Misteri Isra Mi'raj: Nabi Melakukan Perjalanan dengan Jasad atau Hanya Ruh?

Pada peristiwa Isra Mi'raj, Nabi SAW diperjalankan oleh Allah menuju langit ketujuh untuk menerima perintah sholat. Namun, apakah perjalanan itu melibatkan ruh, jasad atau sekaligus keduanya?

oleh Putry Damayanty diperbarui 28 Jan 2025, 04:30 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2025, 04:30 WIB
tujuan isra miraj
tujuan isra miraj ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Isra Mi'raj adalah salah satu peristiwa luar biasa yang terjadi pada diri Nabi Muhammad SAW. Kisah Isra Mi'raj ini diceritakan dalam Al-Qur'an maupun hadis sehingga dapat menjadi pembelajaran bagi umat Muslim.

Isra Mi'raj terjadi pada suatu malam yang penuh berkah, ketika Nabi SAW diperjalankan oleh Allah dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa. Kemudian diangkat menuju langit ketujuh untuk menjemput perintah sholat.

Peristiwa itu berlangsung hanya dalam satu malam. Dalam perjalanan tersebut, beliau menaiki kendaraan yang sangat cepat bernama Buraq, yang digambarkan sebagai seekor kuda putih.

Namun, satu hal yang menjadi pertanyaan apakah perjalanan Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW ini melibatkan jasad, ruh atau sekaligus keduanya? Berikut ulasannya dikutip dari NU Online.

 

Saksikan Video Pilihan ini:

Isra Mi’raj Menurut Sayyidah Aisyah

Ilustrasi Peristiwa Isra’ dan Mi’raj (Sumber: Bersamadakwah)
Ilustrasi Peristiwa Isra’ dan Mi’raj (Sumber: Bersamadakwah)... Selengkapnya

Salah satu riwayat tentang Isra' dan Mi’raj yang memiliki pandangan berbeda dari riwayat-riwayat yang lain adalah riwayat Sayyidah Aisyah. Dalam riwayatnya, ia menyebutkan bahwa peristiwa tersebut hanya terjadi dengan ruh Rasulullah, sementara jasad atau fisik tubuhnya tidak ikut serta. Riwayat ini sebagaimana ditulis oleh Imam Ibnu Ishaq dalam kitab Sirah-nya:

حَدّثَنِي بَعْضُ آلِ أَبِي بَكْرٍ: عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا كَانَتْ تَقُولُ: مَا فُقِدَ جَسَدُ رَسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ وَلَكِنّ اللّهَ أَسْرَى بِرُوحِهِ

Artinya: “Telah bercerita kepadaku sebagian keluarga Abu Bakar, dari Aisyah ra bahwa sesungguhnya ia telah berkata: "Jasad Rasulullah saw tidak diberangkatkan, tetapi Allah SWT hanya memperjalankan ruhnya.” (Ibnu Ishaq, Sirah Nabawiyah libn Ishaq, [Beirut, Darul Kutub Ilmiah: tt], juz I, halaman 274).

Selain riwayat Aisyah di atas, dalam riwayat yang lain juga disebutkan bahwa peristiwa Isra' Mi’raj hanya terjadi dalam mimpi, tanpa melibatkan jasad Rasulullah. Hal ini sebagaimana jawaban sahabat Abu Sufyan ketika ditanya perihal perjalanan Rasulullah ketika Isra':

قَالَ ابْنُ إسْحَاقَ: حَدّثَنِي يَعْقُوبُ بْنُ عُتْبَةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ بْنِ الْأَخْنَسِ: أَنّ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ، كَانَ إذَا سُئِلَ عَنْ مَسْرَى رَسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلّمَ قَالَ كَانَتْ رُؤْيَا مِنْ اللّهِ تَعَالَى صَادِقَةً

Artinya: “Ibnu Ishaq berkata: "Telah bercerita kepadaku Ya’qub bin Utbah bin Mughirah bin Akhnas, sesungguhnya ketika Mu’awiyah bin Abi Sufyan ditanya perihal Isra' Rasulullah saw, ia menjawab bahwa hal itu adalah mimpi dari Allah ta’ala yang benar.” (Ibnu Hisyam, Sirah Nabawiyah, [Beirut, Darul Fikr: tt], juz I, halaman 400).

Kendati terdapat dua pendapat yang menjelaskan bahwa perjalanan Isra' Mi’raj Nabi Muhammad sebatas ruhnya tanpa jasadnya, namun yang paling sering dijadikan dalil oleh para ulama yang sepakat dengan pendapat tersebut hanyalah riwayat dari Sayyidah Aisyah tersebut.

Lalu, dapatkah riwayat tersebut dijadikan pijakan?

Menolak Kesahihan Riwayat Aisyah

Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang sangat agung dan penting bagi umat Islam, saat Nabi Muhammad SAW menerima perintah langsung dari Allah SWT untuk melaksanakan salat wajib 5 kali dalam sehari semalam.
Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang sangat agung dan penting bagi umat Islam, saat Nabi Muhammad SAW menerima perintah langsung dari Allah SWT untuk melaksanakan salat wajib 5 kali dalam sehari semalam. (www.nu.or.id)... Selengkapnya

Imam Abul Fadl Iyadh bin Musa al-Yahshubi atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Qadhi Iyadh (wafat 544 H) dalam salah satu kitabnya menulis satu bab secara khusus untuk membantah perihal pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa Isra' Mi’raj Nabi Muhammad hanya sebatas ruhnya saja tanpa jasadnya, termasuk juga pendapat yang disandarkan kepada Sayyidah Aisyah di atas.

Menurut Al-Qadhi Iyadh, pendapat yang disandarkan kepada Sayyidah Aisyah di atas tidak layak untuk dijadikan pedoman, dengan beberapa alasan, di antaranya:

1. Sayyidah Aisyah tidak melihat secara langsung peristiwa tersebut, karena ketika peristiwa Isra Mi’raj terjadi, Aisyah belum berstatus sebagai istri nabi;

2. Waktu Isra Mi’raj, Sayyidah Aisyah masih berumur sangat kecil, sehingga perkataannya tidak bisa diterima,

وَأَمَّا قَوْلُ عَائِشَةَ: مَا فُقِدَ جَسَدُهُ، فَعَائِشَةُ لَمْ تُحَدِّثْ بِهِ عَنْ مُشَاهَدَةٍ لِأَنَّهَا لَمْ تَكُنْ حِيْنَئِذٍ زَوْجهُ وَلَا فِي سِنِّ مَنْ يَضْبِطُ

Artinya: “Adapun perkataan Sayyidah Aisyah, yaitu: “Tidak diberangkatkan jasadnya”, ketahuilah bahwa Aisyah tidak menceritakan nabi berdasarkan persaksiannya, karena saat itu ia bukanlah (belum) istrinya (belum menikah dengannya), juga saat itu ia masih belum baligh.” (Al-Qadhi Iyadh, As-Syifa bi Ta’rifi Huquqil Musthafa, [Darul Qalam: tt], juz I, halaman 168).

Lebih lanjut, menurut Imam Al-Qadhi Iyadh, umur Sayyidah Aisyah saat itu masih delapan tahun, jika mengikuti pendapat Az-Zuhri, yang mengatakan bahwa Isra' Mi’raj terjadi satu tahun setengah setelah diangkatnya Nabi Muhammad menjadi nabi.

Dengan beberapa alasan tersebut, maka dapat dipastikan bahwa riwayat yang disandarkan kepada Sayyidah Aisyah di atas jelas bukan berasal darinya, namun dari orang lain yang disandarkan kepadanya.

فَإِذَا لَمْ تُشَاهِدْ ذَلِكَ عَائِشَةُ دَلَّ أَنَّهَا حَدَثَتْ بِذَلِكَ عَنْ غَيْرِهَا فَلَمْ يُرَجَّحْ خَبَرُهَا عَلىَ خَبَرِ غَيْرِهَا وَغَيْرُهَا يَقُوْلُ خِلَافَهَ مِمَّا وَقَعَ نَصًّا فِي حَدِيْثِ أُمِّ هَانِئٍ وَغَيْرِهِ

Artinya: “Maka jika Aisyah tidak menyaksikan kejadian tersebut, menunjukkan bahwa riwayat tersebut berasal dari selainnya, maka tentu riwayatnya tidak bisa diunggulkan dari riwayat yang lain, sementara riwayat yang lain bertentangan dengannya, sebagaimana yang sudah menjadi nash dalam hadis yang berasal dari Ummu Hani’ dan lainnya.” (Iyadh, I/169).

Pendapat Mayoritas Ulama

Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang sangat agung dan penting bagi umat Islam, saat Nabi Muhammad SAW menerima perintah langsung dari Allah SWT untuk melaksanakan salat wajib 5 kali dalam sehari semalam.
Isra Miraj merupakan salah satu peristiwa bersejarah yang sangat agung dan penting bagi umat Islam, saat Nabi Muhammad SAW menerima perintah langsung dari Allah SWT untuk melaksanakan salat wajib 5 kali dalam sehari semalam. (Ilustrasi: AI)... Selengkapnya

Dari beberapa uraian di atas, menjadi sangat jelas bahwa berpedoman pada pendapat yang disandarkan kepada Sayyidah Aisyah perihal Isra' dan Mi’raj tidak bisa dibenarkan, selain karena memang saat itu ia belum berstatus sebagai istri Nabi SAW dan masih di umur belum baligh, pendapat tersebut juga bertentangan dengan mayoritas pendapat ahli hadis dan mayoritas ulama lainnya.

Sedangkan pendapat mayoritas ulama, baik ulama ahli hadis maupun ahli fiqih sepakat bahwa peristiwa Isra dan Mi’raj terjadi dengan ruh dan jasad Rasulullah SAW. Pendapat ini sebagaimana dicatat oleh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam salah satu kitabnya, yaitu:

وَقَدْ اِخْتَلَفَ السَّلَفُ بِحَسَبِ اخْتِلاَفِ الْاَخْبَارِ الْوَارِدَةِ فَمِنْهُمْ مَنْ ذَهَبَ إِلىَ اَنَّ الْإِسْرَاءَ وَالْمِعْرَاجَ وَقَعَا فِي لَيْلَةٍ وَاحِدَةٍ فِي الْيَقْظَةِ بِجَسَدِ النَّبِي وَرُوْحِهِ بَعْدَ الْمَبْعَثِ وَاِلىَ هَذَا ذَهَبَ الْجُمْهُوْرُ مِنْ عُلَمَاءِ الْمُحَدِّثِيْنَ وَالْفُقَهَاءِ وَالْمُتَكَلِّمِيْنَ وَتَوَارَدَتْ عَلَيْهِ ظَوَاهِرُ الْاَخْبَارِ الصَّحِيْحَةِ

Artinya: “Para ulama salaf berbeda pendapat (perihal Isra' Mi’raj) tergantung riwayat yang sampai. Sebagian ada yang berpendapat bahwa Isra' dan Mi’raj Rasulullah terjadi pada satu malam di waktu sadar, dengan jasad dan ruhnya setelah diangkat menjadi nabi. Pendapat ini menurut mayoritas ulama ahli hadits, ahli fiqih dan ahli tauhid, serta telah datang hadits-hadits sahih (yang berkaitan dengannya).” (Ibnu Hajar, Fathul Bari Syarh Shahihil Bukhari, [Beirut, Darul Ma’rifah: 1379], juz VII, halaman 197). Demikian penjelasan perihal Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad menurut pendapat Sayyidah Aisyah serta argumentasi yang menolakperiwayatan tersebut. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya