah. Adapun bulan Muharram pada era masyarakat jahiliyah dinamai bulan Safar Awwal, karena posisinya yang terletak sebelum bulan safar.

Sedangkan bulan setelah Muharram disebut bulan Safar Tsani. Ketika Islam datang, Allah menyebut Safar Awwal dengan bulan Muharram yang dinisbahkan dengan asma-Nya.

Nama Muharram secara bahasa dapat diartikan sebagai bulan yang diharamkan, yaitu bulan yang di dalamnya orang-orang Arab diharamkan dilarang (diharamkan) melakukan peperangan. Begitulah kebiasaan mereka tempo dulu mengkhususkan bulan-bulan peperangan dan bulan-bulan gencatan senjata. Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir terdapat keterangan berikut:

أَنَّ الْمُحَرَّمَ سُمِّيَ بِذَلِكَ لِكَوْنِهِ شَهْرًا مُحَرَّمًا، وَعِنْدِي أَنَّهُ سُمِّيَ بِذَلِكَ تَأْكِيدًا لِتَحْرِيمِهِ؛ لِأَنَّ الْعَرَبَ كَانَتْ تَتَقَلَّبُ بِهِ، فَتُحِلُّهُ عَامًا وَتُحَرِّمُهُ عَامًا

Artinya: Dinamakan bulan Muharram karena bulan tersebut memiliki banyak keutamaan dan kemuliaan, bahkan bulan ini memiliki keistimewaan serta kemuliaan yang sangat amat sekali dikarenakan orang Arab tempo dulu menyebutnya sebagai bulan yang mulia (haram), tahun berikutnya menyebut bulan biasa (halal).

Orang Arab zaman dahulu meyakini bahwa bulan Muharram adalah bulan suci sehingga tidak layak menodai bulan tersebut dengan peperangan, sedangkan pada bulan lain misalnya safar, diperbolehkan melakukan peperangan.

Nama safar sendiri memiliki arti sepi atau sunyi dikarenakan tradisi orang Arab yang pada keluar untuk berperang atau untuk bepergian pada bulan tersebut.

صَفَرٌ: سُمِّيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوتِهِمْ مِنْهُ، حِينَ يَخْرُجُونَ لِلْقِتَالِ وَالْأَسْفَارِ

Artinya: Dinamakan bulan safar karena rumah-rumah mereka sepi, sedangkan para penghuninya keluar untuk berperang dan bepergian.

Dari keterangan di atas, maka Nama Muharram merupakan nama pemberian Allah SWT yang mengindikasikan makna dimuliakan, karena pada bulan tersebut, sebelumnya orang Arab kuno mengadakan genjatan senjata dan melarang berperang. Sedangkan nama Muharram di era Arab jahiliyyah dinamakan Safar Awwal, karena terletak sebelum bulan Safar.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya