Kisah Kayu yang Menangis karena Tak Dipakai Pijakan Nabi, Diceritakan Gus Baha

Namun, setelah Nabi tidak lagi menggunakan kayu yang sebelumnya menjadi pijakan, sesuatu yang luar biasa terjadi. Kayu itu menangis sekeras-kerasnya, seolah merasa kehilangan keberkahan yang diberikan oleh keberadaan Nabi.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Feb 2025, 20:30 WIB
Diterbitkan 10 Feb 2025, 20:30 WIB
Gus Baha 4
KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha. (SS TikTok)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Kisah yang menggugah hati tentang kayu yang menangis karena tak lagi digunakan sebagai pijakan Nabi Muhammad SAW saat khutbah menjadi salah satu peristiwa yang diriwayatkan dalam hadis sahih. Kisah ini menunjukkan betapa besarnya keberkahan dan kecintaan makhluk terhadap Nabi.

KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau yang lebih dikenal dengan nama Gus Baha, dalam sebuah ceramahnya menjelaskan bagaimana peristiwa kayu menangis ini terjadi. Ia mengisahkan bahwa dahulu Nabi Muhammad sangat sederhana dalam menyampaikan khutbah.

"Jadi Nabi itu dulu itu saking sederhananya kalau mau khutbah itu ya nyari-nyari apa, kayu atau apa di depannya. Ya terus naik, kayak enggak ada apa-apa, enggak dipersiapkan khusus mimbar atau apa," kata Gus Baha yang dikutip dari kanal YouTube @NgugemiDawuhMasyayikh.

Dia merujuk langsung pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari. Menurut Gus Baha, suatu hari ada seseorang dari Bani Najar atau orang Ansar yang menawarkan mimbar kepada Rasulullah. Setelah mimbar itu diberikan, Nabi mulai menggunakannya untuk berkhutbah.

Namun, setelah Nabi Muhammad SAW tidak lagi menggunakan kayu pohon kurma yang sebelumnya menjadi pijakan, sesuatu yang luar biasa terjadi. Kayu itu menangis sekeras-kerasnya, seolah merasa kehilangan keberkahan yang diberikan oleh keberadaan Nabi.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Jangan Sampai Kita Jauh dari Ajaran Nabi Muhammad SAW

Panen Kurma Jalur Gaza
ilustrasi pohon kurma. (AP/Adel Hana)... Selengkapnya

Peristiwa ini bukan sekadar kisah biasa, melainkan bagian dari tanda-tanda kenabian. Gus Baha menegaskan bahwa kisah ini tercatat dalam kitab Shahih Bukhari pada bab Alamatun Nubuwwah.

"Itu riwayat Bukhari, saya ulang lagi, itu bukan fadhail yang diceritakan hadis daif, tapi itu riwayat Imam Bukhari di kitab Bukhari. Hadis itu ada di kitab saya, halaman 205, Juz 7,"ujar Gus Baha.

Menangisnya kayu ini menjadi bukti betapa makhluk yang tidak bernyawa pun bisa merasakan keberkahan dari Rasulullah. Ini menunjukkan bagaimana seluruh alam semesta pun tunduk kepada Nabi.

Gus Baha menjelaskan bahwa tangisan kayu pohon kurma ini juga menjadi pelajaran bagi manusia. Jika kayu saja merasakan kehilangan ketika berpisah dari Nabi, maka bagaimana dengan manusia yang lalai dari ajaran Rasulullah?

Menurutnya, kejadian ini seharusnya menjadi pengingat agar umat Islam selalu mencintai Nabi dan ajarannya. Keberkahan hidup bisa diperoleh dengan mendekatkan diri kepada sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah.

Gus Baha juga mengingatkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali lebih mementingkan dunia dibanding mendekat kepada Allah dan Rasul-Nya.

"Kadang kita kehilangan sesuatu di dunia saja bisa menangis, tapi pernahkah kita menangis karena jauh dari ajaran Nabi?" ujarnya dalam ceramah tersebut.

Kisah kayu yang menangis ini bukan sekadar cerita, tetapi juga menjadi bagian dari sejarah yang memiliki makna mendalam. Ini menunjukkan bahwa bahkan benda mati pun bisa merasakan kehilangan saat tidak lagi berdekatan dengan Rasulullah.

Kayu Saja Merindukan Nabi Muhammad SAW

Ilustrasi lafaz Nabi Muhammad saw.
Ilustrasi lafaz Nabi Muhammad SAW. (Photo by Ahmet Kürem on Unsplash)... Selengkapnya

Dalam berbagai riwayat, disebutkan bahwa Nabi Muhammad kemudian menghampiri kayu yang menangis itu dan menenangkannya dengan penuh kasih sayang. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun turun, lantas pohon kurma tersebut terdiam. Nabi mendiamkannya seperti seorang ibu mendiamkan anaknya padahal itu hanyalah sebuah batang yang tidak bergerak.

Gus Baha menambahkan bahwa peristiwa ini juga mengajarkan bahwa makhluk selain manusia pun bisa merasakan cinta dan rindu kepada Rasulullah.

Dalam kehidupan modern, umat Islam bisa mengambil pelajaran dengan mempererat hubungan dengan Nabi, yaitu dengan meneladani akhlaknya dan mengamalkan sunnahnya.

Peristiwa ini juga menunjukkan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan Nabi memiliki keberkahan yang luar biasa. Bahkan kayu yang tak lagi dipakai pun merasakan dampaknya.

Banyak ulama yang mengisahkan peristiwa ini sebagai pengingat bahwa keimanan dan cinta kepada Nabi harus senantiasa dipelihara.

Sebagai umat Islam, sudah seharusnya kita bertanya pada diri sendiri, apakah kita memiliki kecintaan kepada Nabi seperti kayu itu?

Tangisan kayu ini menjadi peringatan bahwa kehilangan keberkahan dari Rasulullah adalah sesuatu yang menyedihkan. Oleh karena itu, mendekatkan diri kepada ajaran Islam adalah hal yang sangat penting.

Gus Baha menutup ceramahnya dengan mengajak umat Islam untuk selalu menjaga hubungan dengan Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana kayu itu yang tak ingin kehilangan kedekatan dengan Nabi.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Live dan Produksi VOD

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya