Wanita Mengeluh Suaminya Rajin Ibadah tapi Malas Bekerja, Begini Sindiran Menohok Buya Yahya

Buya Yahya bahkan mengibaratkan bahwa seekor kerbau lebih baik dibandingkan suami yang hanya ongkang-ongkang tanpa tanggung jawab

oleh Liputan6.com Diperbarui 10 Feb 2025, 08:30 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2025, 08:30 WIB
Buya yahya sss
Buya Yahya (Tik-Tok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dalam kehidupan rumah tangga, tanggung jawab seorang suami bukan hanya sebatas menjadi imam dalam ibadah, tetapi juga berkewajiban menafkahi keluarganya. Suami yang hanya ongkang-ongkang duduk santai tanpa berusaha mencari nafkah dianggap sebagai sikap yang tidak bertanggung jawab.

Buya Yahya menegaskan bahwa seorang suami harus memahami kewajibannya. Tidak cukup hanya menjadi orang yang saleh dalam ibadah, tetapi juga harus memastikan kebutuhan keluarganya tercukupi.

“Jangan hanya beribadah, tapi lupa bahwa menafkahi keluarga itu juga bagian dari ibadah,” ujar Buya Yahya, dikutip dari tayangan video di kanal YouTube @buyayahyaofficial.

Dalam ceramah tersebut, diceritakan ada seorang perempuan yang mengadu tentang suaminya yang baik dalam ibadah, tetapi tidak mau bekerja untuk menafkahi keluarga.

Menanggapi hal itu, Buya Yahya menyebut bahwa perilaku semacam ini sangat tidak dibenarkan dalam Islam. “Kalau ibadahnya bagus, tapi tidak mau bekerja, ini pemahaman agama yang keliru. Jangan sampai ibadah malah dijadikan alasan untuk tidak menafkahi keluarga,” tegasnya.

Menurut Buya Yahya, tidak ada alasan bagi seorang suami untuk menggantungkan hidupnya pada istrinya. Meskipun seorang istri memiliki penghasilan sendiri, itu bukan menjadi pembenaran bagi suami untuk berdiam diri tanpa usaha.

“Laki-laki yang benar tidak akan membiarkan istrinya menanggung beban sendiri,” katanya.

Buya Yahya bahkan mengibaratkan bahwa seekor kerbau lebih baik dibandingkan suami yang hanya ongkang-ongkang tanpa tanggung jawab.

“Kerbau itu bekerja keras, bahkan disuruh membajak sawah pun ia taat. Tapi ada laki-laki yang malah lebih malas dari kerbau, cuma makan dan tidur tanpa usaha,” ujarnya.

 

Promosi 1

Simak Video Pilihan Ini:

Dalam Islam, Suami Diperintahkan untuk Menafkahi Istri dan Anak

Kisah Pembajak Sawah Tradisional Terakhir di Desa Wisata Bantaragung Majalengka
Ilustrasi kerbau membajak sawah. (dok. Panitia ADWI 2022)... Selengkapnya

Lebih lanjut, dijelaskan bahwa bekerja mencari nafkah adalah bagian dari ibadah. Jika seorang suami benar-benar telah berusaha namun tetap belum mendapatkan rezeki, maka itu bukan sebuah dosa.

“Kalau sudah berusaha tapi belum rezeki, itu lain soal. Allah melihat usaha, bukan hanya hasil,” kata Buya Yahya.

Namun, jika seorang suami tidak berusaha sama sekali dan hanya mengandalkan istrinya, maka hal itu bertentangan dengan ajaran Islam. Seorang suami harus memiliki rasa malu jika membiarkan istrinya menanggung beban ekonomi sendirian.

“Laki-laki sejati itu malu kalau hidupnya hanya ditanggung istri,” ujarnya.

Buya Yahya juga menyoroti fenomena di mana ada sebagian orang yang mengaji, tetapi tidak memahami tanggung jawabnya sebagai suami. Padahal, ilmu agama harusnya menjadikan seseorang lebih sadar akan kewajibannya, bukan justru menghindarinya.

“Ilmu agama harusnya membuat orang lebih rajin, bukan malah jadi alasan untuk malas,” katanya.

Dalam Islam, seorang suami diperintahkan untuk menafkahi istri dan anak-anaknya dengan cara yang halal. Bahkan, nafkah yang diberikan kepada keluarga memiliki keutamaan besar di sisi Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Tidaklah seseorang menafkahkan hartanya kepada keluarganya, kecuali itu dihitung sebagai sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi Muhammad SAW juga menegaskan bahwa nafkah yang diberikan kepada keluarga lebih utama dibandingkan dengan sedekah kepada orang lain. Oleh karena itu, seorang suami harus bekerja keras untuk memenuhi tanggung jawabnya. “Kalau mau bersedekah, yang utama itu ke keluarga dulu,” kata Buya Yahya.

 

Kalau Istri Kerja, Suami Boleh Nganggur?

Ilustrasi pengangguran
Ilustrasi pengangguran. (Image by Freepik)... Selengkapnya

Tidak sedikit kasus di mana suami memilih untuk tidak bekerja dengan alasan istri sudah memiliki penghasilan. Buya Yahya menegaskan bahwa ini adalah pemahaman yang keliru dan harus diperbaiki.

“Jangan mentang-mentang istri punya gaji, lalu suami ongkang-ongkang. Itu bukan suami yang bertanggung jawab,” ujarnya.

Meskipun istri memiliki penghasilan sendiri, suami tetap berkewajiban untuk menafkahinya. Seorang istri tidak boleh dipaksa untuk menanggung beban ekonomi keluarga jika suami masih memiliki kemampuan untuk bekerja. “Bukan tugas istri untuk menafkahi suami. Itu tugas suami!” tegas Buya Yahya.

Islam tidak pernah mengajarkan seseorang untuk menjadi pemalas. Sebaliknya, bekerja dan berusaha merupakan bagian dari ibadah yang mendapatkan pahala di sisi Allah.

“Bekerja itu ibadah, jangan malas kalau mau hidup berkah,” katanya.

Buya Yahya juga mengingatkan bahwa dalam rumah tangga, keberkahan tidak hanya datang dari ibadah ritual, tetapi juga dari usaha yang halal dalam mencari rezeki. “Berkah itu bukan cuma dari doa dan ibadah, tapi juga dari kerja keras yang halal,” ujarnya.

Seorang suami yang bertanggung jawab akan selalu berusaha untuk mencari nafkah meskipun dengan pekerjaan yang sederhana. Yang terpenting adalah adanya usaha untuk memenuhi kewajibannya. “Mau kerja apa saja yang penting halal. Jangan pilih-pilih pekerjaan kalau memang butuh nafkah,” pesannya.

Jika ada seorang suami yang masih enggan bekerja dan hanya menggantungkan diri pada istri, maka sudah seharusnya ia melakukan introspeksi. Jangan sampai sikap tersebut menjadi penyebab hilangnya keberkahan dalam rumah tangga.

“Lihat diri sendiri, apakah sudah benar sebagai suami? Jangan sampai rumah tangga kehilangan berkah gara-gara suami malas,” kata Buya Yahya.

Islam mengajarkan keseimbangan antara ibadah dan usaha dunia. Kesejahteraan dalam rumah tangga tidak hanya ditentukan oleh banyaknya ibadah, tetapi juga dari tanggung jawab yang dijalankan dengan baik. “Ibadah dan usaha harus jalan beriringan. Jangan cuma salah satu,” ujarnya.

Dengan memahami hal ini, diharapkan tidak ada lagi suami yang hanya ongkang-ongkang sementara istri yang harus bekerja keras mencari nafkah. Rumah tangga yang harmonis lahir dari kerja sama dan tanggung jawab bersama.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya