Liputan6.com, Cilacap - Malam Lailatul Qadar berdasarkan pendapat para ulama merupakan malam penuh ampunan dan lebih baik dari 1.000 bulan. Berdasarkan riwayat pula, malam Lailatul Qadar merupakan malam yang diberkahi.
Pada malam ini, Allah SWT memberikan berkah dan rahmat kepada hamba-hamba-Nya yang beribadah dengan tulus.
Advertisement
Malam Lailatul Qadar merupakan malam yang membuat ibadah lebih berharga. Pada malam ini, ibadah yang dilakukan akan mendapatkan pahala yang lebih besar dari pada ibadah yang dilakukan pada malam lainnya.
Advertisement
Lantas kapan dan bagaimana cara agar meraih malam mulia Lailatul Qadar yang kehadirannya penuh misteri sebab tidak semua orang mampu menjumpainya?
Baca Juga
Berkaitan dengan pertanyaan ini, tulisan ini akan mengulas mistesri malam Lailatul Qadar menurut tokoh sufi terkemuka yaitu Jalaluddin Rumi.
Simak Video Pilihan Ini:
Lailatul Qadar merupakan Hak Prerogatif Allah
Menukil tulisan Ahmad Zainul Hamdi di laman kemenag.go.id yang berjudul 'Menembus Misteri Lailatul Qadr bersama Rumi' menerangkan bahwa Jalaluddin Rumi berpuisi:
Al-Haq adalah Lailatul Qadr itu
yang tersembunyi di antara malam-malam lainnya
sehingga jiwa dapat menguji dirinya setiap malam.
Tidak semua malam adalah Lailatul Qadr,
namun tidak seluruh malam hampa darinya.
Di dalam sebuah majelis, salah seorang jamaah bertanya kepada Ar Rumi, “Karena Allah memiliki kasih sayang yang sangat luas pada hamba-Nya, apakah setiap orang yang benar-benar mencari kebenaran akan mendapatkannya?
Dengan lembut Ar Rumi menjelaskan:
نرجو الحق تعالى أن يهىّء لنا تلك الحال، ألتى هي عنايته، ألتى هي فوق جهد و سعيلَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍهذالكلام و ذالك الكلام شئ وآحد، جذبة من جذبات الله تعالى خير من عبادة الثقلين. يعنى عندما تتدخل عنايته تفعل فعل مأة جهد و أكثر من ذالك. ألجهد جميل و جيّد و مفيد، ولكن ماذ يكون أمام عنايته تعالى؟
Arti bebasnya seperti ini:
Kita berharap semoga Allah memudahkan jalan itu untuk kita. Jalan yang merupakan pertolongan-Nya. Jalan yang melebihi segala daya dan upaya. “Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan.”
Advertisement
Momen Spiritual Mendalam
Ayat di atas semakna dengan ungkapan ini: “Satu saja tarikan Allah SWT itu lebih baik daripada ibadahnya orang-orang yang tekun.” Artinya, jika pertolongan Allah mengintervensi amal manusia, maka pertolongan itu telah melakukan ratusan kali lipat perjuangan, dan bahkan lebih. Perjuangan itu indah, baik, dan bermanfaat, tapi apalah artinya perjuangan itu jika dibanding dengan pertolongan Allah?
Jalaluddin Ar Rumi, seorang penyair dan sufi besar asal Persia, memiliki pandangan yang mendalam dan penuh makna tentang Lailatul Qadr. Dalam karya-karyanya, Rumi membicarakan Lailatul Qadr sebagai momen spiritual yang mendalam. Lailatul Qadr bukan hanya tentang satu malam mulia yang momentumnya begitu misterius, tetapi juga mencerminkan keadaan hati dan jiwa seseorang yang terhubung dengan Sang Pencipta.
Bagi Rumi, pencarian Lailatul Qadr adalah pencarian kemuliaan al-Haq (Allah) itu sendiri. Allah adalah Zat yang Lahir dan yang Batin. Dialah yang keberadaan-Nya terang benderang, sekaligus Misteri Maha Misteri. Dialah Sang Maha Penyayang yang ancaman-Nya juga sangat menggentarkan jiwa.
Tidak heran jika Rudolf Otto menggambarkan pengalaman ketuhanan dengan istilah mysterium tremendum et fascinans. Mysterium adalah pengalaman itu sama sekali berbeda dari apa pun yang kita alami dalam kehidupan sehari-hari. Pengalaman itu membangkitkan reaksi keheningan yang mendalam. Tremendum bermakna kedahsyatan yang luar biasa hingga kita dibuat meringkuk tak berdaya. Fascinans merujuk pada sifat penyayang dan baik hati.
Terbukanya Tirai antara Alam Dunia dan Alam Lahut
Dalam syair-syairnya, Rumi sering menggambarkan Lailatul Qadr sebagai malam di mana tirai antara dunia fana dan dunia Ilahi terbuka, memungkinkan cahaya Ilahi masuk ke dalam hati yang bersih. Penemuan Lailatul Qadr sesungguhnya adalah momentum kasyf al-mahjub (terbukanya tirai) antara dunia fana dengan alam malakut. Lailatul Qadr adalah malam ketika cinta melampaui segalanya; ketika rahmat Allah turun seperti hujan; dan hati manusia bersinar seperti bintang-bintang di segala penjuru langit.
Setiap kita memiliki potensi untuk mengalami Lailatul Qadr jika kita sanggup membersihkan hati dari sifat-sifat duniawi dan terus berjuang mendekatkan diri kepada Allah dengan sepenuh hati. Namun, pada akhirnya, seluruh pencarian yang menguras air mata ini menemukan jawabannya hanya karena tarikan cinta Allah. Inilah yang disampaikan Rumi di atas: “Jika pertolongan Allah mengintervensi amal manusia, maka pertolongan itu telah melakukan ratusan kali lipat perjuangan, dan bahkan lebih.”
“Jika bukan karena tarikan cinta Laila, tak akan Qais menemukan kekasihnya.”
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
Advertisement
