Reaksi Tak Terduga Mbah Hasyim Asy’ari saat Tahu Santrinya Pura-Pura Meninggal karena Banyak Utang

Sebagai seorang kiai, banyak kisah antara murid dan gurunya yang terabadikan hingga sekarang. Salah satunya adalah kisah Mbah Hasyim Asy’ari yang mendapat surat bahwa santrinya telah meninggal.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 04 Agu 2024, 04:30 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2024, 04:30 WIB
Pendiri NU sekaligus Rais Akbar, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari. (Foto: Istimewa via NU Online)
Pendiri NU sekaligus Rais Akbar, Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari. (Foto: Istimewa via NU Online)

Liputan6.com, Jakarta - Simbah KH Hasyim Asy’ari dikenal sebagai pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU). Oleh pengikut NU, KH Hasyim Asy'ari sering dipanggil dengan sebutan Hadratus Syekh atau Maha Guru.

Di luar NU, Mbah Hasyim dikenal sebagai ulama kharismatik dan pejuang kemerdekaan. Ia melalui fatwa Resolusi Jihad menggerakkan para kiai dan santri di Nusantara untuk melawan para penjajah. Hukumnya adalah wajib.

Di pesantren, Mbah Hasyim adalah seorang guru atau kiai untuk para santrinya. Ia adalah pendiri dan pengasuh Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur.

Sebagai seorang kiai, banyak kisah antara murid dan gurunya yang terabadikan hingga sekarang. Salah satunya adalah kisah Mbah Hasyim Asy’ari yang mendapat surat bahwa santrinya telah meninggal.

Ternyata, santrinya itu tidak benar-benar meninggal. Mengabarkan dia sudah meninggal adalah cara agar utang-utangnya lunas. Lantas, bagaimana reaksi Mbah Hasyim Asy’ari setelah tahu santrinya melakukan cara seperti itu?

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Ini:


Kisah Sulam Syamsun yang Mengaku Meninggal karena Banyak Utang

Ilustrasi Stress
Ilustrasi Stres karena terjerat utang | foto : istimewa

Mengutip NU Online, Mbah Hasyim punya salah santri yang tergolong bandel. Namanya Sulam Syamsun. Ia adalah ayah dari Munyati Sulam, penyiar di TVRI yang biasanya disuruh qira’ah. 

Sulam ini adalah santri yang memiliki banyak utang. Untuk menghindari masalahnya, ia memalsukan kematiannya dengan mengirim surat kepada Mbah Hasyim.

Teruntuk Hadratussyekh Hasyim Asy’ari. Ini saya ayahanda Sulam. Mengabarkan, bahwa Sulam tidak bisa kembali ke pondok, karena Sulam telah meninggal dunia. Jika ada salahnya mohon dimaafkan. Jika ada utangnya mohon untuk di-ikhlasaken.

Mendapat surat seperti itu, Mbah Hasyim menangis karena salah satu santrinya meninggal dunia. Kemudian ia mengumpulkan para santri lain untuk melaksanakan salat ghaib. Setelah salat ghaib, Kiai Hasyim meminta jemaah salat memaafkan kesalahan Sulam.

“Hadirin sekalian, ini Sulam telah meninggal dunia. Maafkan kesalahannya, ya? Dimaafkan, ya?,” pinta Kiai Hasyim dalam bahasa Jawa.

Semua santri menjawab, “Nggih (iya).” 

Kemudian Mbah Hasyim meminta utang-utang Sulam diikhlaskan. “Kalau ada utangnya, diikhlaskan, ya?” 

Karena Kiai Hasyim yang berbicara, semua santri menjawab kompak, “Nggih.”   

“Halal?” tanya Kiai Hasyim.

“Halal,” jawab santri serempak. 


Sulam Datang dan Ini yang Terjadi

Hadhratussyaikh KH Hasyim Asy'ari (NU Online)
Hadhratussyaikh KH Hasyim Asy'ari (NU Online)

Tak diduga, tiba-tiba dari pintu pondok, Sulam berlari mendekat sambil berteriak, “Matur nuwuuun (terima kasih..!)” 

Melihat kelakuan santrinya yang “kurang ajar” seperti itu, Kiai Hasyim bukannya marah, malah justru menangis, merangkul Sulam.

“Alhamdulillah, Lam, kamu masih hidup. Aku kira meninggal dunia beneran. Ya sudah, aku sudah terlanjur mengikrarkan: kamu di sini sudah tidak punya salah dan tidak punya utang,” kata Mbah Hasyim.

“Adapun yang masih belum ikhlas dengan utangmu, karena kamu masih hidup, Lam, dan aku sudah berbicara, aku yang menanggungnya sekarang. Jadi kalau ada yang punya utang di Sulam, atau yang diutangi Sulam, tagihlah aku,” tutur Kiai Hasyim.

Mengutip laman Instagram @pwnujatim, pelajaran kehidupan kisah ini tidak hanya menggambarkan kebijaksanaan Mbah Hasyim dalam memperlakukan orang dengan cinta dan kasih sayang, tetapi juga mengajarkan tentang pentingnya memaafkan dan berlaku baik dalam kehidupan sehari-hari. Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya