Ketika Wali Kota Surabaya Minta Izin Jadikan Kantor NU sebagai Museum

Walo kota berencana menjadikan kantor PCNU Surabaya sebagai museum yang berisikan sejarah perkembangan NU, termasuk di dalamnya penerapan teknologi dalam berbagai syiar NU.

oleh Liputan6.com diperbarui 18 Feb 2022, 07:00 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2022, 07:00 WIB
Nahdlatul Ulama (NU) (Foto: Instagram/@nahdlatululama)
Nahdlatul Ulama (NU) (Foto: Instagram/@nahdlatululama)

Liputan6.com, Surabaya - Dalam rangka satu abad Nahdlatul Ulama (NU) pada 16 Rajab 1444 Hijriah atau 2023 Masehi. Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan siap menjadi tuan rumah dalam memperingati hari jadi NU tersebut.

Eri Cahyadi mengumumkan kesiapannya itu pada saat menghadiri Napak Tilas Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO) di Surabaya, Kamis (17/02/2022). Adapun Napak tilas itu dihadiri oleh para petinggi PBNU.

Diantaranya, yaitu Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf, Sekjen PBNU K.H. Saifullah Yusuf, Bendahara PBNU Mardani Maming, Ketua PBNU Alissa Wahid, jajaran PBNU lainnya serta Ketua PCNU Surabaya K.H. Ahmad Muhibbin Zuhri.

"Mohon maaf, bila diperkenankan, Surabaya dan seluruh warga Surabaya siap menjadi tuan rumah satu abad NU pada tahun mendatang," katanya dilansir dari Antara.

NU didirikan oleh para ulama di bawah kepemimpinan K.H. Hasyim Asyari pada 31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 di Surabaya. Pada 22 Oktober 1945, terjadi peristiwa bersejarah kala 'Resolusi Jihad' dicetuskan K.H. Hasyim Asy'ari di Surabaya, tepatnya di HBNO Surabaya. Sehingga, semangat nasionalisme melawan penjajah semakin berkobar.

"NU dan Surabaya itu satu bagian yang tidak terpisahkan," ujarnya.

Selain siap menjadi tuan rumah peringatan satu abad NU, Eri mengatakan agar dapat diizinkan untuk menjadikan kantor PCNU Surabaya sebagai museum yang berisikan sejarah perkembangan NU, termasuk di dalamnya penerapan teknologi dalam berbagai syiar NU.

"Agar anak-anak muda tahu bahwa sejak awal NU telah berada di garda depan untuk merebut kemerdekaan," ujarnya.

Ia mengapresiasi kepemimpinan K.H. Miftachul Akhyar dan K.H. Yahya Cholil Staquf, yakni sebuah inovasi yang tidak memisahkan umat dengan digitalisasi di setiap sendi kehidupan kaum Nahdliyin.

"Menyongsong 100 tahun NU, anak-anak muda NU tidak boleh hanya cakap ilmu agama, tidak hanya menguasai kitab kuning, tidak hanya ahli wirid, tidak hanya pro NKRI, tetapi juga aktif berwirausaha, berkegiatan sosial, dan menguasai teknologi informasi," sebutnya.

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya