Banyak Harta Belum Tentu Rezeki, Ini Konsep Rezeki yang Benar dalam Islam Menurut UAS

Masih banyak dari orang yang beriman kepada Allah SWT yang keliru dalam konsep rezeki. Pendakwah Ustadz Abdul Somad (UAS) memberikan pencerahan dengan jelas tentang konsep rezeki dalam Islam.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 06 Agu 2024, 01:30 WIB
Diterbitkan 06 Agu 2024, 01:30 WIB
Ustadz Abdul Somad dalam sebuah kegiatan di Kota Pekanbaru.
Ustadz Abdul Somad dalam sebuah kegiatan di Kota Pekanbaru. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta - Banyak orang yang mengidentikkan rezeki itu berupa materi, kekayaan harta, dan sebagainya. Padahal rezeki tidak selalu tentang materi. Badan yang sehat lingkungan yang nyaman, diberi kemudahan ibadah, itu pun rezeki yang dianugerahkan Allah SWT.

Jika rezeki hanya dalam urusan apa yang kita makan, selama hidup di dunia itu sudah pasti diberi rezeki oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surah Hud ayat 6.

 وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَاۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ 

Artinya: "Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz)." (Q.S. Hud : 6)

Mengulas dari ayat di atas bahwa semua makhluk yang Allah SWT ciptakan di bumi ini akan diberikan rezeki. Cicak di dinding pun diberi rezeki memangsa nyamuk yang terbang, apalagi manusia, makhluk ciptaan-Nya yang paling sempurna.

Masih banyak dari orang yang beriman kepada Allah SWT yang keliru dalam konsep rezeki. Pendakwah Ustadz Abdul Somad (UAS) memberikan pencerahan dengan jelas tentang konsep rezeki dalam Islam.

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Banyak Harta Belum Tentu Rezeki

Ustaz Abdul Somad alias UAS membahas masalah pemanggilan arwah (https://www.instagram.com/p/CV5K-BnvdgE/)
Ustaz Abdul Somad alias UAS membahas masalah pemanggilan arwah (https://www.instagram.com/p/CV5K-BnvdgE/)

UAS mengatakan, banyak orang yang salah sangka memahami konsep rezeki. Mereka melihat rezeki itu dari rumahnya ada di mana-mana, dompetnya tebal, kendaraan banyak. Menurut UAS, semua itu belum tentu rezeki.

Lalu seperti apa konsep rezeki dalam Islam menurut UAS?

"Maa amalaka ilaa tho'atillah. Semua yang membawa engkau taat kepada Allah, itulah rezeki. Lawan dari taat itu adalah laknat. Jadi kalau ada orang mobilnya mewah tapi tidak pernah dibawa ke mesjid, itu rezeki apa laknat?” kata UAS dikutip dari YouTube Dakwah Digital TV, Senin (5/8/2024). 

“Duit apakah itu rezeki? Ya kalau dia membawa taat (itu termasuk rezeki). Oleh karena itu, semua yang ada pada diri kita itu bisa berubah dari rahmat menjadi laknat, dari laknat menjadi rahmat, tergantung dia taat atau tidak taat," jelas UAS.

UAS juga menyarankan agar mengubah cara pandang kita terhadap rezeki. Rezeki bukan tentang uang, rumah, ataupun kendaraan saja, tapi semua yang membawa seorang muslim taat kepada Allah SWT adalah rezeki. Sebaliknya, semua yang menjauhkan dari Allah SWT itu bisa menjadi laknat.

Hati-Hati Istidraj

Ilustrasi emas harta karun
Ilustrasi emas harta karun (iStock)

Ketika seseorang punya banyak harta padahal dia jarang sholat dan malah melanggar perintah Allah, maka patut diwaspadai uang yang diperolehnya. Bisa jadi itu termasuk istidraj. Apa itu istidraj?

Mengutip NU Online, istidraj itu berasal dari إستدرج- يستدرج- إستدراجا (istadraja-yastadriju-istidrâjan) yang berakar kata dari درج (daraja) yang secara bahasa berarti tangga, meningkat, sedikit demi sedikit, tahap demi tahap, ataupun perlahan-lahan.

Sedangkan secara istilah, istidraj berarti kenikmatan materi yang diberikan kepada seseorang yang secara lahir semakin bertambah, tetapi kenikmatan yang bersifat batin semakin dikurangi atau dicabut, sementara ia tidak menyadarinya.

Secara lahiriah kemewahan duniawi Allah berikan, namun secara batiniah perintah ketakwaan (ittaqullah) ia abaikan. Uraian tersebut diperkuat oleh Rasulullah saw melalui hadits yang berbunyi:

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: إِذَا رَأَيْتَ اللّٰهَ يُعْطِى الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا عَلَى مَعَاصِيهِ مَا يُحِبُّ فَإِنَّمَا هُوَ اسْتِدْرَاجٌ. ثُمَّ تَلَا رَسُولُ اللّٰهِ صلى الله عليه وسلم (فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَىْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

Artinya: “Dari Uqbah ibn Amir dari Nabi saw, beliau bersabda: ‘Jika kamu melihat Allah memberikan kemewahan dunia kepada hamba-Nya yang suka melanggar perintah-Nya, maka itulah yang disebut istidraj.” 

Kemudian beliau membaca firman Allah surat al-An`am ayat 44: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (HR. Ahmad)

Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya