Sejarah Rebo Wekasan dan Asal Usulnya, Tradisi Rabu Terakhir di Bulan Safar

Rebo Wekasan merupakan tradisi yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam penanggalan Islam.

oleh Ayu Rifka Sitoresmi diperbarui 01 Sep 2024, 06:00 WIB
Diterbitkan 01 Sep 2024, 06:00 WIB
Sejarah Rebo Wekasan dan Asal Usulnya, Tradisi Rabu Terakhir di Bulan Safar
Tradisi Tawurji menyambut rebo wekasan di Keraton Kanoman Cirebon. Foto (Liputan6.com / Panji Prayitno)

Liputan6.com, Jakarta Rebo Wekasan, atau juga dikenal sebagai Rebo Pungkasan, merupakan tradisi yang dilaksanakan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dalam penanggalan Islam. Untuk tahun ini, perayaan tradisi Rabu Wekasan jatuh Rabu, 4 September 2024.

Ritual ini populer di beberapa daerah di Indonesia, terutama di Jawa dan Sumatera, dan diyakini sebagai hari yang penuh berkah sekaligus mengandung potensi bahaya. Masyarakat yang mempercayai tradisi ini biasanya melakukan berbagai ritual khusus, seperti mandi, berdoa, dan berbagi makanan, sebagai bentuk perlindungan dan permohonan keselamatan.

Sejarah Rebo Wekasan berakar pada kepercayaan bahwa pada hari tersebut, Allah SWT menurunkan berbagai bencana dan penyakit ke bumi. Menurut legenda, pada hari ini juga Nabi Muhammad SAW pernah mendapat wahyu tentang berbagai musibah yang akan menimpa umatnya. Oleh karena itu, tradisi ini berkembang sebagai upaya untuk memohon perlindungan dan keselamatan dari berbagai bahaya yang mungkin terjadi.

Meskipun asal-usul pastinya masih diperdebatkan, Rebo Wekasan telah menjadi bagian integral dari budaya spiritual masyarakat di beberapa daerah. Di Jawa, tradisi ini sering dikaitkan dengan ajaran Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang berperan dalam penyebaran Islam di pulau tersebut. Sementara di Sumatera, khususnya di Minangkabau, ritual ini dikenal dengan nama Arba Muko dan memiliki variasi tersendiri dalam pelaksanaannya.

Berikut ini Liputan6.com ulas mengenai sejarah rabu wekasan yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (30/8/2024).

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Pengertian Rebo Wekasan

Sejarah Rebo Wekasan dan Asal Usulnya, Tradisi Rabu Terakhir di Bulan Safar
Ilustrasi Rebo Wekasan Credit: pexels.com/Liza

Dikutip dari laman resmi BAZNAS, Rabu Wekasan atau yang juga dikenal sebagai Rebo Pungkasan merupakan momen yang memiliki signifikansi khusus dalam tradisi sebagian umat Islam, terutama di lingkungan masyarakat Jawa. Hari ini sering dikaitkan dengan beragam mitos dan kepercayaan lokal, yang tidak jarang menganggapnya sebagai hari yang sarat dengan potensi musibah. Namun, dari perspektif lain, terdapat keyakinan bahwa pada hari tersebut juga diturunkan berbagai keberkahan serta perlindungan ilahi dari Allah SWT, menciptakan suatu paradoks spiritual yang menarik.

Mengutip informasi dari portal resmi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng), tradisi Rabu Wekasan dilaksanakan dengan tujuan utama untuk memohon perlindungan dari berbagai bentuk musibah. Rangkaian acara dan kegiatan yang menyertai tradisi Rabu Wekasan ini dapat bervariasi di tiap-tiap daerah, mencerminkan kekayaan budaya dan interpretasi lokal terhadap tradisi ini.

Umumnya, perayaan ini melibatkan berbagai ritual spiritual seperti khataman Al-Qur'an untuk menghadirkan berkah, doa bersama sebagai wujud permohonan kolektif, selametan sebagai bentuk syukur dan permohonan keselamatan, serta pelaksanaan ibadah-ibadah sunah lainnya yang dipercaya dapat meningkatkan kedekatan dengan Allah SWT.


Sejarah dan Asal Usul Tradisi Rabu Wekasan

Sejarah Rebo Wekasan dan Asal Usulnya, Tradisi Rabu Terakhir di Bulan Safar
Ilustrasi Masjid Credit: pexels.com/Vjpratama

Rebo Wekasan merupakan momen yang jatuh pada penghujung bulan Safar dalam penanggalan Hijriah. Tepatnya, Rebo Wekasan berlangsung pada hari Rabu terakhir di bulan Safar, yang merupakan bulan kedua dalam kalender Islam. Pada hari yang dianggap istimewa ini, sejumlah besar umat Muslim di berbagai daerah cenderung meningkatkan intensitas ibadah dan amalan baik mereka, menciptakan suasana spiritual yang khas.

Mengapa pada Rebo Wekasan banyak pemeluk Islam yang terdorong untuk melaksanakan berbagai amalan kebajikan? Catatan sejarah menunjukkan bahwa peringatan Rebo Wekasan oleh komunitas Muslim di Nusantara telah berlangsung sejak abad ke-17 Masehi, dengan fokus utama di wilayah Sumatra dan Jawa. Tradisi ini telah mengakar dalam budaya lokal dan menjadi bagian integral dari praktik keagamaan di berbagai daerah, mencerminkan perpaduan unik antara ajaran Islam dan kearifan lokal.

Beberapa sumber sejarah juga mengaitkan asal-usul Rebo Wekasan dengan era Wali Songo, para penyebar Islam di tanah Jawa. Sementara itu, dalam literatur Islam, merujuk pada kitab berjudul "Al-Jawahir Al-Khams" karya Syeikh Muhammad bin Khathiruddin Al-'Atthar, serta Hasyiyah As-Sittin dan beberapa ulama lainnya, disebutkan bahwa setiap tahun pada malam Rebo Wekasan, Allah SWT menurunkan 320 ribu jenis bala atau ujian. Pemahaman ini telah membentuk persepsi dan praktik keagamaan yang unik di kalangan masyarakat Muslim Indonesia.

Rebo Wekasan juga dikenal dengan sebutan Rabu Pamungkas di beberapa daerah. Pada masa Wali Songo, para ulama menyampaikan bahwa pada Rebo Wekasan, Allah SWT menurunkan lebih dari 500 jenis penyakit. Selain itu, dipercaya pula bahwa berbagai malapetaka dan cobaan turut hadir pada hari tersebut, menambah dimensi spiritual dan kewaspadaan di kalangan masyarakat.

Seperti dilansir Liputan6.com dari berbagai sumber, masyarakat Arab pun memiliki pandangan tersendiri tentang Rebo Wekasan yang jatuh di bulan Safar, bahkan menjulukinya sebagai bulan pembawa sial. Banyak orang beranggapan bahwa pada Rebo Wekasan akan muncul berbagai penyakit, terutama yang berkaitan dengan sistem pencernaan atau perut. Kepercayaan ini telah mempengaruhi praktik-praktik tradisional dan ritual keagamaan yang dilakukan pada hari tersebut, termasuk doa-doa khusus dan ritual pembersihan diri.


Amalan-Amalan yang Disunnahkan di Rebo Wekasan

Sejarah Rebo Wekasan dan Asal Usulnya, Tradisi Rabu Terakhir di Bulan Safar
Ilustrasi Muslimah Menunaikan Sholat Credit: freepik.com

Melansir dari laman resmi BAZNAS, berikut ini terdapat beberapa amalan-amalan yang disunnahkan di Rebo Wekasan, yakni:

1. Shalat Sunnah

Umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak shalat sunnah, termasuk shalat sunnah mutlak, untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Melakukan shalat sunnah dengan khusyuk dan ikhlas dapat meningkatkan ketenangan batin dan mendatangkan keberkahan.

2. Dzikir dan Doa

Berdzikir dan berdoa adalah amalan yang sangat dianjurkan dalam Islam. Mengingat Allah dengan menyebut Asmaul Husna atau membaca istighfar dapat menjadi penenang hati serta pelindung dari segala bentuk musibah.

3. Sedekah

Bersedekah kepada yang membutuhkan adalah salah satu cara untuk menarik rahmat Allah. Dalam Islam, sedekah memiliki banyak keutamaan, termasuk menolak bala dan mendatangkan keberkahan dalam hidup.

4. Membaca Al-Qur'an

Membaca dan merenungi ayat-ayat Al-Qur'an dapat memberikan pencerahan dan petunjuk hidup. Surah Yasin, misalnya, sering dibaca oleh sebagian umat Muslim pada hari-hari yang dianggap penuh dengan cobaan sebagai bentuk memohon perlindungan dari Allah.

5. Istighfar

Memohon ampunan kepada Allah dengan memperbanyak istighfar adalah cara untuk membersihkan diri dari dosa dan mendapatkan perlindungan dari segala keburukan.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya