Liputan6.com, Jakarta - Abu Ali Hasan bin Hani' al-Hakami atau Abu Nawas adalah seorang penyair dan pujangga yang terkenal pada masa Bani Abbasiyah. Nama Abu Nawas semakin dikenal luas sebagai sastrawan berbakat terutama setelah menarik perhatian Khalifah Harun al-Rasyid.
Syair-syair yang digubah Abu Nawas mengandung pesan yang mendalam. Tidak heran jika kepiawaiannya dalam menyusun kata-kata menjadi tokoh sastra yang disegani pada zamannya.
Sholawat Al-I’tiraf adalah salah satu syair Abu Nawas yang populer. Syair ini pernah dibawakan Ustadz Jefri Al Buchori dalam bentuk lagu, kemudian diikuti oleh penyanyi-penyanyi lain dalam berbagai versi. Selain itu, syair Al-I'tiraf juga sering dilantunkan di pengajian-pengajian.
Advertisement
Baca Juga
Syair Al-I’tiraf karangan Abu Nawas diawali dengan pengakuan seorang hamba yang bukan ahli surga, tapi ia juga tidak mau dimasukkan ke dalam neraka. Inti syair ini mengharapkan agar Allah SWT memberi ampunan atas dosa-dosa yang pernah dilakukan.
Berikut lirik syair Al-I’tiraf yang dinukil dari laman NU Online Jabar. Semoga membuat hati Anda tersentuh agar segera bertobat untuk mendapatkan ampunan-Nya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Lirik Syair Al-I’tiraf Abu Nawas
إِلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً # وَلاَ أَقْوَى عَلىَ نَارِ الجَحِيْمِ
Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan, wa laa aqwaa ‘alaa naaril jahiimi.
"Wahai Tuhanku ! Aku bukanlah ahli surga, tapi Aku tidak kuat dalam neraka jahim."
فَهَبْ ليِ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبيِ # فَإِنَّكَ غَافِرُ ذَنْبٍ عَظِيْمٍ
Fa hablii taubatan waghfir zunuubii, fa innaka ghaafirudzdzambil ‘azhiimi.
"Maka berilah Aku taubat (ampunan) dan ampunilah dosaku, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa yang besar."
ذُنُوْبيِ مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِ # فَهَبْ ليِ تَوْبَةً يَاذاَ الجَلاَلِ
Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali, fa hablii taubatan yaa dzaaljalaali.
"Dosaku bagaikan bilangan pasir, maka berilah Aku taubat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan."
وَعُمْرِي نَاقِصٌ فيِ كُلِّ يَوْمٍ # وَذَنْبيِ زَائِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِ
Wa ‘umrii naaqishun fii kulli yaumi, wa dzambii zaa-idun kaifah timaali.
"Umurku ini setiap hari berkurang, sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana Aku menanggungnya."
إِلهِي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ # مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ
Ilaahii ‘abdukal ‘aashii ataaka, muqirran bidzdzunuubi wa qad da’aaka.
"Wahai Tuhanku ! Hamba Mu yang berbuat dosa telah datang kepada Mu dengan mengakui segala dosa, dan telah memohon kepada Mu."
فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَاكَ أَهْلٌ # فَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاكَ
Fa in taghfir fa anta lidzaaka ahlun, ca in tathrud faman narjuu siwaaka.
"Maka jika Engkau mengampuni, Engkaulah ahli pengampun. Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi Aku mengharap selain kepada Engkau."
Advertisement
Riwayat Syair Al-I’tiraf
Mengutip NU Online, Imam Muhammad bin Idris as-Syafi’i rahimahullah pernah berkata: “Aku mengunjungi Abu Nawas. Lalu Aku bertanya padanya, “Apa yang Engkau persiapkan untuk hari ini, wahai saudaraku, Abu Nawas?’.
Kemudian Abu Nawas menjawab dengan sebuah Syair:
تَعَاظَمَنِيْ ذَنْبيْ فَلَمَّا قَرَنْتُهُ # بعَفْوِكَ رَبِّيْ كَانَ عَفْوُكَ أَعْظَمَا
“Pernah kuanggap dosa-dosa ku besar. Namun, ketika kusandingkan dengan pengampunan-Mu, wahai Tuhanku. Maka, ampunan-Mu ternyata lebih besar’”.
“Abu Nawas itu karibku,” kata Syaikh Muhammad bin Rafi’ memulai kisahnya. “Namun, di akhir umurnya, kami berpisah jarak. Ketika tersiar kabar kewafatannya. Aku sedih luar biasa. Antara tidur dan terjaga, seakan Aku bertemu dengannya. Lalu Aku panggil Dia, “Wahai Abu Nawas!”.
“Iya”, jawab Abu Nawas.
“Apa yang telah Allah perbuat padamu?”, tanya Syekh Muhammad bin Rafi’.
“Dia mengampuni Aku”, kata Abu Nawas, “dan itu disebabkan bait syair yang Aku tulis. Dan syair itu sekarang berada ditumpukan bantal kedua di rumahku”.
Tidak lama kemudian Syekh Muhammad bin Rafi’ melakukan perjalanan jauh mengunjungi keluarga Abu Nawas. Ketika keluarga Abu Nawas melihat Syekh Muhammad bin Rafi’, kesedihan menyelimuti keluarga Abu Nawas dan mereka pun kembali menangis.
Setelah reda, Syekh Muhammad bin Rafi’ bertanya pada mereka, “Apakah saudaraku Abu Nawas punya simpanan syair sebelum beliau wafat?”.
“Kami tidak tahu”, jawab keluarga Abu Nawas. “Hanya saja, sebelum kewafatannya. Beliau meminta dibawakan tempat tinta dan kertas. Lalu menulis sesuatu. Apa yang ditulis, kami tidak tahu”, terang keluarga Abu Nawas.
“Bolehkan Aku masuk memeriksa?”, kata Syekh Muhammad bin Rafi’. Keluarga Abu Nawas pun mempersilahkannya.
Lalu Syekh Muhammad bin Rafi’ memasuki kamar dan memeriksa tempat tidur Abu Nawas. Syekh Muhammad bin Rafi’ menemukan pakaian yang belum dipindah. Diangkatnya pakaian itu, tidak ditemukan apa-apa. Kemudian, diangkat bantal pertama, juga tidak terlihat apa-apa. Setelah diangkat bantal kedua, ditemukan secarik kertas. Dan disitu tertulis beberapa syair:
يَا رَبِّ إِنْ عَظَمْتُ ذَنْبيْ كَثْرَةً # فَلَقَدْ عَلِمْتُ بِأَنَّ عَفْوَكَ أَعْظَمَا
"Wahai Tuhanku, Jika dosa-dosaku yang banyak itu membesar. Aku yakin, pengampunan-Mu lebih agung."
إنِ كَانَ لَا يَرْجُوْكَ إِلّا مُحْسنٌ # فَبِمَنْ يَلُوْذُ وَيَسْتَجِيْرُ الْمُجْرِمُ
"Andai Engkau hanya menerima orang yang baik saja. Lalu bagaimana dengan kami, orang-orang yang penuh noda dan dosa."
أَدْعُوْكَ رَبِّ، كَمَا أَمَرْتَ، تَضَرُّعاً # فَإِذَا رَدَدْتَ يَدِيْ، فَمَنْ ذَا يَرْحَمُ
"Aku berdoa padamu Gusti, dengan kerendahan hati, sebagaimana Engkau perintahkan. Jika Engkau tolak kedua tanganku. Siapa lagi yang akan mengasihi Aku?"
مَا لِيْ إِلَيْكَ وَسِيْلَةٌ إِلَّا الرَّجَا # وَجَمِيْلُ عَفْوِكَ ثُمَّ أِنِّيْ مُسْلِمٌ
"Hanya harapan dan indahnya ampunan-Mu yang jadi perantaraku. Lalu , Aku pasrah pada-Mu."
Sebelum meninggal dunia, Abu Nawas pernah duduk sendirian, memperhatikan matahari yang berangsur–angsur tenggelam. Suasananya cukup hening.
Abu Nawas melihat begitu indahnya warna langit yang dipenuhi dengan mega berwarna kuning jingga. Ia memperhatikannya dengan seksama, hingga akhirnya suasana indah itu hilang seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat.
Entah apa penyebabnya, tiba–tiba Abu Nawas tak mampu membendung air matanya. Hatinya terasa pedih. Ia menangis tersedu–sedu. Ia menengadahkan kedua tangannya dan melantunkan syair Al-I’tiraf.