Kata Epidemiologi Soal Perbedaan Antara Omicron di Inggris dan Indonesia

Inggris merupakan salah satu negara benua Eropa yang lebih dulu terpapar Omicron sebelum Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Feb 2022, 02:00 WIB
Diterbitkan 05 Feb 2022, 02:00 WIB
Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron
Ilustrasi virus corona COVID-19, omicron. (Photo by starline on Freepik)

Liputan6.com, Jatim - Covid-19 varian omicron telah melanda Inggris dan Indonesia beberapa bulan terakhir. Namun ada perbedaan penyebaran antara kedua negara tersebut.

Pakar Epidemiolog Universitas Airlangga, Laura Navika Yamani, menjelaskan di Inggris lebih cepat dilaksanakan dari pada Indonesia dikarenakan analisis puncak omicron sudah mencapai tahap beres.

Menurutnya, Inggris merupakan salah satu negara benua Eropa yang lebih dulu terpapar sebelum Indonesia. Sedangkan omicron memiliki jangka waktu 1-2 bulan untuk mencapai puncak kasus tertinggi sejak pertama kali virus tersebut berada pada suatu negara.

"Mengenai hal itu, wajar saja jika Perdana Menteri Inggris mengumumkan pembebasan masker lebih cepat daripada Indonesia," ujarnya, Jumat (4/2/2022)

Menurut analisis dari Kementerian Kesehatan, Indonesia akan mencapai puncak pada Februari, namun masih butuh pemantauan lebih lanjut. Mengapa? Karena omicron memiliki potensi penyebaran lebih tinggi daripada delta.

Laura melanjutkan, pembebasan pemakaian masker di Indonesia masih belum bisa diterapkan, karena kasus tertinggi masih belum terlaksana. Kalaupun sudah terlaksana, sangat dianjurkan untuk tetap mematuhi protokol kesehatan.

"Kecil kemungkinan tidak terdapat varian baru setelah omicron, sebisa mungkin kita melakukan suatu hal yang tidak merugikan," ujarnya.

Laura sendiri sangat menyayangkan apabila pembebasan masker dan protokol kesehatan dicabut begitu saja. Bisa dilihat, varian baru ini datang dari Benua Afrika dan berakhir marak di Benua Eropa.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Disiplin Protokol Kesehatan

Lantas jika protokol kesehatan dibebaskan disalah satu negara dan apesnya timbul varian baru setelah dilaksanakannya kebijakan tersebut, maka secara tidak langsung akan berdampak pada negara-negara sekitarnya.

"Jangan sampai hal ini dijadikan euforia ketika kasusnya turun. Bisa diingat kembali bahwa delta berasal dari Inggris karena terdapat kelonggaran protocol kesehatan sebelumnya,," jelasnya.

Cakupan vaksinasi Inggris terkenal sangat tinggi sebelum terjadinya gelombang omicron. Namun, sekarang jebol oleh varian baru tersebut. Artinya, gelombang varian ini tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, mematuhi protokol kesehatan perlu dilaksanakan tanpa adanya pembebasan.

Menurutnya adakala seluruh masyarakat mampu melewati masa pandemi tanpa kekhawatiran sedikitpun. Namun, untuk beralih kedalam tahap tersebut, tidak ada salahnya melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan demi kenyamanan bersama.

Begitupula dengan Inggris, menurut Laura, ada kemungkinan Inggris tidak serta-merta membebaskan pemakaian masker begitu saja. Harapannya, negara tersebut tetap melaksanakan pemantauan melalui 3T (testing, tracing, dan treatment).

"Meskipun begitu, setiap negara memiliki regulasinya masing-masing. Ada peraturan yang sesuai jika diterapkan di Indonesia, dan begitupula sebaliknya," ia menambahkan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya